Book Review
Book Review : The Historian by Elizabeth Kostova
July 15, 2015
Assalamualaikum...
Jauh sebelum membaca buku ini, yang saya ketahui, nama Dracula sering dikaitkan dengan sosok vampir yang selalu haus akan darah manusia. Bahkan tadi sempat Googling juga, bahwa sejarah mencatat, Dracula adalah seorang pangeran Wallachia (Rumania) bernama Vlad Tapes (1431-1476) yang gigih melawan serbuan kesultanan Ottonam atas wilayahnya. Ia sosok yang dibenci baik oleh musuhnya maupun oleh rakyatnya sendiri. Nama Dracula sendiri berarti anak laki-laki Dracul -anak laki-laki naga- (Drac = naga. ull=anak), nama ini disandingnya karena ayahnya (Vlad II) diangkat menjadi anggota Orde Naga oleh Kaisar Romawi. Organisasi ini dibentuk untuk mempertahankan kekaisaran romawi terhadap kesultanan Ottoman di Turki.
Selain itu Vlad Tepes juga memiliki sebutan yang menyeramkan Vlad The Impaler (Vlad si Penyula). Di sebut Penyula karena konon Vlad dikenal sebagai tokoh yang senang melakukan kekejaman terhadap orang-orang yang tak disukainya. Salah satu metode penyiksaan yang disukainya adalah dengan menyula (menusuk dari dubur hingga kepala) hidup-hidup musuh-musuhnya. Diperkirakan ia telah membunuh 40.000 hingga 100.000 orang dengan cara-cara yang kejam.
Kekejaman Vlad Tepes berakhir ketika ia tewas dalam sebuah penyerbuan orang-orang Turki di sebuah kota dekat Buchares. Kepalanya dipisahkan dari tubuhnya dan dibawa ke Konstantinopel sebagai persembahan kepada Sultan Turki. Tubuh tanpa kepalanya dikuburkan di Snagov sebuah pulau di Bucharest. Dari sinilah legenda vampir mulai hidup. Konon Vlad Tepes tidak benar-benar mati, ia menjadi mayat hidup, menjadi vampir dan menyebarkan wabah vampir kepada orang-orang yang digigitnya. Kisah ini menjadi legenda. Diceritakan dari generasi ke generasi di kalangan penduduk Balkan yang masih percaya pada tahayul.
Review Cerita :
Dalam buku ini, Elizabeth Kostova membawa kita bertualang bersama seorang seorang sejarawan yang tengah berusaha untuk mengungkapkan kebenaran tentang Vlad dari abad pertengahan yang kemungkinan masih hidup.
Selanjutnya, novel berjudul “The Historian” (Sang Sejarawan) ini, menceritakan bagaimana para tokoh-tokoh yang terlibat mendadak menemukan sebuah buku tua yang halaman-halamannya kosong, kecuali halaman tengahnya yang bergambar naga dengan ekor melingkar. Ada beberapa sejarawan yang terlibat. Tokoh utama yang berperan penting di sini adalah Paul dan Helen, serta Bartolomew Rossi.
Kisah ini dimulai ketika Bartolomew Rossi yang di masa mudanya juga menerima buku serupa, kemudian terpanggil untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Vlad III Dracula. Ia bahkan sampai berkunjung ke Istanbul, Turki, tempat kepala Vlad Dracula dipersembahkan pada Sultan Mehmed II ketika terjadi peperangan antara Ottoman dengan Wallachia, daerah kekuasaan Vlad III Dracula. Ia pun pergi ke daerah Rumania, tempat dimana Vlad III Dracula dimakamkan menurut sejarah. Pencarian Rossi ini ternyata membawa keburukan untuknya, hingga ia menghentikan penelitiannya.
Selanjutnya, di tahun 1972 dimana seorang gadis berusia 16 tahun menemukan sebuah buku tua dan amplop yang berisi kertas-kertas yang sudah menguning di perpustakaan ayahnya di Amsterdam.
Uniknya buku tua tersebut seluruh halaman-halamannya kosong, kecuali di halaman tengahnya terdapat gambar cukilan kayu berbentuk naga dan terdapat tulisan “DRACULYA”. Sedangkan kertas-kertas yang sudah menguning itu ternyata sebuah surat-surat pribadi bertanggal 12 Desember 1930 yang ditujukan kepada “ Penerusku yang baik dan tidak beruntung”
Ketika ia bertanya pada ayahnya, Paul, mengenai temuannya itu, barulah ayahnya bercerita.
Pada saat Paul masih menjadi mahasiswa S2 jurusan sejarah di Amerika, di malam hari ketika ia sedang membaca di perpustakaan universitas, tiba-tiba seseorang telah meninggalkan sebuah buku kuno diantara buku-buku yang sedang dibacanya di meja perpustakaan. Buku kuno yang ditengah halamannya bergambar naga dan bertuliskan Drakulya ini membuat penasaran Paul dan iapun segera menelusuri katalog perpustakaan untuk menemukan buku-buku dengan tema “Drakula”
Dengan menggunakan pola cerita di dalam cerita, mungkin pembaca akan merasa sedikit kebingungan untuk mencerna siapa yang sedang bercerita. Entah itu sang putri, Helen ataukah sang ayah, Paul, semuanya menggunakan “AKU” sebagai kata ganti orang pertama. Tapi, menurut pengalaman saya, hehe... kalau nanti sudah di tengah-tengah cerita, pembaca akan mulai paham, siapa yang sedang terlibat dalam proses pemaparan kisahnya.
Kemudian, Paul menceritakan penemuannya itu pada dosen pembimbingnya, Prof. Bartholomew Rossi. Dan yang lebih mengejutkannya, ternyata Prof Rossi juga memiliki buku yang sama dengan cara yang juga misterius. Sama seperti Paul, buku ini menimbulkan obsesi yang besar bagi Rossi untuk memperoleh keterangan mendalam mengenai asal-usul buku itu, dan mencari tahu sosok tokoh sejarah Draculla atau Vlad Tepes, dimana kuburannya, dan apakah ia masih hidup hingga kini, dan lain-lain. Tidak tanggung-tanggung Prof Rossi melacak jejak Draculla hingga ke Turki dan pelosok-pelosok Rumania.
Mendapati cerita temuan Paul, Prof. Rossi memberikan semua hasil temuannya selama yang berupa manuskrip, peta dan surat-surat kepada Paul. Sayangnya, sebelum Paul dan Rossi melakukan riset lebih jauh, tiba-tiba Prof Rossi menghilang dengan meninggalkan bercak darah di kamarnya. Berdasarkan surat-surat dan peta yang diterimanya dari Rossi, Paul melanjutkan risetnya sambil mencari keberadaan Rossi. Secara kebetulan ia bertemu dengan Hellen, seorang antropolog asal Rumania yang ternyata anak kandung dari Prof Rossi dari hasil hubungannya dengan wanita asal Rumania yang ditemuinya saat melakukan riset Dracula.
Pada bagian ini, saya dibuat sedikit bingung. Helen? Bukankah Helen adalah putrinya Paul? Bukan, jadi saat sang putri lahir, Paul menamakan putrinya dengan nama Helen, seperti nama ibunya.
Paul bersama Helen pun sepakat untuk melakukan pencarian dimana Rossi berada, ada dua kemungkinan kemana hilangnya Rossi, mencari letak kuburan Dracula, atau diculik oleh Dracula. Pencarian ini menghantar mereka singgah ke beberapa negara seperti Turki, Rumania, Bulgaria, menelusuri koleksi-koleksi perpustakaan-perpustakaan yang menyimpan buku-buku dan manuskrip-manuskrip kuno abad ke 15. Dan pada bagian inilah saya mulai menyukai dan menikmati buku ini. Dimana banyak diceritakan tentang buku, buku-buku-buku kuno, kunjungan tokoh ke perpustakaan-perpustakaan tua dan bersejarah serta karakter para tokoh sebagai kutu buku yang cerdas.
Selanjutnya, mereka juga mengunjungi biara-biara kuno guna mencari dimana kuburan Draculla berada, dan banyak mencari lebih banyak cerita mengenai Draculla. Dalam pencarian ini mereka akan menemukan juga bahwa ternyata, selain Paul dan Rossi, masih ada beberapa orang yang ternyata memiliki buku bergambar naga tersebut. Pencarian ini tidaklah mudah, selain keterbatasan sumber, mereka juga selalu dibuntuti oleh seseorang atau sesosok vampir yang mencoba menghalangi niat mereka, bahkan sempat menggigit Helen.
Dan memang, setiap kali ada penelitian mengenai Vlad sang Penyula, selalu ada korban, seolah pertanda buruk.
Lalu, berhasilkah Paul dan Helen memecahkan misteri hilangnya Prof. Rossi? Apakah benar Daculla itu ada?
Secara keseluruhan, novel ini terdiri dari beberapa penutur; tuturan Paul yang menceritakan langsung kisahnya pada anaknya, surat-surat Paul, surat-surat Rossi, dan si gadis yang menceritakan pengalamannya sendiri. Jadi, jika dilihat dari setting waktunya, novel ini memiliki tiga bagian kisah. Setting tahun 1930-an yang menceritakan pengalaman Prof. Rossi, setting tahun 1950-an yang menceritakan pengalaman Paul, dan setting tahun 1972 yang menceritakan pengalaman gadis berusia enam belas tahun.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
1. Saya tidak menemukan adanya kesalahan pengetikan kata-kata dalam buku ini.
2. Tidak seperti novel-novel horor lainnya yang biasanya sarat dengan dendam, darah, amarah, kesedihan, sosok hantu yang menakutkan, The Historian menyajikan nuansa yang berbeda, meskipun penuh dengan ketegangan namun sangat memikat untuk terus dan terus membacanya
3. Meskipun tema utamanya adalah pencarian sosok Drakula yang menyeramkan, namun tak ada ketakutan yang berlebihan pada novel ini, yang ada kita disuguhi fakta-fakta sejarah yang menambah pengetahuan dan terus mengajak kita untuk ikut memecahkan teka-teki. Sangat menarik.
4. Dengan deskripsi sejarah dan tempat-tempat yang indah di yang menjadi setting novel ini diurai dengan tidak membosankan, sehingga Kostova sukses membuat saya merasa diajak bertamasya ke abad 15.
5. Suspense, horor, legenda, fakta sejarah, semua itu dirangkai dalam sebuah kisah dengan tempo yang cepat dan plot yang memikat, novel setebal 768 halaman ini tidak membuat saya bosan, malah membuat saya betah membacanya.
6. Dicetak diatas kertas HVS, dengan sampul hard cover dan diberi tambahan pembatas buku yang menawan, secara fisik buku ini tampil cukup mewah. Layak dikoleksi.
Kekurangan :
1. Adanya “the lack of tonal variation” (yang artinya kurang lebih, narasi dan tiap karakternya "bersuara" nyaris sama), narasi yang bertumpuk tiga, dan dengan alur maju-mundur, ini agak membuat saya kebingungan diawal-awal cerita.
2. Pada bagian akhir, saya mengira akan mendapatkan ketegangan dan keseruan, yang melebihi bagian-bagian sebelumnya, namun malah pada bagian akhir ini justru terasa datar bagi saya.
Identitas Buku
Judul : The Historian (Sang Sejarawan)
Penulis : Elizabeth Kostova
Kategori : Fiksi, Misteri, Petualangan, Thriller, Vampir
Penerjemah : Andang H. Soetopo
Tebal : 768 halaman
Ukuran Buku : 23 x15 cm
ISBN-10 : 979-22-2389-4
ISBN-13 : 978-979-22-2389-7
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama Edisi Hard Cover, 2007
Untuk sebuah buku yang menggabungkan fakta, fiksi, sejarah, dan dengan tampilan fisik yang cukup mewah, buku ini benar-benar menarik. Novel pertama Elizabet Kostova ini tampaknya memang benar-benar dikerjakan dengan sungguh-sungguh, terlebih menurut informasi yang saya dapat, saat menulis novel ini, Kostova juga melakukan riset yang mendalam layaknya seorang sejarahwan selama sepuluh tahun. Sebuah buku yang amat layak dibaca. Layak dikoleksi. Jadi, 5/5 bintang untuk Sang Sejarawan.
Oh iya, saya membaca buku ini sekitaran akhir tahun 2007 lalu, cuma baru sempat bikin review nya sekarang, hihi... Dan waktu itu, cuma 3 hari aja baca buku ini. Ihh... keren sih. Sukka banget pokoknya, apalagi dapatnya gratisan, ahahaa... Lebih tepatnya siiiih, hasil pinjam terus, terus, terus karena rasa ingin memiliki terhadap buku ini begitu kuat, besar, tulus dan suci... *halah...* ya gak aku kembaliin, eh tak disangka tak diduga, sang pemilik lupa kalau dia punya buku ini, dan lupa juga aku pinjam... ah ya sudah jadinyaa aku simpan saja *flipshair*. Btw, btw... terima kasih teh Nyuuu, muaaach... Eh bye, bye, semuaa...
Wassalamualaikum... Wr. Wb.
1 Comments