Book Review II Origin by Dan Brown

Haaaii, semua! Saya baru selesai membaca Origin. Eh, gak baru selesai banget juga sih, tepatnya tadi malam. Yeps, malam minggu pertama di t...

Haaaii, semua! Saya baru selesai membaca Origin. Eh, gak baru selesai banget juga sih, tepatnya tadi malam. Yeps, malam minggu pertama di tahun 2018 ini saya kencannya sama om Langdon dong, wuhuu... haha... "Origin" apa itu? Origin adalah novel terbaru dari penulis favorit saya. Siapa? Siapa? Oh iya, ya... penulis favorit saya kan banyak ya, hehe... Oke, oke.. Origin ini adalah novel terbaru dari, Dan Brown!

Jadi, di post kali ini... tentu saja, saya akan menuliskan review untuk Origin, yang sudah saya baca sejak pertengahan bulan Desember lalu, dan baru selesai tadi malam. Duh, lamaaa >_<... memang belakangan suka tiba-tiba males mau ngapa-ngapain, termasuk membaca... dan sedang mulai kepikiran lagi tentang... tentang... Oh, mari sudahi curhatnya, dan berikut adalah penampakan dari novel Origin,

By the way, backgroundnya itu terbuat dari susunan buku yang saya susun membentuk lingkaran, awalnya saya berniat untuk membuat bentuk spiral. Seperti gambar yang ada di bagian depan cover buku ini, yang juga ilustrasi dari tangga Spiral di gereja La Sagrada Familia (Barcelona, Spanyol) yang menjadi salah satu setting tempat pada novel ini. Tapi ternyata, saya kesusahan untuk membuat bentuk spiral tersebut. Jadinya saya membuat bentuk lingkaran sajaa... sebagai lambang huruf "O". Huruf "O" untuk kata "Origin"
*ahh bisa aja ya...

Identitas Buku
Judul: Origin (Robert Langdon #5)
Penulis: Dan Brown
Bahasa: Indonesia
Penerjemah: Ingrid D.N, Reinitha A.L, dan Dyah Agustine
Tebal: 516 halaman 
Format: Hardcover, cetakan pertama tahun 2017
Penerbit: PT Bentang Pustaka
ISBN: 9786022914433

Review
Bersama dengan para tamu undangan lain, Robert Langdon berada di Museum Guggenheim Bilbao, Spanyol untuk memenuhi undangan dari Edmond Kirsch.

Siapakah Kirsch? Kirsch, lelaki berusia 40 tahun yang berpenampilan nyentrik ini adalah tokoh kontroversial terkenal di dunia, ia seorang miliuner sekaligus ilmuwan komputer, futuris, inventor, dan pengusaha. Selama ini, ia telah berhasil membidani serangkaian teknologi maju menakjubkan yang merepresentasikan lompatan besar dalam berbagai bidang, seperti robotika, sains otak, kecerdasan buatan dan nanoteknologi. Kurang lebih sekitar 20 tahun yang lalu, Kirsch muda adalah salah satu dari mahasiswa Langdon. Sejauh ingatan sang Profesor, Kirsch adalah seorang pencinta buku. Kecintaannya terhadap buku dan kapasitasnya dalam menyerap isi buku, melampaui segala yang pernah disaksikan Langdon. Langdon menduga, bahwa bakat luar biasa Kirsch dalam prediksi masa depan teknologi dan ilmu pengetahuan berasal dari pengetahuannya yang maha luas mengenai dunia di sekelilingnya. Kirsch, yang dalam beberapa tahun terakhir, menetap di Spanyol, sekali dalam setahun, selalu mengunjungi Langdon untuk berbicara banyak hal tentang karya seni dan seringkali meminta pendapat Langdon dalam membeli karya seni yang ingin dikoleksinya. Hubungan keduanya sebagai mahasiswa dan dosen lambat laun terkikis berubah menjadi hubungan persahabatan. Obrolan terakhir saat mereka bertemu, agak berbeda dengan obrolan-obrolan sebelumnya. Saat itu, Kirsch tidak lagi banyak bertanya tentang karya seni, tetapi tentang Tuhan, padahal Kirsch adalah seorang ateis.

Kembali ke Museum Guggenheim, sebenarnya, baik Langdon maupun para tamu undangan lainnya, mereka tidak tahu untuk acara presentasi seperti apa mereka harus berada disana. Sebuah undangan teka-teki. Sambil menunggu acara yang bertajuk: "Semalam Bersama Edmond Kirsch" ini dimulai, melalui headset, Langdon dipandu berkeliling museum sambil berbincang dengan Artificial Intelligent hasil ciptaan Kirsch, bernama Winston, yang memiliki kemampuan belajar dan meniru cara berpikir dan emosi manusia.

Para tamu undangan semakin dibuat penasaran ketika mereka dipersilahkan memasuki sebuah auditorium besar yang canggih, yang menampilkan ilusi bintang dan bulan di angkasa dengan hamparan rumput buatan dibawahnya. Akhirnya, Kirsch menyapa seluruh tamu, dan penontonnya. Tepatnya, seluruh penontonnya di dunia, karena ternyata acara tersebut juga disiarkan secara real time melalui internet. Dengan jumlah penonton online yang hampir mencapai 3 juta orang. Kirsch menyatakan bahwa pada saat itu ia hendak mempresentasikan hasil penelitiannya yang akan menjawab dua pertanyaan yang paling sering dipertanyakan dan diperdebatkan manusia:

Dari mana asal kita?
Ke mana kita akan pergi?

Pada bagian awal presentasinya itu, Kirsch menayangkan rekaman yang menampilkan Langdon, yang sedang menjelaskan tentang awal mula kenapa dewa-dewa ada tetapi seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, dewa-dewa mulai dilupakan. Kini, kisah-kisah ini dianggap hanya sebagai mitologi, bahkan lebih dari itu, oleh sebagian orang sudah dianggap sebagai tidak lebih dari sebuah fiksi. Rekaman itu membuat Langdon terkejut, karena sebelumnya Kirsch tidak pernah memberitahu tentang akan adanya keterlibatan dirinya pada presentasi tersebut. Kirsch kemudian menyampaikan bahwa era agamawi akan pudar dan era ilmu pengetahuan baru saja terbit, dan hasil temuannya itu akan mampu menggoyahkan landasan kepercayaan agama apapun yang ada saat ini. Namun, belum juga sampai pada inti jawaban yang ditunggu-tunggu, Kirsch ditembak oleh Admiral Avila, yang namanya didaftarkan paling akhir oleh Ambra Vidal, direktur utama Museum Guggenheim, penyelenggara acara, sekaligus tunangan dari Pangeran Spanyol, Julian. Kirsch meninggal ditempat pada saat itu juga. Langdon kembali dibuat terkejut harus menyaksikan kematian tragis mantan mahasiswa sekaligus sahabatnya itu. Di saat yang hampir bersamaan, Guardia Real menuduh Langdon mengetahui apa yang akan terjadi. Tidak dielakkan lagi, Langdon kemudian menjadi tersangka pembunuhan Edmond Kirsch dan penyanderaan terhadap Ambra Vidal.

Pembunuhan Kirsch yang disaksikan oleh orang-orang di seluruh dunia, karena presentasinya tersebut juga disiarkan ke seluruh dunia melalui live streaming ini  mengundang konspirasi baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Mulai dari campur tangan organisasi keagamaan, dugaan adanya keterlibatan kerajaan Spanyol, tokoh agama Katolik dan tentu saja, situs-situs penyebar berita kontroversial.

Bersama Ms. Vidal dan dibantu oleh Winston, artificial Intelligent hasil ciptaan Krisch, Langdon berhasil melarikan diri dan harus bergelut dengan waktu menyusuri berbagai tempat mulai dari tempat kejadian perkara yakni Museum Guggenheim, apartemen Casa Mila, hingga lab futuristik milik Kirsch, untuk mencari kata kunci yang akan digunakan untuk mengaktifkan sistem komputer yang menyimpan video yang berisi hasil temuan Kirsch yang belum selesai dipublikasikan pada malam presentasi itu, agar dapat tersiar secara online di internet dan dapat diakses di seluruh bagian dunia.

Sampai disini semoga bisa membantu kalian yang sedang mencari referensi tentang novel yang satu ini. Untuk yang masih berpikir-pikir: beli gak ya... beli gak ya... atau mungkin sudah beli, lalu masih ragu, baca gak ya... baca gak ya... Nah, Origin, recommended buat kamu yang memang penggemar berat karya-karya Dan Brown dan menantikan aksi petualangan Profesor Robert Langdon. Buat aku buku ini masih berhasil menghadirkan sensasi menegangkan, saat mengikuti Langdon menyusuri tempat-tempat bersejarah yang seperti biasa, dituliskan dengan detil, juga sensasi gimana mumetnya berpikir untuk ikut memecahkan teka-teki dan arti simbol yang harus dipecahkan Langdon.

Sedangkan bagi kamu yang merasa bukan penggemar Dan Brown, mungkin melalui buku inilah saatnya bagi kamu untuk mulai membaca karyanya. Dengan gayanya yang khas, Dan Brown selalu menuliskan informasi dengan detil, baik itu tentang tempat, karya seni, arsitektur, sejarah, maupun ikon/simbol yang ada di dalam buku-bukunya, sehingga mudah untuk dipahami, begitu pula pada buku terbarunya ini. Selain itu, dengan materi yg menurut aku lebih berbobot, fakta-fakta informatif yang lebih kompleks, unsur teka-teki, alur, & konsep cerita yang lebih menarik menjadikan buku ini sangat layak untuk dibaca & dikoleksi 👍

Kali ini Dan Brown mengangkat tema yang, kontroversial dan sensitif, yakni: Agama vs Sains. Namun, sekali lagi Brown berhasil mengemasnya menjadi bacaan yang menarik, yang kemudian akan mengingatkan kita kembali akan pentingnya keseimbangan agama dan sains dalam hidup kita

Aku akui, seandainya dipersentasekan, menurut aku, persentase unsur thriller & suspense Origin lebih rendah dibandingkan dengan buku-buku sebelumnya. Ini sedikit mengecewakan. Dan pada Origin, Langdon bukan satu-satunya tokoh utama (laki-laki) disini. *Upss....

Kutipan Terfavorit
Dari buku ini, sebenarnya ada banyak kutipan yang saya sukai. Salah satunya yang paling saya favoritkan adalah:

"Terkadang, yang perlu kau lakukan adalah memutar balik sudut pandangmu untuk dapat melihat kebenaran orang lain."
(Bab 102, Origin by Dan Brown)

Oh iya, selain suka dengan Langdon, pastinya... di Origin saya juga suka dengan Kirsch yang juga seorang bibliophile-read, Winston? Suka! Pendeta Bena juga aku suka, apalagi saat dia berpendapat tentang keselarasan teknologi dan agama, kisah cintanya Ms.Vidal dengan Pangeran Julian juga... suka, haha... Dan, saya suka bagian epilog yang menjelaskan tentang makna dari: "The dark religion are departed and sweet science reigns.", bahwa maksudnya agama memiliki dua rasa---agama yang gelap dan dogmatis menekan pemikiran kreatif ... dan agama yang terang dan luas mendukung introspeksi dan kreativitas, yang dapat dengan mudah ditafsirkan: "Ilmu pengetahuan yang baik akan meruntuhkan agama kegelapan ... sehingga agama yang terang dapat berkembang."

Rating
Kalau pada buku-buku sebelumnya Dan Brown selalu menutup cerita dengan tanpa menyisakan pertanyaan, ini entah deh..apa saya yang kurang konsentrasi pada bagian itu atau memang gimana ya, jadi, di bab 97, Valdespino (seorang uskup, teman dan juga penasihat untuk Raja Spanyol) mengatakan bahwa SMS yang ditulisnya adalah jebakan dan berbahaya. Nah, isi SMSnya itu apa, tidak dijelaskan. Sudah dibaca ulang kok, tapi tetap gak penjelasan. Saya penasaran, itu tuh apa Raja minta pulsa, ehh apa gimana sih? >_<

Secara keseluruhan aku suka banget buku ini, gak nyesel harus menunggu pre order selama satu bulan. Selalu ada pengetahuan baru yang bisa kita khususnya, saya) peroleh dengan membaca buku-buku Dan Brown, termasuk Origin, yang menyajikan banyak karya-karya seni yang sukses bikin saya bolak-balik membuka internet untuk mencari tahu bentuk dan penjelasan tentang karya seni tersebut. Jadi, 5/5 bintang untuk Origin.

Terima kasih sudah membaca, tulisan ini. Semoga bisa bermanfaat yaa...

You Might Also Like

0 Comments