Review Buku : Trilogi The Hunger Games

TRILOGI THE HUNGER GAMES mengingatkan pada kisah di novel George Orwell berjudul 1984. Sama-sama bercerita tentang masa depan yang ...


TRILOGI THE HUNGER GAMES mengingatkan pada kisah di novel George Orwell berjudul 1984. Sama-sama bercerita tentang masa depan yang terkait dengan peranan pemerintah dalam kehidupan warganya. Kedua buku ini mengusung genre futuristik distopia atau masa depan dengan gambaran suram dan kelam. 

Judul
The Hunger Games, Cathcing Fire, Mockingjay

Penulis
Suzanne Collins

Penerbit
Gramedia

Trilogi Hunger Games dan Novel 1984 berkisah  cukup detail, mengenai bagaimana pemerintah masuk ke kehidupan pribadi individu. Memunculkan rasa takut dan menjadikan rasa takut sebagai  senjata pemerintah untuk mengendalikan warganya.

Buku ini juga dikomentari banyak orang karena mengingatkan pada games dari Jepang Battle Royale. Kisahnya disebut-sebut memiliki kemiripan.

Apa pun, The Hunger Games karya Suzanne Collins yang terbit pertamakali pada 2008 langsung mendapat sambutan hangat dari pembaca dunia. 

Genre baru yang dibawa menyeruak di antara trend genre novel fantasi dan genre fantasi immortal yang sebelumnya dikuasai serial vampire tetralogi Twilight.

Di komunitas Goodreads, rating The Hunger Games yang terjemahannya terbit di Indonesia pada 2009 langsung menyeruak. Di komunitas ini rata-rata anggotanya memberi penghargaan 4,5 bintang (terbaik 5 bintang).

Buku keduanya Catching Fire terbit pertamakali pada 2009 dan terbit di Indonesia pada 2010. Sedangkan buku ketiga Mockingjay, diterbitkan pertamakali pada 2010, terjemahannya masuk ke Indonesia pada 2012.

Hampir bersamaan dengan munculnya terjemahan Mockingjay, beredar pula berita akan segera diluncurkan film The Hunger Games pada 23 Maret 2012 dengan pemain  Josh Hutcherson, Jennifer Lawrence, dan Liam Hemsworth. Seperti bukunya, berita akan diputarnya Film The Hunger Games mendapat sambutan hangat. Film ini diprediksi bisa menggeser kedudukan

The Hunger Games

Dari dua puluh peserta, hanya satu pemenang yang selamat.

Amerika Utara musnah, dan kini berdiri satu negara bernama Panem yang terdiri dari 12 distrik. Untuk mengendalikan warganya, pemerintah pusat Panem setiap tahun mengadakan pertandingan dengan nama The Hunger Games. Setiap distrik harus mengirim dua wakil, remaja-remaja yang namanya diundi di setiap distrik.

Saat pengundian pelaksanaan The Hunger Games yang ke-74, Prim gadis kecil lembut hati terpilih. Kakaknya Katniss Everdeen maju menggantikan. Peserta lainnya Peeta Melark. Pemuda yang pernah menyelamatkan hidup Katniss dan keluarganya dengan melempar potong roti, meski harus menanggung pukulan dari keluarganya.

Permainan dilakukan di tengah hutan dan menjadi tontonan (reality show) di seluruh negeri. Jika ingin selamat, maka harus saling membunuh. Peserta terakhir yang berhasil hiduplah yang menang. Dia akan diarak mengelilingi distrik, menebar senyum, memendam takut dan menyebarkan terror psikologis ke warga di 12 distrik. Pemenangnya menjadi symbol besarnya kekuasaan pemerintah pada cengkraman nasib individu.

Katniis, Peeta, dan Gale (pemuda teman berburu Katniis) dirangkai dalam kisah romansa berlatar kehidupan individu dalam negara yang suram. Suzanne menyajikan cerita dengan bahasa mengalir, celetukan serta dialog hidup yang mampu mengaduk emosi.

Catching Fire

Api Pemberontakan sudah tersulut, dan Capitol ingin balas dendam.


Pertamakalinya The Hunger Games mengumumkan dua pemenang, Katniis dan Peeta. Keduanya berhasil merebut hati penonton dengan kisah cinta yang menyentuh. Peeta dengan sepenuh cinta mendukung, melindungi dan rela mengorbankan diri untuk Katniis. Katniis dengan cinta sandiwaranya juga rela berkorban.

Katniis dengan pin berlambang Burung Mockingjay – jenis burung yang sudah mengalami rekayasa genetika, mampu menyulut pemberontakan. Di sini muncul pula distrik ke-13, satu distrik yang pernah ada tapi sudah disapu bersih karena berani melakukan pemberontakan.

Capitol marah.  Snow, Presiden Panem menekan Katniis lewat orang-orang yang dia sayangi. Tahun itu, untuk petrtamakalinya The Hunger Games diadakan duakali. Katniis dan Peeta kembali harus bertempur. Kali ini, Capitol ingin mereka mati. Tapi Katniis hidup dan Peeta tertangkap.

Gale-lah yang akhirnya mampu mengusik daya hidup Katniss. Kemarahan dan kebencian Gale pada Capitol membangunkan dan ikut membakar Katniss. Dan ternyata, distrik 13 belum sepenuhnya punah.

Mockingjay

Pemberontakan terhadap Capitol makin merajalela, hampir merata di setiap distrik. Katniis jadi symbol pemberontakan. Tapi dititik ini, Katniis sadar, dirinya tetap menjadi poin permainan orang lain, sama seperti saat dia menjadi poin Presiden Snow.


Peeta berhasil diselamatkan tapi tidak lagi mengingat Katniis. Cintanya hilang bersama metode cuci otak yang dilakukan Capitool. Peeta kesulitan membedakan fakta nyata dan tidak nyata.

Tapi Katniis yang sudah kehilangan adiknya mampu menggugah kesadaran Peeta. Tapi hidup memang tidak mudah, Peeta atau Gale. Akhirnya, Katniis sadar, yang dia butuhkan untuk bertahan hidup bukanlah api, karena dirinya sendiri sudah penuh api. Yang dia butuhkan agar bisa melanjutkan hidup adalah bunga dandelion di musim semi. 
Warna kuningnya menjadi perlambang kelahiran kembali. Jadi, Peeta atau Gale?

You Might Also Like

2 Comments