Book Review
TBU2015 Season 2
Book Review : Heavenly (Heavenly Series #1) by Jennifer Laurens
September 10, 2015
I met someone who changed everything.
Matthias. My autistic sister's guardian angel.
Honest. Inspiring. Funny. Hot. And immortal.
That was the problem.
What could I do? I did what any other girl would do-I fell in love with him.
(Aku bertemu seseorang yang mengubah segalanya.
Matthias. My autistic sister's guardian angel.
Honest. Inspiring. Funny. Hot. And immortal.
That was the problem.
What could I do? I did what any other girl would do-I fell in love with him.
(Aku bertemu seseorang yang mengubah segalanya.
Matthias. Dia malaikat pelindung adikku yang mengidap Autis.
Jujur. Inspiratif. Lucu. Seksi. Dan abadi.
Itulah masalahnya.
Apa yang bisa kulakukan?
Aku merasakan apa yang gadis lain akan rasakan.
Aku jatuh cinta kepadanya.)
Identitas Ebook
Judul : Heavenly (Heavenly Series #1)
Penulis : Jennifer Laurens
Bahasa : InggrisKategori : Fiksi, YA, Paranormal, Romance
Tebal/Format/Ukuran : 347 Halaman/PDF/7,53MB
Rate : 4/5 Bintang
Review (((Spoiler Alert)))
Berkisah tentang kehidupan Zoe, seorang gadis berusia 18 tahun. Sampai sejauh ini, ia memiliki kehidupan yang bahagia. Kedua orang tua yang harmonis, seorang adik laki-laki bernama Luke, berusia 16 tahun dan seorang adik perempuan kecil bernama Abria. Sayangnya, kehidupan keluarga yang harmonis dan bahagia ini seolah memudar ketika, adik bungsunya, Abria divonis dokter mengidap Autis. Dia selalu bertingkah hiperaktif. Berlari kesana kemari, melompat-lompat bahkan selalu mengepak-kepakkan kedua tangannya seperti sayap. Hal ini membuat seluruh keluarga harus ekstra intens mengawasi Abria karena gadis kecil ini dapat berlari kencang dan menghilang dari pandangan, Zoe dan Luke pun tidak lepas dari tanggung jawab untuk menjaga adiknya tersebut.
Namun, dengan keadaan adiknya yang demikian, Zoe dan Luke merasa tidak diperhatikan lagi. Menurut dua kakak beradik ini, semua perhatian kedua orangtuanya hanya selalu tertuju dan selalu ditujukan kepada Abria. Zoe dan Luke merasa benar-benar diabaikan kedua orang tuanya.
Zoe dan Luke, masing-masing akhirnya lebih memilih untuk banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dengan temannya yang bernama Brittany, seorang ratu pesta dan gadis populer di sekolahnya, Zoe jadi serang cewek yang gemar berpesta dan mengkonsumsi alkohol. Sedangkan Luke, yang tengah merasa sangat tidak menyukai perlakuan ayah ibunya dan juga sangat iri kepada adiknya Abria atas perhatian yang ia dapatkan dari ayah ibu nya itu, mencari kesenangan dengan mengkonsumsi ganja dan obat-obatan terlarang. Apa yang dilakukan oleh Zoe dan Luke di luar rumah ini, sama sekali tidak diketahui oleh orang tua mereka.
Suatu hari, Zoe mengajak Abria jalan-jalan ke taman didekat rumah mereka. Karena keasikan mengobrol dengan Britt melalui telepon genggamnya, sejenak, perhatian Zoe teralihkan dan saat itu pula, kemudian Abria pun menghilang.
Zoe sangat panik, karena setelah mencari-cari kesana-kemari disekitaran taman itu, Abria tetap tidak ditemukan.
Kepanikan Zoe semakin menjadi ketika ia membayangkan bagaimana reaksi dan perasaan kedua orangtuanya saat mereka tahu Abria hilang. Ia merasa sangat bersalah tidak dapat menjaga adiknya itu. Ditengah kepanikan dan rasa bersalahnya, Abria muncul digendong oleh seorang pemuda, yang sama sekali tidak dikenalnya. Pada saat itu pula, Zoe langsung merasa terpesona pada pemuda itu. Saat itu, Zoe hanya sempat mengucapkan "Terima Kasih", dan setelah menyerahkan Abria kepadanya, pemuda itu beranjak, dan menaiki mobilnya. Ia menghilang dari pandangan. Sesaat kemudian, Zoe merasa sedikit kecewa, ketika ia sadar keduanya bahkan belum sempat saling berkenalan.
Tidak pernah Zoe sangka sebelumnya, ia bisa melihat kembali pemuda itu, saat ia mengantarkan Abria ke bus sekolah. Zoe melihat bahwa si pemuda itu mengikuti Abria. Zoe yang merasa khawatir dengan keselamatan adiknya, ditambah rasa curiga dan penasaran kepada pemuda itu pun membuntutinya hingga tiba di sekolah Abria. Disana, tanpa basa-basi lagi, Zoe langsung menghampiri dan menanyaimnya. Zoe terus mendesaknya dengan pertanyaan, mengapa ia mengikuti Abria. Saat itu, si pemuda mengaku bahwa ia adalah semacam penjaga untuk Abria, karena ada yang menugaskannya untuk itu. Ia juga mengaku, ia bernama Matthias.
Di saat yang bersamaan, salah seorang guru Abria, memandang aneh ke arah Zoe dan kemudian menghampirinya. Ia bertanya apakah Zoe baik-baik saja, karena sedari tadi ia melihat zoe hanya berdiri dan berbicara sendirian disitu. Zoe merasa kaget dan heran kenapa wanita itu tidak melihat Matthias padahal dia berdiri tidak jauh dari dirinya dan Matthias.
Matthias menjelaskan, bahwa Zoe dapat melihatnya sedangkan yang lain tidak karena orang-orang lain tidak siap dengan sesuatu yang bersifat gaib, atau bahkan tidak mempercayainya. Dan hanya orang-orang dengan hati yang murni-lah yang dapat melihat para guardian angels atau malaikat pelindung ini.
Sejak saat itu, meskipun pada awalnya Zoe sangat tidak mempercayai apa yang disampaikan oleh Matthias, keduanya menjadi cukup dekat. Matthias yang selalu datang ketika Abria menghadapi bahaya, seperti ketika dia hilang di taman, dan sewaktu memanjat ke jendela rumah mereka, dan dari beberapa peristiwa di luar nalar yang terjadi akhir-akhir ini, terutama yang menimpa atau berkaitan dengan Abria, sedikit demi sedikit, Zoe mulai percaya bahwa Matthias adalah malaikat pelindungnya Abria.
Zoe pun jatuh cinta kepada Matthias, yang ternyata meskipun memiliki penampilan muda dan mempesona, ia telah berumur ratusan tahun. Matthias lahir pada tahun 1907.
Suatu ketika, saat Zoe dan Matthias tengah menghabiskan waktu berdua, dengan tanpa disengaja, keduanya yang tak pernah saling bersentuhan, kali itu saling bersentuhan tangan, dan kemudian karena kontak fisik itulah Matthias kemudian menjadi malaikat pelindung bagi Zoe. Mengetahui bahwa kini Matthias adalah malaikat pelindung dirinya, Zoe sangat senang. Karena itu juga berarti, bahwa Matthias akan selalu ada untuknya, melindungi dirinya.
Ditengah rasa senangnya itu, Zoe merasa agak risih juga saat mengetahui bahwa seorang malaikat pelindung juga memiliki kemampuan membaca segala apa yang ada di pikiran manusia yang dilindunginya. Kini ia tidak lagi memiliki dihadapan Matthias. Namun kemudian, Zoe tidak terlalu memperdulikan hal itu. Hari-hari Zoe kini penuh dengan rasa kebahagiaan. Ia jatuh cinta. Ia merasa sangat bahagia berada di sisi Matthias. Nama, wajah dan sosok Matthias selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya dan dalam setiap detakan jantungnya. Meskipun kadang ia merasa sedih, ketika menyadari kenyataan bahwa dirinya dan Matthias berada di alam yang berbeda. Seorang manusia fana dan malaikat pelindung. Namun, ia juga selalu berusaha untuk menghapus pikiran-pikiran semacam itu dari benaknya.
Kenakalan dan perilaku buruk Luke di luar rumah akhirnya diketahui oleh kedua orangtuanya. Mereka merasa sedih mengetahui kenyataan bahwa anak laki-laki mereka adalah seorang pengguna obat-obatan terlarang. Dari Luke yang terus-terusan mencoba untuk membela diri, akhirnya pecahlah pertengkaran diantara mereka. Kedua orang tua mereka semakin merasa sedih ketika dari pertengkaran itu pula mereka mengetahui bahwa Zoe juga telah kecanduan minuman keras.
Berkat sikap bijak dan yang dimiliki kedua orangtuanya, dan merasa bersalah karena selama ini tidak memperhatikan keadaan kedua anaknya, Zoe dan Luke, keadaanpun membaik.
Zoe senang, karena keadaan keluarga dan suasana dirumahnya telah kembali seperti dahulu. Penuh dengan kebahagiaan, kebersamaan dan keharmonisan. Tidak hanya itu saja hal yang membuat Zoe merasa menjadi seseorang yang merasa hidupnya telah sempurna. Ada hal lain, dan tentu saja itu adalah Matthias, si malaikat pelindung telah memberikannya cinta dan kebahagiaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia begitu amat sangat mencintai Matthias. Hingga pada suatu ketika, kepada Matthias, Zoe mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan terhadapnya. Setelah mendengar apa yang disampaikan Zoe tentang perasaannya, Matthias pergi begitu saja. Zoe sangat kecewa dan marah, ia memutuskan tidak pulang tapi pergi ke pesta yang diadakan dua teman hura-huranya, Weston dan Brady, kembali kepada kebiasaannya buruknya beberapa bulan yang lalu. Ia merasa sangat sedih karena ternyata cintanya selama ini yang begitu besar dan tulus kepada Matthias hanya bertepuk sebelah tangan.
Mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Zoe, Matthias mencarinya dan kemudian melarangnya masuk ke dalam pesta. Zoe yang sedang dalam kondisi sangat marah tidak memperdulikan apa yang dikatakan Matthias, ia tetap masuk dan menemui teman-temannya. Tentu saja, teman-temannya menyambut kedatangan Zoe dan kemudian mencekokinya dengan minum-minuman keras hingga akhrnya Zoe tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, Zoe terbangun dalam keadaan pusing akibat alkohol. Ia juga merasa kebingungan karena tidak tahu ia berada di mana. Betapa kagetnya Zoe saat ia menyadari keberadaan Matthias di ruangan itu. Menurut Matthias, mereka berada di sebuah motel. Tentang peristiwa di pesta semalam, kepada Zoe, Matthias mengatakan bahwa ia tahu dari sebelumnya apa yang akan dilakukan teman-teman Zoe kepada Zoe. Teman-temannya itu hanyalah selalu ingin memanfaatkannya. Matthias juga mengatakan bahwa sebenarnya Zoe masih memiliki teman-teman yang tulus, tapi sekali lagi bukan teman-teman yang hanya selalu mengajaknya berpesta, berpesta dan berpesta.
Awalnya Zoe merasa terpojok oleh Matthias, ia mencoba membela diri. Ia melakukan semua itu karena merasa kesal, marah dan kecewa karena Matthias tidak mempedulikan perasaannya. Namun kemudian, Zoe meminta maaf dan mengucapkan terima kasih karena Matthias, lagi dan lagi telah menolongnya.
Dari beberapa saat keheningan yang tercipta diantara mereka saat itu, Zoe tak pernah menyangka jika Matthias akan menyatakan bahwa ia juga sebenarnya memiliki perasaan yang sama.
Beberapa hari kemudian, usai pulang sekolah, Zoe berjanji bertemu dengan teman sekelasnya, Chase di Starbucks. Dari pengakuannya, Chase ini sama-sama pernah mengalami kejadian bertemu dengan malaikat pelindung. Ia juga bisa melihat Matthias. Di pertemuan itu, Chase sempat menyatakan perasaan sukanya kepada Zoe dan saat keduanya hendak berpisah, bahkan Chase memberanikan diri mencium pipi Zoe
Diperjalanan pulang, Matthias muncul di mobil. Zoe yang sudah terbiasa dengan kemunculan tiba-tiba pemuda itu sudah tidak merasa kaget lagi. Namun kemudian dengan nada bercanda, Zoe bertanya kepada Matthias, apakah keberadaan tiba-tibanya kali ini karena akan ada bahaya yang menimpa dirinya. Dengan roman wajah yang tidak bisa ditebak Zoe saat itu, Matthias berkata tidak akan terjadi apapun dan kemudian hanya meminta Zoe untuk berkonsentrasi saja menyetir. Zoe menanggapi sikap tidak biasa Matthias itu sebagai bentuk rasa cemburunya kepada ulah Chase. Tidak lama kemudian, dengan lembut, Matthias berkata : "Jangan takut", dan saat itu pula, Zoe melihat sebuah truk kencang ke arahnya dan menabrak mobil Zoe.
Seketika itu juga, Zoe tidak sadarkan diri.
Akhirnya Zoe siuman. Sayang, setelah bertemu dengan keluarganya dan mengucapkan kata-kata perpisahan yang membuat keluarganya begitu sedih, Zoe kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya. Namun dengan demikian pula, di Paradise, Zoe dan Matthias bertemu, kini tak ada lagi batas pemisah diantara mereka.
Tapi... benarkah mereka akan terus berbahagia di Paradise?
Penasaran? Tunggu review saya untuk buku kedua dari seri ini, Penitence.
I finished this book a few hour ago. Dan mungkin karena saya masih belum bisa move on dari cerita-cerita yang berkisah tentang Guardian Angel a.k.a malaikat pelindung, jadi, yaa... saya suka buku ini. :)
Jadi, ya... beberapa minggu yang lalu, saya melihat buku pertama dari seri karya Jennifer Laurens terbitan Indonesia di jual dengan harga yang sangaaat terjangkau, bikin ngiler. Ditambah setelah membaca sinopsisnya, waduhh.. saya makin mupeng. Dan sayangnya yaa, as always, saya keduluan orang lain. Buku itu sudah terjual, pemirsaa!!
Dengan rasa kecewa, saya coba tanya ke penjualnya... ya, kali masih ada stok dan masih dia timbun. Dia bilang : "gak ada, cuma satu". Betapa sakit hati saya saat itu. *lebay*
Tak lama kemudian entah maksudnya apa, atau mungkin di tahu sayapenimbun pembaca buku-buku berseri, si penjual kemudian mengirimi saya pesan : "Mba, buku yang tadi cari aja ebooknya, seluruh serinya ada tiga buku, lagian untuk yang terbitan di Indonesia ini, cuma baru buku satunya aja". Saat itu juga, setelah mengucapkan terima kasih dong tentunya ke mas-mas penjual buku tadi, saya cari ebooknya (berbahasa Inggris), downlad dan seperti biasa setelah didownload biasanya yaa diendapkan begitu saja, haha... baru kemudian tadi malam deh mulai dibaca, hehe...
Bicara tentang ceritanya, secara keseluruhan... sebenarnya ini adalah tipe-tipe cerita dengan konsep yang bisa dibilang wesbiasyaa yo... Yaph, alias sudah biasa. Malaikat pelindung, yang tanpa bermaksud membanding-bandingkan, menurut saya inti cerita dari kisah Zoe dan Matthias ini gak jauh beda dengan kisah Lucian dan Rebecca di buku karya Isabel Abedi.
Itu dari konsep ceritanya ya. Lalu, dari jalan cerita yang minim romance ini, menurut saya juga bisa dibilang flat dan gak ada konflik yang begitu significant. Beberapa bagian cerita juga menggantung. Jadinya bikin gregeeet.
Lalu... berbeda dengan konsep dan jalan cerita yang menurut saya biasa itu, ya sekali lagi, itu hanya menurut saya aja lho yaa... karakter si tokoh utama, Zoe digambarkan cukup unik. Bagaimana tidak, seorang gadis yang suka hura-hura, peminum, ratu pesta, dikenal sebagai gadis populer disekolahnya, sempat juga menjadi seorang gadis yang membangkang terhadap keduanya, dan tidak memiliki banyak teman ini, dirinya yang sebenarnya tetaplah memiliki hati yang baik dan penyayang, ia juga menyadari bahwa keluarga adalah segalanya, ia juga sangat menyayangi dan tidak bisa terpisah dari kedua orangtua dan kedua adiknya. Mungkin karena hal itulah ia menjadi salah satu manusia yang memiliki hati yang murni, gak munafik... dan kemudian bisa melihat sosok Matthias, malaikat pelindung, yang wujudnya tak terlihat oleh orang lain.
Terlepas dari apa yang saya tulis diatas mengenai buku ini, tentang konsep yang bisa dibilang biasa dan beberapa bagian cerita yang terasa menggantung. Secara keseluruhan, buku ini tetaplah memiliki keasyikan tersendiri untuk dibaca.
Dan kalau bisa ketemu sama Matthias, aku cuma pengen bilang : "Hey, jangan sia-siakan Zoe yang begitu menyayangi dan mencintaimu dengan tulus".
Namun, dengan keadaan adiknya yang demikian, Zoe dan Luke merasa tidak diperhatikan lagi. Menurut dua kakak beradik ini, semua perhatian kedua orangtuanya hanya selalu tertuju dan selalu ditujukan kepada Abria. Zoe dan Luke merasa benar-benar diabaikan kedua orang tuanya.
Zoe dan Luke, masing-masing akhirnya lebih memilih untuk banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dengan temannya yang bernama Brittany, seorang ratu pesta dan gadis populer di sekolahnya, Zoe jadi serang cewek yang gemar berpesta dan mengkonsumsi alkohol. Sedangkan Luke, yang tengah merasa sangat tidak menyukai perlakuan ayah ibunya dan juga sangat iri kepada adiknya Abria atas perhatian yang ia dapatkan dari ayah ibu nya itu, mencari kesenangan dengan mengkonsumsi ganja dan obat-obatan terlarang. Apa yang dilakukan oleh Zoe dan Luke di luar rumah ini, sama sekali tidak diketahui oleh orang tua mereka.
Suatu hari, Zoe mengajak Abria jalan-jalan ke taman didekat rumah mereka. Karena keasikan mengobrol dengan Britt melalui telepon genggamnya, sejenak, perhatian Zoe teralihkan dan saat itu pula, kemudian Abria pun menghilang.
Zoe sangat panik, karena setelah mencari-cari kesana-kemari disekitaran taman itu, Abria tetap tidak ditemukan.
Kepanikan Zoe semakin menjadi ketika ia membayangkan bagaimana reaksi dan perasaan kedua orangtuanya saat mereka tahu Abria hilang. Ia merasa sangat bersalah tidak dapat menjaga adiknya itu. Ditengah kepanikan dan rasa bersalahnya, Abria muncul digendong oleh seorang pemuda, yang sama sekali tidak dikenalnya. Pada saat itu pula, Zoe langsung merasa terpesona pada pemuda itu. Saat itu, Zoe hanya sempat mengucapkan "Terima Kasih", dan setelah menyerahkan Abria kepadanya, pemuda itu beranjak, dan menaiki mobilnya. Ia menghilang dari pandangan. Sesaat kemudian, Zoe merasa sedikit kecewa, ketika ia sadar keduanya bahkan belum sempat saling berkenalan.
Tidak pernah Zoe sangka sebelumnya, ia bisa melihat kembali pemuda itu, saat ia mengantarkan Abria ke bus sekolah. Zoe melihat bahwa si pemuda itu mengikuti Abria. Zoe yang merasa khawatir dengan keselamatan adiknya, ditambah rasa curiga dan penasaran kepada pemuda itu pun membuntutinya hingga tiba di sekolah Abria. Disana, tanpa basa-basi lagi, Zoe langsung menghampiri dan menanyaimnya. Zoe terus mendesaknya dengan pertanyaan, mengapa ia mengikuti Abria. Saat itu, si pemuda mengaku bahwa ia adalah semacam penjaga untuk Abria, karena ada yang menugaskannya untuk itu. Ia juga mengaku, ia bernama Matthias.
Di saat yang bersamaan, salah seorang guru Abria, memandang aneh ke arah Zoe dan kemudian menghampirinya. Ia bertanya apakah Zoe baik-baik saja, karena sedari tadi ia melihat zoe hanya berdiri dan berbicara sendirian disitu. Zoe merasa kaget dan heran kenapa wanita itu tidak melihat Matthias padahal dia berdiri tidak jauh dari dirinya dan Matthias.
Matthias menjelaskan, bahwa Zoe dapat melihatnya sedangkan yang lain tidak karena orang-orang lain tidak siap dengan sesuatu yang bersifat gaib, atau bahkan tidak mempercayainya. Dan hanya orang-orang dengan hati yang murni-lah yang dapat melihat para guardian angels atau malaikat pelindung ini.
Sejak saat itu, meskipun pada awalnya Zoe sangat tidak mempercayai apa yang disampaikan oleh Matthias, keduanya menjadi cukup dekat. Matthias yang selalu datang ketika Abria menghadapi bahaya, seperti ketika dia hilang di taman, dan sewaktu memanjat ke jendela rumah mereka, dan dari beberapa peristiwa di luar nalar yang terjadi akhir-akhir ini, terutama yang menimpa atau berkaitan dengan Abria, sedikit demi sedikit, Zoe mulai percaya bahwa Matthias adalah malaikat pelindungnya Abria.
Zoe pun jatuh cinta kepada Matthias, yang ternyata meskipun memiliki penampilan muda dan mempesona, ia telah berumur ratusan tahun. Matthias lahir pada tahun 1907.
Suatu ketika, saat Zoe dan Matthias tengah menghabiskan waktu berdua, dengan tanpa disengaja, keduanya yang tak pernah saling bersentuhan, kali itu saling bersentuhan tangan, dan kemudian karena kontak fisik itulah Matthias kemudian menjadi malaikat pelindung bagi Zoe. Mengetahui bahwa kini Matthias adalah malaikat pelindung dirinya, Zoe sangat senang. Karena itu juga berarti, bahwa Matthias akan selalu ada untuknya, melindungi dirinya.
Ditengah rasa senangnya itu, Zoe merasa agak risih juga saat mengetahui bahwa seorang malaikat pelindung juga memiliki kemampuan membaca segala apa yang ada di pikiran manusia yang dilindunginya. Kini ia tidak lagi memiliki dihadapan Matthias. Namun kemudian, Zoe tidak terlalu memperdulikan hal itu. Hari-hari Zoe kini penuh dengan rasa kebahagiaan. Ia jatuh cinta. Ia merasa sangat bahagia berada di sisi Matthias. Nama, wajah dan sosok Matthias selalu ada dalam setiap hembusan nafasnya dan dalam setiap detakan jantungnya. Meskipun kadang ia merasa sedih, ketika menyadari kenyataan bahwa dirinya dan Matthias berada di alam yang berbeda. Seorang manusia fana dan malaikat pelindung. Namun, ia juga selalu berusaha untuk menghapus pikiran-pikiran semacam itu dari benaknya.
Kenakalan dan perilaku buruk Luke di luar rumah akhirnya diketahui oleh kedua orangtuanya. Mereka merasa sedih mengetahui kenyataan bahwa anak laki-laki mereka adalah seorang pengguna obat-obatan terlarang. Dari Luke yang terus-terusan mencoba untuk membela diri, akhirnya pecahlah pertengkaran diantara mereka. Kedua orang tua mereka semakin merasa sedih ketika dari pertengkaran itu pula mereka mengetahui bahwa Zoe juga telah kecanduan minuman keras.
Berkat sikap bijak dan yang dimiliki kedua orangtuanya, dan merasa bersalah karena selama ini tidak memperhatikan keadaan kedua anaknya, Zoe dan Luke, keadaanpun membaik.
Zoe senang, karena keadaan keluarga dan suasana dirumahnya telah kembali seperti dahulu. Penuh dengan kebahagiaan, kebersamaan dan keharmonisan. Tidak hanya itu saja hal yang membuat Zoe merasa menjadi seseorang yang merasa hidupnya telah sempurna. Ada hal lain, dan tentu saja itu adalah Matthias, si malaikat pelindung telah memberikannya cinta dan kebahagiaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia begitu amat sangat mencintai Matthias. Hingga pada suatu ketika, kepada Matthias, Zoe mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan terhadapnya. Setelah mendengar apa yang disampaikan Zoe tentang perasaannya, Matthias pergi begitu saja. Zoe sangat kecewa dan marah, ia memutuskan tidak pulang tapi pergi ke pesta yang diadakan dua teman hura-huranya, Weston dan Brady, kembali kepada kebiasaannya buruknya beberapa bulan yang lalu. Ia merasa sangat sedih karena ternyata cintanya selama ini yang begitu besar dan tulus kepada Matthias hanya bertepuk sebelah tangan.
Mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Zoe, Matthias mencarinya dan kemudian melarangnya masuk ke dalam pesta. Zoe yang sedang dalam kondisi sangat marah tidak memperdulikan apa yang dikatakan Matthias, ia tetap masuk dan menemui teman-temannya. Tentu saja, teman-temannya menyambut kedatangan Zoe dan kemudian mencekokinya dengan minum-minuman keras hingga akhrnya Zoe tak sadarkan diri.
Keesokan harinya, Zoe terbangun dalam keadaan pusing akibat alkohol. Ia juga merasa kebingungan karena tidak tahu ia berada di mana. Betapa kagetnya Zoe saat ia menyadari keberadaan Matthias di ruangan itu. Menurut Matthias, mereka berada di sebuah motel. Tentang peristiwa di pesta semalam, kepada Zoe, Matthias mengatakan bahwa ia tahu dari sebelumnya apa yang akan dilakukan teman-teman Zoe kepada Zoe. Teman-temannya itu hanyalah selalu ingin memanfaatkannya. Matthias juga mengatakan bahwa sebenarnya Zoe masih memiliki teman-teman yang tulus, tapi sekali lagi bukan teman-teman yang hanya selalu mengajaknya berpesta, berpesta dan berpesta.
Awalnya Zoe merasa terpojok oleh Matthias, ia mencoba membela diri. Ia melakukan semua itu karena merasa kesal, marah dan kecewa karena Matthias tidak mempedulikan perasaannya. Namun kemudian, Zoe meminta maaf dan mengucapkan terima kasih karena Matthias, lagi dan lagi telah menolongnya.
Dari beberapa saat keheningan yang tercipta diantara mereka saat itu, Zoe tak pernah menyangka jika Matthias akan menyatakan bahwa ia juga sebenarnya memiliki perasaan yang sama.
Beberapa hari kemudian, usai pulang sekolah, Zoe berjanji bertemu dengan teman sekelasnya, Chase di Starbucks. Dari pengakuannya, Chase ini sama-sama pernah mengalami kejadian bertemu dengan malaikat pelindung. Ia juga bisa melihat Matthias. Di pertemuan itu, Chase sempat menyatakan perasaan sukanya kepada Zoe dan saat keduanya hendak berpisah, bahkan Chase memberanikan diri mencium pipi Zoe
Diperjalanan pulang, Matthias muncul di mobil. Zoe yang sudah terbiasa dengan kemunculan tiba-tiba pemuda itu sudah tidak merasa kaget lagi. Namun kemudian dengan nada bercanda, Zoe bertanya kepada Matthias, apakah keberadaan tiba-tibanya kali ini karena akan ada bahaya yang menimpa dirinya. Dengan roman wajah yang tidak bisa ditebak Zoe saat itu, Matthias berkata tidak akan terjadi apapun dan kemudian hanya meminta Zoe untuk berkonsentrasi saja menyetir. Zoe menanggapi sikap tidak biasa Matthias itu sebagai bentuk rasa cemburunya kepada ulah Chase. Tidak lama kemudian, dengan lembut, Matthias berkata : "Jangan takut", dan saat itu pula, Zoe melihat sebuah truk kencang ke arahnya dan menabrak mobil Zoe.
Seketika itu juga, Zoe tidak sadarkan diri.
Akhirnya Zoe siuman. Sayang, setelah bertemu dengan keluarganya dan mengucapkan kata-kata perpisahan yang membuat keluarganya begitu sedih, Zoe kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya. Namun dengan demikian pula, di Paradise, Zoe dan Matthias bertemu, kini tak ada lagi batas pemisah diantara mereka.
Tapi... benarkah mereka akan terus berbahagia di Paradise?
Penasaran? Tunggu review saya untuk buku kedua dari seri ini, Penitence.
==========
I finished this book a few hour ago. Dan mungkin karena saya masih belum bisa move on dari cerita-cerita yang berkisah tentang Guardian Angel a.k.a malaikat pelindung, jadi, yaa... saya suka buku ini. :)
Jadi, ya... beberapa minggu yang lalu, saya melihat buku pertama dari seri karya Jennifer Laurens terbitan Indonesia di jual dengan harga yang sangaaat terjangkau, bikin ngiler. Ditambah setelah membaca sinopsisnya, waduhh.. saya makin mupeng. Dan sayangnya yaa, as always, saya keduluan orang lain. Buku itu sudah terjual, pemirsaa!!
Dengan rasa kecewa, saya coba tanya ke penjualnya... ya, kali masih ada stok dan masih dia timbun. Dia bilang : "gak ada, cuma satu". Betapa sakit hati saya saat itu. *lebay*
Tak lama kemudian entah maksudnya apa, atau mungkin di tahu saya
Bicara tentang ceritanya, secara keseluruhan... sebenarnya ini adalah tipe-tipe cerita dengan konsep yang bisa dibilang wesbiasyaa yo... Yaph, alias sudah biasa. Malaikat pelindung, yang tanpa bermaksud membanding-bandingkan, menurut saya inti cerita dari kisah Zoe dan Matthias ini gak jauh beda dengan kisah Lucian dan Rebecca di buku karya Isabel Abedi.
Itu dari konsep ceritanya ya. Lalu, dari jalan cerita yang minim romance ini, menurut saya juga bisa dibilang flat dan gak ada konflik yang begitu significant. Beberapa bagian cerita juga menggantung. Jadinya bikin gregeeet.
Lalu... berbeda dengan konsep dan jalan cerita yang menurut saya biasa itu, ya sekali lagi, itu hanya menurut saya aja lho yaa... karakter si tokoh utama, Zoe digambarkan cukup unik. Bagaimana tidak, seorang gadis yang suka hura-hura, peminum, ratu pesta, dikenal sebagai gadis populer disekolahnya, sempat juga menjadi seorang gadis yang membangkang terhadap keduanya, dan tidak memiliki banyak teman ini, dirinya yang sebenarnya tetaplah memiliki hati yang baik dan penyayang, ia juga menyadari bahwa keluarga adalah segalanya, ia juga sangat menyayangi dan tidak bisa terpisah dari kedua orangtua dan kedua adiknya. Mungkin karena hal itulah ia menjadi salah satu manusia yang memiliki hati yang murni, gak munafik... dan kemudian bisa melihat sosok Matthias, malaikat pelindung, yang wujudnya tak terlihat oleh orang lain.
Terlepas dari apa yang saya tulis diatas mengenai buku ini, tentang konsep yang bisa dibilang biasa dan beberapa bagian cerita yang terasa menggantung. Secara keseluruhan, buku ini tetaplah memiliki keasyikan tersendiri untuk dibaca.
Dan kalau bisa ketemu sama Matthias, aku cuma pengen bilang : "Hey, jangan sia-siakan Zoe yang begitu menyayangi dan mencintaimu dengan tulus".
0 Comments