Book Review : Anak Bukan Kertas Kosong by Bukik Setiawan

Assalamualaikum... Anak ibarat kertas putih, kosong tanpa noda. Lalu orang tuanyalah yang memberikan coretan, gambar dan tulisan.  Cor...

Assalamualaikum...

Anak ibarat kertas putih, kosong tanpa noda. Lalu orang tuanyalah yang memberikan coretan, gambar dan tulisan. Coretan, gambar dan   tulisan seperti apa yang dibubuhkan oleh orangtua, kemungkinan besar begitu pulalah anak di kemudian hari. Begitulah yang mungkin selama ini dipahami dan diyakini oleh orang tua pada umumnya. Namun pada kenyataannya, seorang anak tidaklah bisa diibaratkan sebagai kertas yang masih putih bersih menunggu coretan, gambar dan tulisan dari orang tuanya. Karena setiap anak adalah istimewa. Setiap anak sudah mempunyai potensi yang siap untuk dikembangkan dari sejak mereka lahir ke dunia. Tugas orangtua adalah membantu memaksimalkan atau menumbuhkembangkan potensi yang ada, bukan memasukkan pengetahuan sebanyak-banyaknya di benak mereka sekehendak orangtua.


Identitas Buku
Judul : Anak Bukan Kertas Kosong
Penulis : Bukik Setiawan
Jumlah Halaman : xxx+250
Ukuran Buku : 14x21 cm
ISBN : 979-780-782-2
Penerbit : Pandamedia
Pertama Kali Terbit : Februari 2015

Bapak Bukik Setiawan, yang merupakan penulis dari buku Anak Bukan Kertas Kosong ini adalah salah satu orang yang memilki ketertarikan dan kepedulian yang kuat terhadap dunia pendidikan. Namun, kemudian muncul keraguannya terhadap sistem pendidikan di negara kita tercinta ini, sehingga menimbulkan pula kegelisahan tentang pendidikan dan masa depan putrinya. Penulis akhirnya menemukan apa yang selama ini ia cari terkait sistem pendidikan yakni melalui gagasan-gagasan dan praktek pendidikan dari sang pelopor pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara.

Ada tiga pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang kemudian menjadi dasar bagi penulis, untuk menulis buku ini. Ketiga pemikiran tersebut adalah :
  1. Setiap anak itu istimewa
    Anak bukanlah kertas kosong. Anak mempunyai kodratnya sendiri yang tidak bisa diubah oleh pendidik. Pendidik hanya bisa mengarahkan tumbuh kembangnya kodrat tersebut.

    “Hidup dan tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan dan kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, teranglah hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri." (Ki Hadjar Dewantara - Pendidikan, halaman 21)

  2. Belajar bukanlah proses memasukkan pengetahuan ke diri anak. 
    Belajar adalah membentuk pengetahuan, mengonstruksi pemahaman.
    Belajar bukan menanamkan pengetahuan, tetapi menumbuhkan potensi anak. Pendidik tidak bisa mengubah kodrat anak, pendidik hanya mengarahkan tumbuhnya kodrat tersebut.

    "...Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri." (Ki Hadjar Dewantara - Peringatan Taman Siswa 30 Tahun, 1922-1952)

  3. Pentingnya peran keluarga dalam pendidikan anak.
    Keluarga adalah pusat pendidikan. Orangtua mungkin bisa mendelegasikan pengajaran pada kaum ahli, tetapi pendidikan anak tetaplah menjadi tanggung jawab orangtua. Peran orangtua tidak tergantikan oleh sekolah, lembaga pendidikan, ataupun lembaga bakat.

    “Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapa, karena hanya dua orang inilah yang dapat berhamba pada sang anak dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas.” (Ki Hadjar Dewantara - Pendidikan, halaman 382)

Ketiga pemikiran Ki Hadjar Dewantara itulah yang mewarnai sekaligus menjadi dasar buku ini. Anak bukan kertas kosong, melainkan benih kehidupan yang utuh.

Melalui buku ini, Pak Bukik mengajak para pembacanya, untuk meluruskan dan membenahi kembali pendidikan, khususnya pendidikan untuk anak, demi terlahirnya generasi-generasi yang lebih baik, agar mereka menjadi orang yang layak dan berguna bagi orang lain kelak serta siap menghadapi setiap tantangan perubahan zaman.

Tidak hanya bagi mereka yang sudah berstatus sebagai orang tua, ataupun calon orang tua, dan pendidik, namun bagi siapapun yang peduli terhadap pendidikan, saya sangat merekomendasikan untuk membaca buku ini.


Buku ini terdiri dari 10 bab, dengan dilengkapi lampiran latihan bagi orang tua untuk menumbuhkan bakat anak. Selain itu dilengkapi pula dengan panduan bagi orangtua untuk menstimulasi anak untuk gemar belajar.

Menurut saya, kekurangan dari buku ini adalah adanya variasi font dan penggunaan warna merah dan merah muda dalam buku ini, yang mungkin dimaksudkan bagus untuk membantu pembaca menandai point-point penting, namun malah membuat mata lelah dan pusing membacanya. Selain itu, penjabaran pada point-point tertentu saya rasa terlalu panjang lebar yang sebenarnya bisa dibuat lebih singkat dan fokus. Pada beberapa bagian juga saya menemukan adanya bahasan yang diulang-ulang, sehingga membuat agak sedikit bosan membacanya. Namun secara keseluruhan saya sangat menyukai buku ini.

Dan meskipun belum ada bukti nyata, saya juga sangat tertarik dan peduli dengan pendidikan dan perkembangannya. Kadang sering juga saya sedih memikirkan anak-anak kecil di pelosok-pelosok daerah yang sarana dan prasarana pendidikannya saja sangat terbatas bahkan tidak ada. Padahal, pendidikan adalah hak dasar anak yang wajib untuk dipenuhi. Sanggupkah mereka menghadapi perubahan dan perkembangan zaman yang kian hari kian ekstrem...

Saya belum mempunyai anak, karena memang belum menikah ^_^ tapi..... senang sekali bisa membaca buku ini, menambah wawasan dan pengetahuan. Insyaa Allah semoga bisa menjadi bekal di kemudian hari untuk mendidik dan mendampingi anak-anak saya :)

Terakhir, terima kasih, Pak Bukik... untuk kiriman bukunya. Maaf, mengerjakan "PR"-nya lama... :))

Wassalamualaikum... Wr. Wb.

You Might Also Like

2 Comments