Book Review : Journey to Destiny (Outsider Series #1) by Ibib Azhar

Blurb Journey to Destiny, menceritakan tentang dua kelompok yang sedang menyusun kembali kekuatan mereka. Kelompok SELF (Special Elite F...

Blurb
Journey to Destiny, menceritakan tentang dua kelompok yang sedang menyusun kembali kekuatan mereka. Kelompok SELF (Special Elite Force) mewakili sistem mencoba melatih cadet-cadet terbaiknya, sedangkan para outsider merapatkan barisan di sebuah distrik untuk membentuk gerakan baru. Gerakan yang akan melawan SELF secara besar-besaran.


Identitas Buku
JudulJourney to Destiny (Outsider Series #1)
Penulis : Ibib Azhar
Bahasa : Indonesia
Kategori : Fantasi, Fiksi, Fiksi Sejarah, Aksi, Dystopia, Dewasa
Pemerhati Aksara/Desain Sampul/Tata Letak : Mash/Endy/Anwar
Penerbit : PT Leutika Nouvalitera
ISBN : 978-602-371-058-4
Pertama Kali Diterbitkan : Juni, 2015 (Soft cover)
Dimensi Buku : x + 386 Halaman/13x19 cm
Harga : Rp. 71.800,00 (www.leutikaprio.com)

Review
SELF (Special Elite Force) merupakan sebuah organisasi elite bentukan pemerintah Indonesia. Adapun tujuan pemerintah Indonesia membentuk SELF adalah untuk mengendalikan kelompok Outsider agar tetap bisa dikendalikan. Outsider adalah kelompok eoners yang memilih untuk keluar dari Benua Eropa, dan berkelana ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Eoners merupakan sebutan bagi orang-orang yang mampu menggunakan eon, sebuah kekuatan atau kemampuan gabungan antara energi fisik dan energi pikiran yang ditemukan oleh sekelompok ilmuwan Eropa.

Seperti yang telah disinggung pada paragraf diatas, bahwa salah satu tempat tujuan kelompok Outsider yang kabur dari benua Eropa adalah Benua Asia, tepatnya kawasan nusantara (negara Indonesia). Pada zaman itu, ternyata banyak juga orang pribumi yang dapat menggunakan eon. Percampuran sosial pun terjadi, dan mereka berhasil mengembangkan kehidupan di wilayah nusantara secara damai. Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama karena pemerintah Eropa yang pada saat itu merasa terancam dengan keberadaan eoners yang dianggap terlalu berbahaya bagi kekuasaan mereka, mengirim ekspedisi dagang di bawah naungan dua negara maritim terbesar saat itu, Belanda dan Portugis.

Portugis yang tiba pertama kali di wilayah nusantara, pada awalnya melakukan kegiatan perdagangan seperti biasa. Mengetahui bahwa wilayah nusantara banyak dihuni oleh kelompok Outsider, memberitahukan hal tersebut kepada pemerintahan Eropa yang juga sangat kaget akan keberadaan kelompok Outsider di wilayah nusantara, wilayah yang tidak benar-benar mereka yakini sebagai tempat penyebaran kelompok Outsider. Kerajaan Belanda mengutus ekspedisi dagang untuk masuk ke wilayah Asia, yang kemudian berhasil menguasai dan mengeruk komoditas nusantara untuk dibawa ke negaranya. Perlawanan yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan lokal di wilayah nusantara tidak membuahkan hasil karena tidak terciptanya persatuan diantara mereka, sehingga Belanda terus berkuasa dan menjajah Indonesia hingga beratus-ratus tahun lamanya. Pada masa-masa itu, kelompok Outsider pun ikut berperan dalam melawan penjajah. Hingga akhirnya ketika kondisi keuangan Belanda terkuras, keadaan tersebut dimanfaatkan oleh Jepang yang saat itu ingin menyatukan seluruh Asia. Dengan kekuatan militer yang mumpuni, Jepang berhasil menggusur Belanda dari wilayah nusantara. Namun, penjajahan Jepang ini tidak berlangsung lama. Tragedi pengeboman di wilayah Hirashima dan Nagasaki membuat kekuatan Jepang melemah, yang kemudian oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, keadaan tersebut dijadikan untuk melepaskan diri dari belenggu bangsa Asing.

Kelompok Outsider yang terdiri dari 12 klan turut ikut dalam proses kemerdekaan, sehingga mereka dibolehkan untuk menetap dan hidup sesuai dengan keyakinan mereka di negara Indonesia.

Sebelum meraih kemerdekaan, para penjajah negara Indonesia tidak luput dari peran para Guardians, yaitu pasukan anti Outsider yang selalu berhasil melumpuhkan setiap kerajaan lokal yang menentang atau berusaha melawan dan menyingkirkan penjajah. Maka keadaan yang damai setelah terlepasnya Indonesia dari para penjajah, tidak berlangsung lama. Kali ini, konflik terjadi antara kelompok Outsider dengan kelompok Guardians. Perang pun tidak dapat dielakkan lagi. Hingga akhirnya, Pemerintah Indonesia justru membentuk organisasi elite SELF untuk mengendalikan kelompok Outsider yang kemudian dianggap bahaya bagi pemerintahan. Mengenai "Guardians", sayangnya penulis tidak memberikan informasi, apakah kelompok "Guardians" ini berisi orang-orang asing, pribumi ataukah orang-orang asing dan pribumi?

Dari era berjayanya kerajaan-kerajaan lokal, kedatangan bangsa asing yang kemudian berubah tujuan jadi menjajah dan mengeruk hasil bumi Indonesia, perjuangan untuk mengusir penjajah, hingga diraihnya kemerdekaan, cerita bergulir ke tahun 2018, dimana SELF menjadi sebuah pasukan yang dibanggakan dan banyak kaum muda yang saling berlomba untuk bisa lolos di setiap ujiannya dan kemudian menjadi bagian dari pasukan elit tersebut. Begitu pula dengan tiga orang sahabat, Leo, Simon dan Oscar yang bahkan, ketiga pemuda ini, kini sedang menunggu ujian ketiga untuk lolos menjadi prajurit SELF. Tentu saja, selain mereka bertiga, para calon prajurit elite (cadet) lainnya juga sangat berharap untuk bisa lolos dan menjadi prajurit elite terbaik SELF. Termasuk seorang pemuda bernama Jared yang selama ini selalu menunjukkan keangkuhan dan ambisi yang tinggi, bahwa dialah yang akan dan harus menjadi prajurit terbaik SELF. Jared juga memiliki hubungan yang tidak baik dengan Leo. Selama ini, Jared iri karena mengetahui bahwa pelatih mereka, Master Chow memberikan bimbingan khusus dan begitu membanggakan dan yakin bahwa Leo lah yang akan menjadi prajurit terbaik SELF. Sebelum ujian ketiga tersebut dimulai, Leo dan kedua sahabatnya berkenalan dengan dua perempuan sebaya dengan mereka, Valerie dan Yulie, yang juga telah lolos dari ujian pertama dan kedua. Dalam masa menunggu ujian ketiga di Pusat Pelatihan SELF di Bogor itulah mereka berlima saling berkenalan dan kemudian menjadi teman baik.

Waktu menjelang pelaksanaan ujian ketiga pun tiba. Ujian ketiga yang selama ini disebut-sebut sebagai ujian yang menjadi momok menakutkan bagi para cadet generasi sebelumnya. Tanpa diketahui jelas ujiannya bagaimana dan seperti apa, menurut informasi yang beredar, dari banyaknya cadet generasi sebelumnya, yang lolos dari ujian pertama dan kedua, hanya sedikit saja yang bisa melewati ujian ketiga ini. Ternyata, setelah diberi pengarahan oleh para mentor, dan waktu pelaksanaannya telah benar-benar tiba, ujian ketiga ini, mengharuskan para cadet untuk mendaki sebuah tebing tanpa alat bantu apapun, sebagai inti dari bahwa cadet harus mampu bergerak gesit melawan gravitasi. Setelah ujian ketiga ini, Leo sebagai tokoh sentral dalam buku ini bersama para cadet lainnya, masih harus menghadapi dua ujian lainnya. Untuk ujian keempat, para cadet, di sebuah ruangan bernama Aquaduct yang terdapat di goa buatan milik SELF, kali ini harus mampu bertahan selama mungkin yang mereka mampu di dalam air. Ujian keempat ini bertujuan untuk mengetes daya kosentrasi energi setiap calon prajurit. Belum cukup sampai disana, ujian kelima yang harus mereka hadapi kali ini yaitu memasuki hutan terlarang yang selama ini menjadi penjara bagi para Outsider. Para cadet diharuskan mencari sebuah pondok kayu yang ada di hutan tersebut. Keadaan menjadi sulit ketika para tahanan Outsider siap menyerang dan menghabisi mereka. Ditengah kesulitan tersebut, Leo yang kini satu kelompok dengan Valerie serta satu orang lainnya yang selama ini selalu memusuhinya, Jared, bahu membahu untuk bisa melewati tes kali ini. Saat ditengah hutan itu, kelompok yang bernama kelompok Elang ini bertemu dengan seseorang yang mengaku bernama Reno, dan siap membantunya. Padahal sebelumnya, mentor mereka berkata untuk selalu waspada dan tidak percaya pada siapapun selain dari kalangan SELF sendiri.

Benarkah Reno bisa dipercaya? Loloskah kelompok Elang pada ujian terakhir kali ini di hutan terlarang tersebut? Jawabannya adalah, ya. Ternyata Reno memang bisa dipercaya, meskipun cara dia membantu kelompok Elang ini... menurut saya kejam. Bagaimana tidak, ia sempat seolah-olah menjebak bahkan sampai mengajak Leo bertarung hingga ia tidak sadarkan diri, namun pada akhirnya, secara tidak langsung Reno membantu Kelompok Elang bebas dari hutan terlarang itu dan lolos di ujian kelima tersebut. Dari 16 bab yang tersaji pada buku ini, saya sangat suka bab 5 yang membahas tentang ujian SELF kelima di hutan terlarang serta pertemuan kelompok Elang dengan seorang tahanan bernama Reno ini, unsur suspense dan thriller-nya, menurut saya feel-nya dapeeet banget. Good Job!!

Oh no, no, no... Penjelasan yang saya tulis diatas mengenai tokoh bernama Reno dan keberhasilan kelompok Elang lolos dari ujian kelima tersebut bukan merupakan spoiler, tentu saja. Seperti yang saya bilang, itu baru sampai pada bab kelima. Karena setelah sepenuhnya menjadi prajurit elite SELF, Leo beserta kelompok Elangnya dan juga teman-temannya seperjuangannya dulu ketika sama-sama berusaha untuk bisa masuk akademi cadet, harus menghadapi berbagai serangan, ancaman dan bahaya lainnya. Mereka harus menghadapi Ghost, prajurit elit dari klan Sagara, 1 dari 12 klan Outsider. Ghost mampu menghabisi korbannya tanpa meninggalkan bekas luka, di bagian luar. Dia membunuh dengan cara merusak organ dalam tubuh korbannya. Kelompok Elang yang mendapat misi di laboratorium tua dibukit Rondea, yang berlanjut ke pencarian seseorang di sebuah desa bernama desa Garuda, mendapat serbuan para raksasa, pertarungan di sebuah tempat bernama Distrik 99 dan pertarungan yang tak kalah sengit antara SELF dengan sebuah kelompok bernama Zahir di Arena Brasko, yang kemudian menewaskan salah satu master senior SELF, master Bima. Yang kesemuanya itu tersaji dalam scene-scene cerita yang penuh aksi, yang ditulis dengan detail.

Penasaran sedetail apa aksi-aksi yang dituliskan oleh sang penulis? Penasaran juga bagaimana keseluruhan kisah Leo dan kawan-kawanannya dalam menghadapi setiap tantangan yang harus mereka hadapi? Penasaran? Silahkan baca bukunya ya...

* * * * * * * * * * * * * * * * *

Unsur-Unsur Intrinsik
1. Tokoh dan Penokohan
>>> Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel  Journey to Destiny (Outsider Series #1) : Leo, Oscar, Simon, Jared, Master Chow, Valerie, Yulie, Ghost, Hugo, Rico, Kapten Arya, Reno, Bibi Marie, Master Erik, Master Bima, Master Cid, Master Zen, Master Fritz, Raja Falki, kelompok para Buto, Ramon, Reva, Gerion, Azka, Kim, Evan, Rifki, para scout, mentor, warga desa Garuda.

>>> Penokohan
Ditinjau dari peranan dan keterlibatan dalam cerita, tokoh dapat dibedakan atas :
a. Tokoh Primer (utama) : Leo
b. Tokoh Sekunder (bawahan) : Valerie, Jared, Oscar, Simon, Master Chow.
c. Tokoh Komplementer (tambahan) : Yulie, Ghost, Hugo, Rico, Kapten Arya, Reno, Bibi Marie, Master Erik, Master Bima, Master Cid, Master Zen, Master Fritz, Raja Falki, kelompok para Buto, Ramon, Reva, Gerion, Azka, Kim, Evan, Rifki, para scout, mentor, warga desa Garuda.

Dilihat dari watak yang dimiliki tokoh,tokoh dapat dibedakan atas : 
a. Tokoh Protagonis : Leo, Oscar, Simon, Valerie, Yulie, Jared, Rico, Hugo, Master Chow, Master Bima, Master, Cid, Master Zen, Master Fritz, Raja Falki, Kepala Desa dan warga Desa Garuda, Para Scout, para mentor.
b. Tokoh Antagonis : Master Erik, kelompok para Buto, Reno, Ramon, Reva, Gerion, Azka, Kim, Evan, Rifki.

Di lihat dari perkembangan tokoh, tokoh dapat dibedakan atas :
a.Tokoh Dinamis : Jared, Reno
b.Tokoh Statis    : Selain Jared dan Reno.

Di lihat dari masalah yang dihadapi tokoh :
a.Tokoh yang mempunyai karakter sederhana : semuanya, kecuali Jared dan Reno.
b.Tokoh yang mempunyai karakter kompleks :  Jared dan Reno.

2. Latar Cerita
Tempat : Pusat Pelatihan SELF di Bogor, area penginapan Green Root, perpustakaan di Cadet Academy, Rockafella Mansion di Bogor, SELF Training Ground Sector 4, Kantor Pusat Rockafella Industry di Jakarta, Markas Pusat SELF di Tangerang, Markas SELF di Jakarta, Pulau Rondea, Kapuas Hulu, Hutan terlarang, Laboratorium Tua, Desa Garuda, Distrik 99, Aula Brasko, Arena Brasko 
Waktu : tahun 2018
Suasana Masa depan dengan keadaan yang lebih buruk dari saat ini, karena adanya situasi-situasi kekerasan, perkelahian, pertarungan yang bahkan dijadikan sebagai tontonan publik, saling mengejar dan balas dendam antar kelompok yang bermusuhan bahkan hingga saling melukai dan saling membunuh.

3. Sudut Pandang
Novel ini diceritakan dengan menggunakan sudut pandang Orang Ketiga Serbatahu, sebab penulis mengetahui segala hal tentang tokoh-tokohnya, peristiwa, dan tindakan atau aksi, termasuk motif yang melatarbelakanginya. Penulis bebas berpindah dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Bahkan, bebas mengungkapkan apa yang ada dipikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.

4. Gaya Bahasa
Novel ini menggunakan gaya bahasa berupa teknik narasi atau penceritaan yang berbicara secara langsung dan bebas. Maksudnya yaitu, adanya kebebasan berbicara setiap karakter, bukan hanya kata-kata yang benar-benar diucapkan tetapi juga kata-kata yang melambangkan fikiran karakter atau cara karakter berfikir atau berbicara jika dia sedang berfikir atau berbicara.

5. Alur atau Plot Cerita
Novel ini menggunakan alur maju, dimana penulis menyajikan jalan ceritanya secara berurutan, dimulai dari tahapan perkenalan (tokoh-tokoh utama dan latar yang ada di dalam cerita tersebut) ke tahapan penyelesaian secara urut baik dalam hal konflik maupun waktunya.

6. Tema dan Amanat
Tema : Aksi, Reputasi (keinginan atau ambisi tinggi dari tokoh-tokoh maupun kelompok yang berkonflik saling ingin menunjukkan eksistensi, kekuatan dan kekuasaan masing-masing)
Amanat :
a. Jangan terlalu sombong dan menyombongkan diri atas kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki
b. Jangan terlalu mudah berprasangka jelek terhadap orang lain
c. Jangan terlalu mudah percaya atas apa yang diucapkan oleh orang lain kepada kita
d. Jangan melihat orang dari luarnya saja tetapi pahami juga sifat sebenarnya dari orang tersebut
e. Pandai-pandailah dalam memilih teman

Kelebihan dan Kekurangan
Saya suka dengan ide penulis yang menggabungkan cerita fiksi dengan sejarah bangsa Indonesia dalam cerita yang ditulisnya ini, serta penggunaan latar tempat yang juga menggunakan nama-nama kota dan tempat di Indonesia. Sangat menarik. Bahkan, saat saya selesai membaca prolognya saja sudah sukses membuat saya mengingat-ingat kembali dan membaca-baca informasi tentang bagaimana awal mula kedatangan bangsa Portugis, Belanda dan Jepang ke Indonesia. :D

Selain itu, berhubung novel ini hampir seluruhnya berisi tentang aksi dan pertarungan sengit tokoh-tokohnya, hal lain yang saya sukai dari novel ini tentu saja kemampuan penulis dalam menuliskan aksi saat tokoh-tokohnya melakukan pertarungan, sangat detail. Bahkan pada beberapa bagian saya merasa tidak sedang membaca sebuah buku melainkan sedang menonton adegan-adegan penuh aksi yang menegangkan dari sebuah film action. Sekali lagi, Good Job, mas Ibib :)

Dari segi tampilan, dengan kualitas kertas jilid yang tebal dan tekstur permukaan jilid yang nge-dove, berwarna hitam dengan desain sampul yang tidak berlebihan serta penggunaan kertas HVS yang putih dan tebal menjadikan buku ini sebagai sebuah buku yang berpenampilan elegan dan mewah. Penggunaan bentuk dan ukuran font-nya juga tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga tidak membuat mata lelah dan sakit saat membacanya.

Sayangnya, setelah saya membaca ini dari awal hingga halaman terakhirnya, saya berpendapat bahwa penulis masih lemah dalam membentuk karakter dan watak para tokohnya. Bahkan, Leo sebagai tokoh utama dari cerita pada novel ini terasa kurang hidup. Saya tidak menemukan sesuatu yang special dan mengena di hati dari sang tokoh utama ini, biasa saja, sama saja dengan tokoh komplementer lainnya.

Selain itu, maaf jika apa yang saya sampaikan ini tidak benar, menurut saya penulis bukan seseorang yang berwawasan luas dan gemar membaca. Hal ini terlihat dari penggunaan atau pemilihan diksi (kata) yang digunakan oleh penulis, pada beberapa bagian penulis menggunakan kata-kata yang tidak tepat jika dilihat dari konteks (uraian) kalimatnya. Ini cukup menganggu bagi saya saat membacanya. Hal lain yang juga mengganggu saat membaca novel ini adalah penggunaan kata-kata yang tidak baku (pada bagian dialog masih bisa ditolerir, namun hal ini terjadi juga pada bagian narasi), serta penggunaan banyak "hmm...", Ini juga cukup menganggu saat membacanya. Mengenai kesalahan pengetikan, sangat disayangkan, ada banyak kata-kata yang mengalami kesalahan pengetikan juga kalimat yang tidak diberi spasi.

Berikut kata-kata yang mengalami kesalahan pengetikan termasuk ambiguitas, kata-kata yang tidak sesuai dalam konteks kalimatnya serta kalimat yang tidak diberi spasi, yang saya temukan pada novel ini :

1. "... bungkus makanan" (halaman 2), kata "bungkus" ini termasuk ambiguitas, karena jika dilihat dari konteks kalimat-kalimat berikutnya, kata yang tepat untuk digunakan adalah "bungkusan" makanan, bukan "bungkus" makanan. Karena "bungkus" bisa berarti hanya cangkang, kertas, atau plastik yang digunakan sebagai pembungkus makanan tersebut.
2. "perpusatkaan" (halaman 19), seharusnya : perpustakaan
3. "cuek" (halaman 19), termasuk contoh kalimat tidak baku yang digunakan oleh penulis, seharusnya bisa menggunakan kata : acuh.
4. "mendakit" (halaman 26), seharusnya : mendaki
5. "bacot doang"(halaman 61), alangkah baiknya jika saja menggunakan frase : bicara saja.
6. "pertumu" (halaman 115), seharusnya : perutmu
7. "... dalam perjalanan menuju sini," (halaman 162), dilihat dari konteks kalimat serta penulisan preposisi (kata depan) yang benar , seharusnya : "... dalam perjalanan menuju ke sini"
8. "iku" (halaman 281), seharusnya : ikut
9. "Boss" (halaman 335), dilihat dari konteks kalimatnya seharusnya : Bos, yang bermakna atasan atau seseorangyang memiliki pangkat tinggi, karena "Boss" setahu saya merk fashion pria :D
10. "Akurasadiahanyainginmenunjukkankekuatannya di hadapan prajurit SELF" (halaman 355), seharusnya : "Aku rasa dia hanya ingin menunjukkan kekuatannya di hadapan prajurit SELF"
11. "... Simon teriak kesakitan" (halaman 360), seharusnya : "... Simon berteriak kesakitan"

Dari informasi yang saya dapat dari penulisnya serta dari situs jejaring sosial Goodreads, novel ini bertema fiksi ilmiah. Wow, fiksi ilmiah? sebagai penggemar bacaan bertema fiksi ilmiah, tentu saja saya sangat penasaran dan berharap menemukan sesuatu yang saya harapkan ada pada bacaan bertema tersebut. Namun, setelah saya membacanya hingga selesai. Hey!!, saya sama sekali tidak menemukan unsur fiksi ilmiah pada novel ini. Memang pada halaman awalnya, disebut-sebut tentang ilmuwan, hasil temuannya yang berupa eon (gabungan energi fisik dan pikiran), cukup menjanjikan. Namun selanjutnya, hanya lebih banyak disajikan aksi-aksi pertarungan tokoh-tokohnya yang memang dalam pertarungan tersebut para tokohnya menggunakan eon yang merupakan hasil temuan ilmuwan Eropa tersebut, tapi yang lebih menonjol lebih ke "aksi"-nya saja. Mengenai tema ini, bisa dibilang cukup mengecewakan :(

Rating Time!!!
Terlepas dari kekurangan yang ada (versi saya) yang saya tuliskan di atas, dan mengingat bahwa novel ini adalah buku pertama dari penulis (eh betul...?) dan juga buku pertama untuk sebuah seri, saya berharap buku-buku selanjutnya yang ditulis oleh penulis bisa lebih baik lagi dalam segala sesuatunya. Karena kadang ada pembaca, termasuk saya yang kadang kecewa dengan buku pertama dari sebuah seri, namun tetap menantikan buku lanjutannya dengan harapan buku lanjutannya tersebut bisa lebih baik dari buku pertamanya.

1 bintang untuk tampilan bukunya keren, 1 bintang untuk ide ceritanya yang menarik, dan 1 bintang kemampuan penulis dalam menuliskan detil adegan-adegan aksi para tokohnya saat sedang bertarung. Jadi, Journey to Destiny (Outsider Series #1) totally mendapat 3/5 bintang dari saya :)


Terakhir, saya ingin mengucapkan, terima kasih kepada mas Ibib yang sudah memberi saya satu buku Journey to Destiny (Outsider Series #1) ini serta kepercayaan kepada saya untuk membaca dan menuliskan reviewnya (review versi saya, tentu saja). Sebuah kebanggaan buat saya. :)

Maaf jika ada kritikan-kritikan yang dirasa terlalu gimanaaa gitu, hehehe.... Sebagai pembaca, saya berharap ketika nanti bisa berkesempatan membaca lagi buku mas Ibib, segalanya bisa lebih baik lagi dan bisa sesuai dengan ekspektasi saya. Sukses terus untuk karir menulisnya, ditunggu buku-buku karya mas Ibib berikutnya.

Untuk kalian yang menyukai bacaan yang penuh dengan adegan aksi pertarungan yang menegangkan, Journey to Destiny (Outsider Series #1) is Recommended!

You Might Also Like

1 Comments