Book Review : Companions of the Night by Vivian Vande Velde

Si pemilik binatu berkata, "Dia," sambil mengarahkan kepala ke arah pemuda itu. "Dia vampir," lanjutnya, "Salah...

Si pemilik binatu berkata, "Dia," sambil mengarahkan kepala ke arah pemuda itu. "Dia vampir," lanjutnya, "Salah satu dari mayat yang gentayangan. Ia membunuh manusia manusia untuk mengisap darah mereka."


Identitas Buku
Judul : Companions of the Night
Judul Terjemahan : Sahabat-Sahabat Malam
Penulis : Vivian Vande Velde
Penerjemah : Judica Nababan
Kategori : Fiksi, Romance, Thriller, Horror, Vampir, Young Adult
Dimensi Buku : 244 halaman, 13.5 x 20 cm
ISBN : 978-979-695-830-
Penerbit : PT Grasindo
Softcover, Cetakan Pertama, 2002

Review
Kerry Nowicki adalah seorang gadis berusia 16 tahun. Ia tinggal bersama ayah dan adik laki-lakinya, Ian yang masih berusia 4. Sehari-harinya, Kerry sendirilah yang lebih banyak mengurus adik laki-lakinya itu. Sedangkan ibunya meninggalkan mereka sejak satu tahun yang lalu. Dan kini, Kerry dan ayahnya mengetahui bahwa ibunya telah menikah lagi. Kerry sangat sedih dengan keadaan keluarganya, namun ia tetap berusaha tegar demi ayah dan adik kecilnya.

Cerita dimulai ketika Ian menemui Kerry ke kamarnya dan meminta pertolongannya. Ian meminta Kerry untuk mengambil Footy, boneka Koala kesayangannya yang dengan tidak sengaja ia tinggalkan di sebuah binatu ketika sebelumnya ia ikut bersama Kerry ke binatu tersebut. Kerry yang awalnya menolak karena saat ini jam pun sudah menunjukkan jam 11 malam, tidak tega melihat adiknya yang hampir menangis akhirnya Kerry menyerah. Ia menuruti keinginan Ian, dengan segera ia bergegas ke tempat binatu. Ia berpikir, semakin cepat ia pergi, semakin cepat ia mengambil Footy dan bisa semakin cepat juga kembali ke rumah dimana Ian sedang menunggunya.

Ketika Kerry sampai ke binatu, tempat itu sepi. Namun ia sangat lega ketika melihat Footy tergeletak di tempat yang telah ditunjukkan Ian ketika ia meninggalkannya. Dengan segera Kerry meraih Footy dan berbalik untuk keluar dari binatu dan berjalan pulang. Pada saat itu pula, ada empat orang memasuki binatu, satu dari keempat orang itu Kerry mengenalnya sebagai pemilik binatu tersebut. Tiga dari mereka menyeret satu orang lainnya yang memar dan berdarah. Seolah belum puas membuat memar dan berdarah-darah orang yang mereka seret dtempat sebelumnya, ketiga orang itu melanjutkan menghajar orang malang tersebut. Mereka mengikatnya ke bak cuci. Tidak tahan melihat penyiksaan yang terjadi di depan matanya, Kerry menjerit histeris dan memohon untuk menghentikan penyiksaan tersebut. Sambil seperti baru sadar dengan kehadiran Kerry disitu, salah satu dari ketiga orang penyiksa tersebut tampak berusaha tenang dan berkata kepada Kerry bahwa semua ini tidak seperti yang ia pikirkan. Ia juga memberi tahu Kerry bahwa si pemuda yang disiksa itu memang sudah sepantasnya menerima perlakuan tersebut. Si pemuda itu adalah seorang vampir. Kini mereka sedang menunggu pagi, untuk memberi pelajaran kepada si pemuda dengan menjemurnya di bawah sinar matahari esok pagi.

Penyiksaan seperti apa lagi yang harus diterima si pemuda malang yang sudah nampak sangat tidak berdaya itu?, pikir Kerry.

Pemuda malang itu bernama Ethan Bryne. Kerry mengenalnya. Lebih tepatnya, Kerry hanya tahu tentang sosok, nama dan tempat tinggalnya dan kerry sering melihatnya. Itu saja. Kini ia terlihat begitu tak berdaya. Kerry yang tidak percaya dengan omonganketiga lelaki penyiksa itu, berpikir untuk melakukan sesuatu guna menyelamatkan Ethan dan juga dirinya. Ketika ketiga lelaki bertubuh kuat dan besar itu lengah, Kerry berhasil melarikan diri dengan serta membawa Ethan. Ditengah ketidakberdayaan Ethan, keduanya berlari sekencang yang mereka bisa saat itu, sambil sesekali terjatuh dan bersembunyi di sudut-sudut jalan yang mereka lewati.

Ditengah usahanya untuk terus menjauh dan menghilangkan jejak dari ketiga lelaki yang Kerry yakini tengah mengejar mereka. Kerry kebingungan, tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya ia meminta Ethan untuk mengijinkannya mengantarkan ke rumahnya. Ia tidak tahu dan tida ingin tahu tentang apapun yang sedang terjadi kepada Ethan. Yang Kerry tahu saat ini, keadaan Ethan sudah semakin melemah, dia tidak bisa sepenuhnya dipercaya dan dia seorang vampir. Untuk hal yang ketiga itu, Kerry masih benar-benar tidak yakin.

Beberapa waktu kemudian, kondisi Ethan sudah semakin membaik. Ethan dan Kerry pun menjadi dekat. Dan pada suatu hari, Kerry yang juga bekerja paruh waktu merasa sedikit kecewa ketika hari itu, ayahnya tidak menjemputnya ke tempat kerja. Di jalan, sehabis menghubungi ayahnya dari telepon umum, meskipun teleponnya terus-terusan tidak dijawab oleh ayahnya, tanpa sengaja, Kerry hampir bertabrakan dengan Ethan yang mengaku habis berbelanja dari sebuah minimarket. Sambil berjalan menuju parkiran, Kerry bercerita tentang keanehan ayah dan adiknya hari itu. Keduanya tidak bisa dihubungi. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Ethan yang turut penasaran menawarkan diri untuk mengantar Kerry pulang dan memastikan tidak ada hal buruk yang terjadi kepada Ayah dan adik Kerry.

Sesampainya di rumah Kerry, rumah itu sepi. Dengan sedikit was-was, Kerry mengintip ke jendela yang terbuka. Menurutnya ini sesuatu yag absurd, ia mengendap-ngendap mengintip keberadaan ayah dan adiknya di rumah mereka sendiri. Setelah memanggil-manggil ayah dan Ian, kini Kerry benar-benar khawatir dan ketakutan karena tidak ada suara ayah ataupun adiknya menjawab panggilannya. Ethan berkesimpulan mungkin memang telah terjadi sesuatu, perampokan mungkin. Dengan cepat Kerry menolak kesimpulan Ethan, menurutnya mungkin ayah dan adik kecilnya itu tengah berkunjung ke rumah keluarga Amendariz atau keluarga Haggins, tetangga terdekatnya yang ramah, dan kemudian ayah dan adiknya itu lupa waktu. Ethan yang masih keukeuh dengan dugaan perampokan tersebut menerobos masuk ke rumah Kerry. Begitu Kerry menyusul masuk ke dalam rumah, Ethan nampak berdiri mematung di ruang tengah sambil menatap ke  arah dinding bertuliskan : "VAMPIR, KELUARGAMU ADA PADA KAMI.

"DRAKULA?", ujar Kerry. "Mengira aku VAMPIR?"

Rupanya, entah siapapun yang kini membawa ayah dan adiknya itu, telah mengira bahwa Kerry adalah seorang vampir. Dan demi mereka memancing Kerry dengan menculik dua orang yang teramat ia sayang.

Ethan yang tahu bahwa Kerry yang sangat syok dengan apa yang dilihatnya berusaha menenangkan Kerry dan berkata semua akan baik-baik saja dan tulisan dari cat merah itu hanya tulisan ancaman tak berarti. Ia berjanji akan menemukan ayah dan adik Kerry.

Kerry seolah tak mendengar apapun yang diucapkan Ethan, berjalan ke arah dinding, menyentuh tulisan merah itu dan menciumnya. Kerry berteriak dan mengatakan kepada Ethan bahwa ini bukan cat yang berwarna merah, melainkan darah!

Dimanakah ayah dan adik Kerry kini berada? Siapa yang menculik keduanya? Berhasilkah Ethan dan Kerry menemukan dan menyelamatkan ayah dan adik Kerry? Bagaimana pula hubungan Kerry dan Ethan selanjutnya setelah Kerry semakin yakin bahwa Ethan memang benar seorang vampir? Apakah ia harus menjadi seorang vampir juga?  

Sebuah kisah yang disana-sininya dipenuhi dengan ketegangan, nuansa mengerikan, romantis dan ada lucu-lucunya juga. Komplit, dan saya suka. Maka, 4 dari 5 bintang untuk para Sahabat-Sahabat Malam.


Sayangnya, penulis mengakhiri ceritanya ini dengan ending yang ambigu. Setelah selesai membaca hingga halaman terakhir, saya sendiripun  tidak mendapatkan kepastian apakah Ethan dan Kerry bisa bersatu ataukah tidak. Namun memang, Kerry yang seorang manusia dan Ethan yang seorang vampir jika keduanya ingin bersatu, mereka harus bisa menyamakan "status" mereka sebagai makhluk... aduh, atau apa ya istilahnya, hahaha.... Yang jelas, dari ending yang menggantung ini saya seolah mendapat pesan tersirat dari sang penulis. Bahwa demi terjalinnya hubungan yang baik dengan pasangan, tidak ada salahnya sesekali mengalah atau bahkan berubah demi kehidupan yang lebih baik dan membahagiakan kedepannya.

Review ini diikutsertakan dalam Tantangan Baca Ulas 2015 Season 2

You Might Also Like

1 Comments