Bulan Dalam Penjelasan Al Qur’an

Bulan Memantulkan Cahaya Bulan yang tampak bercahaya di waktu malam sebenarnya tidak memancarkan cahaya sendiri. Akan tetapi memantulkan ...


Bulan Memantulkan Cahaya
Bulan yang tampak bercahaya di waktu malam sebenarnya tidak memancarkan cahaya sendiri. Akan tetapi memantulkan cahaya yang berasal dari matahari. hal ini dapat kita pahami dari firman-Nya pada

Bulan purnama dilihat dari Bumi (Belgia).
Surat Yunus ayat 5 yang artinya “Dialah yang        menjadikan matahari bersinar dan bulan  bercahaya…” dan Surat Nuh 71 ayat 16 yang  artinya “Dan Allah menciptakan padanya bulan  sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai  pelita”.
Adh-Dhau’, menurut bahasa sama artinya dengan An-Nur tetapi dalam pemakaian Adh-Dhau’ bersifat lebih kuat. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Adh-Dhau’ adalah sinar yang datang dari materi itu sendiri seperti sinar api dan sinar matahari. Sedangkan An-Nur ialah cahaya yang datang dari materi lain.
Sedangkan Siraj (pelita) sinarnya datang dari dirinya sendiri. Adapun adh-dhiya’ dan adh-dhau’ artinya barang yang menerangi (Al Maraghi jus 11 halaman 123). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat tersebut sudah memberi petunjuk kepada manusia bahwa matahari memancarkan sinar dari dirinya sendiri dan bulan hanya memantulkan cahaya yang datang dari matahari.

Rotasi dan Revolusi Bulan
Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sistem yang rapi dan teratur. Yaitu semua bergerak dengan aturan yang sama. Yang kecil sambil berputar pada porosnya (berotasi) juga bergerak mengitari yang lain yang lebih besar (berevolusi). Sedangkan yang  lain itu pun juga berotasi dan berevolusi terhadap yang lain yang lebih besar lagi. Begitu seterusnya.
Sebagaimana Surat Al-Furqan 25 ayat 2 yang artinya “Dialah yang menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya”.

Fisika modern menyebutkan bahwa atom adalah bagian dari materi yang terkecil. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif dan satu atau lebih elektron yang bermuatan negatif. Sambil berputar pada sumbunya, elektron bergerak mengitari intinya. Yang serasi dengan gerak tersebut adalah gerakan bulan dan bumi. Bulan berevolusi terhadap bumi sambil berotasi pada tempatnya. Sedangkan bumi juga berotasi pada porosnya dan juga berevolusi terhadap matahari.

Revolusi Bulan
Tentang revolusi bulan (gerak bulan mengelilingi bumi) Allah SWT menyebutkan firman-Nya pada
Surat Yunus 10 ayat 5 yang artinya “…dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahundan perhitungan (waktu)…”
Juga pada Surat Yasin 36 ayat 39 yang artinya “Dan telah kami tetapkan bagi bulan manzilan-manzilah sehingga setelah dia sampai kepada manzilah yang terakhir kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua”.
Juga pada Surat Ar Rahman 55 ayat 5 yang artinya “Matahari dan bulan beredar menurut 
perhitungan”.

Dalam peredaran bulan Allah telah menentukan tempat-tempat persinggahan pada setiap malam. Persinggahan ini dalam ilmu perbintangan dinamakan fase bulan. Yakni bentuk bulan yang selalu berubah–ubah dilihat dari bumi. Ini akibat dari bulan yang dikenai cahaya matahari berubah dengan teratur. Sekali waktu bulan tampak seperti sabit kecil, keesokan harinya bentuk sabit itu tampak lebih tebal dan lebih tebal lagi dan setelah 6 hari bentuknya menjadi setengah lingkaran. Kemudian pada malam-malam berikutnya bulan tampak lebih besar sampai akhirnya menjadi sempurna.
Perubahan bentuk semu bulan itu berlangsung dalam period satu bulan. Yang disebut satu bulan sinodik, yang lamanya 29,5 hari tepatnya 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Dengan perubahan kedudukan bulan terhadap bumi yang berjalan secara period tersebut, Allah SWT memberi petunjuk kepada umatnya agar dapat mengetahui perhitungan waktu, penghitungan bulan, penghitungan hari agar dapat menetapkan ibadah dan mu’amalatnya, baik yang berkaitan dengan harta dan kemajuan lainnya.

You Might Also Like

0 Comments