FENOMENA BULAN BIRU

Bulan Biru atau Blue Moon didefinisikan sebagai purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama. Ilustrasi Bulan Biru Cred...

Bulan Biru atau Blue Moon didefinisikan sebagai purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan yang sama.

http://assets.kompas.com/data/photo/2011/12/11/1257169620X310.jpg
Ilustrasi Bulan Biru
Credit : NASA
Meski fenomenanya bernama Bulan Biru, tak berarti saat itu Bulan berwarna biru. Bulan Biru di sini hanyalah kiasan untuk menggambarkan jarangnya kejadian itu.

Fenomena Bulan Biru adalah sebuah kejadian yang termasuk langka, karena muncul setiap 3 tahunan atau lebih tepatnya terjadi setiap 2,5 tahun dan hanya sekali dalam setahun. Ini disebabkan oleh lunasi Bulan yang lamanya 29,5 hari sementara satu bulan dalam kalender masehi ada yang 31 hari. Namun, dalam periode 19 tahun sekali, Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun. Pada 1999, misalnya, Bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret.

Terjadinya Bulan Biru berkaitan dengan lama penanggalan Masehi dan Bulan. Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari, sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Sisa hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu akan terjadi dua purnama dalam sebulan.

Penyebab terjadinya dua kali Bulan Biru dalam setahun juga berkaitan dengan penanggalan. Sejarah mencatat, biasanya dua Blue Moon dalam setahun terjadi pada bulan Januari dan Maret.

Blue Moon dalam bulan Januari terjadi menjelang akhir bulan. Karena Februari umumnya berjumlah 28 hari, maka pada bulan itu tak ada purnama sama sekali. Purnama selanjutnya baru terjadi pada awal Maret. Blue Moon pada Maret bisa terjadi karena Maret berjumlah 31 hari.

Langkanya fenomena tersebut melatarbelakangi munculnya ungkapan "once in a blue moon".

Bulan Biru Adalah Nyata
Bulan Biru biasanya dianggap sebagai kiasan karena sebenarnya bulan memang tidak tanmpak berwarna biru. Istilah Bulan Biru diberikan karena fenomena purnama dua kali dalam sebulan jarang terjadi. Meski demikian, sejarah juga mencatat bahwa Bulan Biru itu nyata. Artinya, Bulan memang tampak kebiruan.

Bulan yang berwarna biru pernah terjadi pada tahun 1992, tepatnya saat terjadi gerhana Bulan 9 Desember 1992. Sebagian kecil cakram Bulan saat gerhana tampak kebiruan. Adapun bagian lain tampak gelap, bukan kemerahan seperti biasanya.
Fenomena tersebut berkaitan dengan letusan Gunung Pinatubo. 
Richard Keen, peneliti yang merekapitulasi citra Gerhana Bulan Total sejak masa Gunung Agung, mengatakan bahwa saat Gerhana Bulan total 1992 (bulan berwarna kebiruan) alasannya karena hamburan Matahari oleh ozon.

Situs NASA menyebutkan bahwa Bulan yang tampak biru disebabkan oleh adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna merah (0,7 mikron). Partikel tersebut bisa bersumber dari abu letusan gunung berapi.

Bulan Biru paling fenomenal yang tercatat sejarah terjadi saat letusan Krakatau tahun 1883. Tidak hanya saat gerhana, Bulan juga tampak kebiruan setiap malam, entah sabit, separuh, ataupun purnama.

Berdasarkan penjelasan di situs NASA, Bulan berwarna biru tersebut terjadi selama bertahun-tahun sesudah letusan. Debu letusan Krakatau mengotori atmosfer dan menyebabkan sinar putih yang biasanya diperlihatkan Bulan tampak biru.

Bulan Biru juga terjadi setelah letusan Gunung St. Helen pada 1980 dan Gunung El Chicon di Meksiko tahun 1983.

Dan dengan demikian, fenomena Bulan yang tampak kebiruan bukan hanya kiasan, melainkan nyata terjadi.

Gerhana 10 Desember 2011 dan Bulan Biru
Contoh terakhir bulan yang tampak kebiruan terjadi pada Sabtu, 10 Desember 2011 malam, saat Gerhana Bulan Total memasuki totalitas sekitar pukul 21.07 - 21.57 WIB.

Bulan yang berwarna kebiruan teramati oleh dua teleskop berbeda. Warna kebiruan cenderung menumpuk di satu titik. Berbeda dari gerhana Bulan total 1992, warna kebiruan pada gerhana kali ini dihiasi oleh warna merah pada bagian cakram Bulan yang lain.

Apa sebab Bulan yang tampak biru kali ini? Beberapa waktu lalu Gunung Merapi di Yogyakarta memang sempat meletus. Warna kebiruan yang tampak tidak berkaitan dengan abu vulkanik Merapi. Buktinya, Bulan masih tampak kemerahan semalam.

Bulan dengan kelir kebiruan yang terjadi semalam tidak teramati di tempat selain Gombong. Oleh sebab itu, belum diketahui apakah fenomena tersebut lokal atau ekstraterestrial. 

Dengan demikian, belum tahu pasti sebab munculnya warna kebiruan. Hipotesa saat ini, kemungkinan itu cahaya hasil hamburan ozon atau ada kebakaran yang menghasilkan asap sehingga Bulan saat itu berwarna biru.

Fenomena Bulan Biru 31 Agustus 2012
Fenomena unik bernama Bulan Biru ini, bisa disaksikan pada akhir pekan ini, tepatnya 31 Agustus 2012 malam. Seperti pengamatan Bulan biasa, fenomena ini bisa dilihat dengan mata telanjang.


Pada Jumat minggu ini, purnama kedua atau Bulan Biru akan bisa disaksikan mulai pukul 20.59 WIB, dimana saat itu Bulan sedang berada pada fase atau titik penuhnya. EDT (1358 GMT). Namun, waktu terbaik untuk pengamatan adalah di langit timur sekitar pukul 21.00 saat posisi bulan cukup nyaman untuk dipandang.

Ini merupakan penampakan Bulan Biru yang kedua, setelah sebelumnya fenomena ini terlihat pada 1 Agustus 2012. Fenomena langka ini amat sayang untuk dilewatkan, sebab setelah tampilnya Bulan Biru pekan ini, publik tidak akan dapat melihatnya kembali hingga Juli 2015.

Saat purnama merupakan saat yang tepat untuk mengamati permukaan Bulan. Pasalnya, pada saat itu seluruh permukaan Bulan yang menghadap ke Bumi disinari oleh Matahari. Pola gambar yang ada di permukaan Bulan bisa dilihat dengan mata telanjang.

Ingin mengamati Bulan Biru? 
Keluarlah pada Jumat malam dan cari lokasi yang tepat. Siapa tahu, Bulan nanti akan berwarna biru karena suatu sebab, mewujudkan fantasi tentang Bulan berwarna biru.

Fenomena Bulan Biru ini menampilkan Bulan dengan bulat penuh (bulan purnama). Tidak seperti namanya, bulan yang terlihat di langit malam pada hari Jumat, 31 Agustus 2012 ini tidak menampilkan warna biru. Akan tetapi, adanya debu atau abu di atmosfer dikatakan mampu menciptakan rona tertentu dari sudut pandang mata seseorang.

Pada Agustus ini, atau September, jika Anda bertempat tinggal di wilayah Kamchatka (bagian timur Rusia) atau Selandia Baru, fenomena langka ini terjadi setelah tengah malam pada Sabtu (1 September).

You Might Also Like

10 Comments