Book Review : 1984 by George Orwell

Assalamualaikum... Hai, saya baru saja selesai membaca 1984 ( Nineteen Eighty-Four) , salah satu buku yang merupakan karya dari penuli...

Assalamualaikum...

Hai, saya baru saja selesai membaca 1984 (Nineteen Eighty-Four), salah satu buku yang merupakan karya dari penulis kelahiran India, George Orwell.

Pernahkah terbayangkan jika Anda tidak bisa melakukan apa yang Anda suka? Yang ada, setiap gerak-gerik dan ucapan Anda, diawasi oleh suatu pihak? Dan jika Anda melakukan sesuatu yang menurut mereka keliru, Anda akan dilenyapkan, entah itu dibunuh ataupun diasingkan untuk melakukan kerja paksa. Anda hanya boleh melakukan, bahkan hanya boleh memikirkan apa yang menurut pihak tersebut perbolehkan. Sungguh akan sangat membuat kita tidak bebas dan sangat menjemukan. Keadaan seperti itulah yang terjadi di masa hidup Winston Smith pada tahun 1984.

Sinopsis
Sepanjang hidupnya, Winston berusaha menjadi warga negara yang baik dengan mematuhi setiap aturan Partai meski jauh di dalam hati dan pikirannya bersemayam antipati terhadapa kediktatoran yang ada di negaranya. Walaupun begitu, Winston tidak berani melakukan perlawanan secara terbuka.

Tidak mengherankan, karena Polisi Pikiran, teleskrin, dan mikrofon tersembunyi membuat privasi hanya serupa fantasi. Bahkan, sejarah ditulis ulang sesuai kehendak Partai. Negara berkuasa mutlak atas rakyatnya. Yang berbeda atau bertentangan akan segera diuapkan.

1984 merupakan satire tajam, menyajikan gambaran tentang luluhnya kehidupan masyarakat totalitarian masa depan yang di dalamnya setiap gera warga dipelajari, setiap kata yang terucap disadap, dan setiap pemikiran dikendalika. Hingga kini, 1984 merupakan karya penting Orwell yang mengantarkannya ke puncak kemasyhuran.

Identitas Buku 
Judul : 1984
Judul Asli : Nineteen Eighty-Four
Penulis : George Orwell
Genre : Fiksi, Dystopia, Dewasa
Bahasa : Indonesia
Jumlah Halaman : 390
Penerjemah : Landung Simatupang
Penerbit : Bentang (PT Bentang Pustaka)
ISBN : 978-602-291-003-9
Ukuran Buku : 20,5 x 14 cm
Terbit pertama kali di Indonesia : Desember 2003

Review
Cerita diawali dengan penggambaran suasana kehidupan di tahun 1984, dimana pada masa itu, dunia terbagi menjadi 3 negara besar, yaitu Oceania, Eurasia, dan Eastasia. 

Dan kehidupan Winston Smith yang merupakan seorang anggota Partai yang berkuasa di Oceania pada masa itu hanyalah kehidupan yang amatlah jauh dari kebebasan beraktivitas, berkarya, berekspresi dan bahkan kebebasan berpikir. Karena pada masa itu hampir segala sesuatu yang menyangkut aktivitas warga diawasi oleh sebuah alat yang disebut teleskrin, yang ada di setiap kamar dan tempat-tempat umum Selain itu, poster besar ada dimana-mana, poster berupa gambar Bung Besar (Big Brother), dengan tulisan : "Bung Besar Mengawasi Saudara". Bung Besar ini adalah sosok yang dianggap sebagai pimpinan partai.

Tidak cukup setiap gerak warga diawasi, setiap kata yang terucap disadap dan setiap pemikiran dikendalikan, bahkan pernikahan seseorangpun diatur Partai, termasuk naluri seks. Sepasang suami istri diharuskan mampu melahirkan generasi baru demi lahirnya calon-calon generasi yang kemudian akan tunduk dan patuh terhadap setiap aturan Partai di masa mendatang. Jika sepasang suami istri tidak kunjung memiliki anak, maka mereka wajib bercerai.

Intinya, segala sesuatu yang dilakukan warga harus sesuai dengan aturan Partai. Misalnya saja, jika dua tambah dua sama dengan empat, namun seandainya Partai meminta jawaban lima, maka warga harus menjawab bahwa dua tambah dua sama dengan lima.

Jika nampak sedikit saja perasaan tidak suka, tidak terima, tidak tunduk dan patuhnya seseorang terhadap aturan Partai, maka dipastikan seseorang tersebut akan ditangkap oleh Polisi Pikiran sebagai pelaku Kejahatan Pikiran. Polisi pikiran memang bertugas menangkap para penjahat pikiran, dan yang dimaksud dengan kejahatan pikiran adalah segala bentuk tingkah laku dan ungkapan perasaan serta pikiran yang dianggap sebagai pikiran negatif terhadap Bung Besar. Karena semua iitu dianggap sebagai bibit pemberontakan dari warga dan Partai tentu tidak menginginkan hal tersebut. 

Winston Smith, sang tokoh utama dalam buku ini, merupakan salah satu pekerja di Departemen Catatan, yang bertugas melakukan peninjauan terhadap media sesuai perintah Bung Besar. Maksudnya, jika ada berita atau ucapan tokoh-tokoh tertentu di masa lampau yang tidak sesuai dengan kenyataan masa kini, pernyataan itu akan ditarik, direvis, bahkan bisa saja dihapus dan kemudian akan diterbitkan ulang agar tepat sesuai kenyataan. Intinya, Winston bekerja untuk mengubah fakta sejarah. Termasuk usaha pembuatan bahasa baru, Newspeak, sebagai bahasa yang mendukung totalitarianisme partai, dimana bahasa tersebut merupakan perwujudan revisi bahasa lama, Oldspeak dengan menghilangkan kata-kata yang mungkin bisa dimanfaatkan untuk pemberontakan.

Kebenaran diubah menjadi ketidakbenaran. 
Ketidakbenaran diubah menjadi kebenaran. 
Apa yang kamu ketahui saat ini, belum tentu yang sebenarnya.
Apa yang kamu ketahui saat ini, bisa jadi bukanlah kebenaran yang sebenarnya.

Hidup dalam suasana kehidupan dimana diktatorisme partai menguasai kehidupan rakyatnya, sebagai tipe orang yang tidak begitu saja bisa menerima setiap aturan yang telah ditetapkan Partai, memunculkan semangat pemberontakan dihati Winston. Ia menginginkan kebebasan. Tentu tak hanya kebebasan untuk dirinya sendiri tapi juga kebebasan untuk semua orang. Ia kemudian mencari tahu tentang kondisi masa lalu dimana Partai belum berkuasa. Membaca buku dan menuliskan apa yang ia rasakan dan pikirkan. Perlu diketahui, pada masa itu membeli dan membaca buku bagi warga dan pekerja biasa adalah tindakan terlarang, termasuk juga menulis buku harian. 

Namun pada kenyataannya, Winston tidak pernah berani melakukan pemberontakan itu. Hingga suatu ketika, tanpa pernah diduga sebelumnya, Winston mendapat pernyataan cinta yang unik dari seorang perempuan yang juga merupakan anggota Partai, bernama Julia yang latar belakangnya, cukup membuat Winston tercengang. Winston kemudian terlibat hubungan dengan perempuan itu. 

Dengan Julia, Winston menemukan banyak kecocokan dalam cara berpikir. Winstonpun membayangkan bahwa hubungannya dengan Julia akan menjadi kekuatan untuk bisa terbebas dari kediktatoran Partai.

Semakin senang hati Winston, ketika ia didekati oleh O'Brien yang menurut Winston adalah seorang anggota persaudaraan. Sebuah organisasi bayangan Winston yang merupakan organisasi bawah tanah yang bertujuan untuk memberontak kekuasaan Bung Besar.

Namun, tak pernah disangka Winston sebelumnya, justru hubungannya dengan Julia membawa Winston pada bahaya yang tak pernah ia duga dan ia pikirkan sebelumnya.

Apa yang kemudian terjadi kepada Winston? Apakah Winston berhasil mewujudkna cita-citanya membebaskan segala bentuk kediktatoran Partai demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik....?

PERANG IALAH DAMAI. 
KEBEBASAN IALAH PERBUDAKAN. KEBODOHAN IALAH KEKUATAN.

Awal-awal membaca buku ini, jujur saja... membosankan.
Namun semakin banyak halaman yang saya baca, sedikit demi sedikit mulai menikmati jalan ceritanya. Saya menyukai ide dystopia yang dikemas penulis dengan sangat apik. Terutama ide mengenai Newspeak dan Oldspeak, menurut saya, ini sangat briliant.

Seperti yang tertulis pada halaman Pengantar buku ini, :
"... karya yang merupakan semacam impian "futuristik" buram ini, yang terbit pada 1949 dan diberi tajuk yang mengacu pada keadaan kehidupan pada 1984, konon sempat pula diserap sebagai ramalan. - Sekarang semua itu sudah lewat. sementara orang bertanya-tanya, apakah novel ini masik akan mampu bertahan di rak buku?"
Dan jawaban saya adalah ya. Buku ini layak untuk dibaca dan dikoleksi. Terlebih buku ini masuk dalam berbagai kategori buku terbaik, diantaranya : 1001 Books You Must Read Before You Die dan The Top 100 Big Read

Alasan mengapa saya tidak memberi 5/5 bintang untuk buku ini adalah gaya penceritaannya, menurut saya agak bertele-tele.... selain itu adanya ide mengenai seks bebas yang seolah-olah sah untuk dilakukan. Memang benar, bahwa yang bernama Kebebasan itu dibutuhkan, namun... menurut saya, bukan berarti bahwa hubungan seks juga bisa dilakukan secara bebas tanpa adanya ikatan pernikahan.

Meskipun saya yakin, buku 1984 yang saya baca, yang diterbikan oleh Penerbit Bentang ini telah banyak mensensor adegan-adegan vulgarnya. :)

Jadi, 3/5 bintang saja untuk 1984.

Wassalamualaikum... Wr. Wb.

You Might Also Like

2 Comments