Book Review: The Shadowhunter's Codex by Cassandra Clare & Joshua Lewis
December 18, 2020"ALL THE STORIES ARE TRUE" @ade_reads Haai! Ada yang punya pengalaman seperti ini gak , kamu membaca sebuah buku lalu karena alasa...
"ALL THE STORIES ARE TRUE"
@ade_reads |
Haai! Ada yang punya pengalaman seperti ini gak, kamu membaca sebuah buku lalu karena alasan tertentu, kamu menyimpan buku itu tanpa menyelesaikannya. Kemudian ingat lagi sama buku itu, lanjut baca lagi dan disimpan lagi. Seperti itu aja sampai berulang-ulang. Sampai akhirnya, saat kamu selesai membaca buku itu kamu sadar ternyata butuh waktu yang lama untuk menyelesaikannya? Pernah? Aku sering, hehe...Salah satunya untuk buku yang satu ini, The Shadowhunter’s Codex, aku mulai baca buku ini Agustus 2019 dan baru selesai hari Minggu kemarin, 13 Desember 2020.
Kenapa aku lama banget untuk membaca buku setebal 274 halaman ini? Hmm... sebenarnya buku ini sangat menarik. I like the cover art and the inside illustration. Berjilid hardcover, desain sampulnya ini menurutku antik, unik dan mewah. Judul dan nama penulis dicetak timbul pada paper cover-nya yang glossy. Saat paper cover-nya dilepas, I wasn’t prepared for how beautiful it is. It’s just the blank hardcover. It’s bright darkblue with a golden Mortal Cup on it.
Untuk melihat tampilan bukunya, silahkan klik dan slide pada post Instagram saya berikut inii:
Nah, seharusnya hal-hal menarik pada tampilan fisik buku ini bisa bikin semangat untuk membacanya. Tapi, ternyata enggak, haha... Dengan format buku teks dan penggunaan kata-kata yang baku dan formal, membacanya jadi sedikit membosankan dan melelahkan. Makanya, aku butuh waktu lamaa buat menyelesaikan buku ini. Karena, baca beberapa halaman aja udah keburu bosan, lelah udah kayak mau ujian. Padahal aku juga suka membaca buku teks, tapi memang seringnya yang bertema sains dan agama, bukan materi tentang mitologi dan sejarah beberapa ras-ras di dunia Shadowhunter, senjata yang digunakan para Shadowhunter, pertarungan dan jenis-jenis iblis yang harus mereka hadapi, yang harus dipelajari oleh tiga tokoh utama pada seri The Mortal Instruments series; Jace, Clary dan Simon sebagai Shadowhunter baru.
Jadi, meskipun buku ini masih termasuk ke dalam Shadowhunters Chronicles Series dan erat kaitannya dengan Jace dan Clary jangan berharap akan menemukan scene-scene humor ataupun romance mereka pada buku ini. Tidak ada sama sekali. Eh, tapi sesekali ada bagian-bagian yang lucu, yaitu pada bagian Jace, Clary atau Simon menambahkan catatan-catatan tulisan tangan pada buku ini dengan komentar-komentar lucu juga doodling-doodling pada halaman kosong, yang sebenarnya halaman-halaman kosong itu ditujukan untuk mereka berlatih menggambar rune. Setidaknya hal-hal tersebut tidak membuat buku ini begitu membosankan.
Dari coretan, catatan dan doodling yang ada pada buku itu pulalah, sebagai pembaca, aku seakan benar-benar diyakinkan bahwa ketiga tokoh tersebut benar-benar nyata. Seolah buku yang aku baca ini adalah buku yang sebelumnya digunakan oleh Jace, Clary dan Simon untuk belajar.
Sesuai dengan tulisan yang tertulis pada bagian atas cover depan buku ini: “All The Stories Are True”. Bagi kalian yang sudah membaca TMI, TID dan TDA penjelasan mengenai Shadowhunter dan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu bisa kalian dapatkan pada buku ini. Aku kagum dengan kemampuan penulis yang mampu membangun dunia imajinatif Shadowhunter World ciptaannya ini terasa seakan begitu nyata, menyenangkan dan menarik untuk diikuti.
This book is amazing read! I recommend it to all Shadowhunters Chronicles Series lover, kalian wajib punya, harus baca dan secara fisik buku ini sangat untuk dikoleksi.