Book Review
Book Review : Always the Bride by Jessica Fox
April 17, 2016
Tidak Semua Hal Dapat Berjalan Sesuai Keinginan Kita
Namun, Zoe Forster selalu berusaha untuk memiliki hidup sempurna. Jadi, ketika ada seorang cenayang pada pesta lajangnya meramalkan bahwa ia akan menikah dua kali, ia tidak ambil puing. Semua orang tahu bahwa Zoe dan Steve ditakdirkan bersama selamanya.
Tetap saja, pernikahan fantastis maca apa pun harus menghadapi lika-liku di kemudian hari dan, dalam setahun, hal-hal tak terduga terjadi. Hadir pula seorang bintang film superseksi bernama Luke Scottman dalam kehidupan Zoe. Zoe dan Steve pun menemukan masa lalu masing-masing yang tidak seindah dugaan mereka. Tampaknya ramalan sang cenayang akan menjadi kenyataan...
Identitas Buku
Judul : Always the Bride
Judul Terjemahan : Pengantin Baru (Lagi)
Penulis : Jessica Fox
Genre : Chick Lit, Romance
Bahasa : Indonesia
Penerjemah : Alphonsus W.P.T. Nugroho
Dimensi Buku : 20,5x13,5 cm/248 halaman/500 gr
Penerbit : Esensi (Erlangga Group)
ISBN : 978-602-7596-27-6
Pertama kali terbit di Indonesia, 2016
Review
Zoe Forster dan Steve Kent, bagi orang-orang disekelilingnya mereka adalah pasangan yang sempurna. Dan kebahagiaan pasangan tanpa cela ini beserta orang-orang yang menyayangi mereka semakin bertambah, karena pada bulan ini, Juni 2009, tepatnya tujuh hari lagi Zoe dan Steve akan melangsungkan upacara pernikahan.
Bersama dengan adik dan sahabat-sahabat perempuan terdekatnya (Fern, Priya, dan Charlotte (adik perempuan Steve), Zoe menggelar pesta lajang. Malam itu mereka saling bertukar cerita, menikmati hidangan yang dimasak Zoe dan tentu saja bahasan tentang pernikahan tidak luput dari obrolan mereka yang diselingi canda tawa itu. Kemudian datanglah Angela, seorang cenayang yang ternyata diundang secara khusus oleh Libby, adik Zoe, untuk memeriahkan pesta lajang kakak perempuan satu-satunya itu. Libby memang tipe orang yang menyukai hal-hal yang berhubungan dengan dunia gaib dan ramalan. Berbeda dengan Zoe yang justru sama sekali tidak tertarik bahkan ia tidak begitu percaya dengan ramalan. Namun malam itu, ketika mendapat kehormatan untuk diramal terlebih dahulu, Zoe tidak menolaknya dengan alasan ia tidak ingin mengecewakan adik dan para sahabatnya. Ia juga tidak ingin, dengan ia menolak diramal, akan mengubah keasyikan suasana malam itu.
Dengan rasa enggan, Zoe mengikuti perintah Angela ketika ia diminta untuk mengocok kartu Tarot dan membaginya menjadi tiga tumpuk. Setelah mengatur dengan pola yang rumit, dan mengaku atas bantuan Roh Pembimbing, Angela kemudian berkata bahwa ada beban berat yang tengah ditanggung oleh Zoe. Tentu saja, Zoe menjawab bahwa itu memang benar. Berminggu-minggu belakangan ini ia sangat sibuk dengan segala persiapan menjelang pernikahannya. Namun, kemudian Angela membantah bahwa bukan itu yang ia maksud, tapi sesuatu yang selama ini berusaha Zoe tutup-tutupi yakni ketakutan akan kegagalan pernikahannya. Ia takut akan ketidaksangggupannya menjalani pernikahan dan ia juga selalu merasa khawatir bahwa Steve akan mempunyai pemikiran yang menganggap pernikahan bukan sebagai sesuatu yang serius. Ia ketakutan Steve tidak akan setia dengan satu istri, seperti ayahnya (ayah Zoe) yang kini memiliki lima orang istri. Didalam hatinya, Zoe mengakui bahwa semua yang disampaikan oleh Angela itu adalah benar. Namun selama ini pula ia selalu berusaha untuk berpikir positip dan mengenyahkan jauh-jauh pemikiran-pemikiran tersebut. Disaat Zoe menolak untuk mempercayai kebenaran yang dikatakan Angela, disaat itu pula Angela memberitahunya bahwa ia akan menikah dua kali!.
Mendengar itu, Zoe merasa marah dan cukup terguncang. Ia yakin betul bahwa ia dan Steve saling mencintai. Tidak mungkin pernikahannya dengan Steve nanti akan berlangsung singkat, lalu ia menikah lagi untuk kedua kalinya? Dengan siapa? Ia juga yakin, Steve adalah belahan jiwanya. Hanya Steve yang sungguh-sungguh ia cintai. Namun bagaimana seandainya apa yang disampaikan oleh Angela itu benar-benar terjadi nanti. Tanpa ramalanpun, hal itu memang mungkin saja terjadi. Tapi, ia benar-benar tidak ingin berpisah dan kehilangan Steve dari hidupnya.
Hari Valentine 2010. Kurang lebih sembilan bulan sudah usia pernikahan Zoe dan Steve. Dan selama itu pula, semua berjalan dengan sangat baik. Zoe sangat bahagia dan bersyukur tentang hal ini. Ini adalah hari Valentine pertama baginya dan Steve sebagai sepasang suami istri. Namun pagi ini Zoe agak sedikit kecewa, karena saat ia bangun, Steve sudah berangkat kerja. Zoe dan Steve sama-sama bekerja pada program BBC terbaru. Mereka sedang terlibat dalam film adaptasi dari novel Henry James, The Portrait of A Lady. Steve sebagai sutradara dan Zoe adalah sang penulis naskah. Kejutan-kejutan kecil berupa post-it yang ditempel di berbagai sudut rumah sedikit mengurangi kekecewaan Zoe di hari Valentine yang ia harap sebelumnya bisa menjadi pagi yang romantis bersama Steve. Dan kekecewaan Zoe semakin sirna ketika mengetahui post-it - post-it tersebut menunjukkan sebuah pesan bahwa Steve mengajaknya makan siang di sebuah restoran. Zoe sangat senang, ia berharap bisa menghabiskan waktu makan siang berdua dengan sangat menyenangkan. Namun sekali lagi Zoe harus kecewa, karena Steve membatalkan janjinya karena urusan pekerjaan yang harus segera ia tangani.
Mengetahui bahwa urusan yang harus suaminya tangani itu adalah pencarian pemeran utama pria dan wanita untuk film yang sedang mereka garap, karena pemain utama sebelumnya mengundurkan diri, Zoe segera memaklumi dan sangat memahami situasi suaminya saat itu. Tidak butuh waktu lama, tim mereka segera mendapat pemain baru untuk film mereka. Bahkan sekaligus untuk pemeran utama pria dan wanitanya. Seluruh tim menyambut kedatangan Luke Scottman, bintang film Hollywood yang tengah naik daun itu di lokasi syuting untuk pertama kalinya dengan sangat antusias. Namun ada kecanggungan dan kegugupan yang menerpa Zoe saat Luke menghampiri dan menyapanya. Sebenarnya Zoe dan Luke sudah saling mengenal sebelumnya. Luke adalah teman semasa kuliahnya sekaligus mantan pacar sahabatnya, Fern. Semua orang berharap situasi krisis kembali normal dan produksi film berlangsung dengan lancar. Terlebih ketika Trinity Duval menyetujui kontrak dan ia mulai melakukan syuting sebagai pemeran utama wanita dalam film tersebut. Hari-hari di lokasi syuting nyaris sempurna.
Namun tidak bagi Zoe, ia sedang kalut dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya kepada Steve setelah malam itu. Malam saat ia, Fern dan Luke berencana berkumpul dirumahnya untuk mengobrol dan mengenang masa-masa kuliah mereka karena mereka sudah sangat lama tidak berjumpa. Saat itu, Fern tidak bisa hadir, jadilah hanya ia dan Luke mengobrol dirumahnya dan malam itu Steve tidak bisa pulang karena ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan, dan Luke terpaksa menginap dirumah mereka karena saat itu sedang terjadi badai salju. Obrolan mereka malam itu terasa cukup canggung namun kemudian terasa menyenangkan bagi Luke, ada semacam rasa rindu yang terobati. Begitu pula bagi Zoe. Dan hal yang tidak Zoe inginkan pun terjadi, Luke mulai mengungkit-ungkit masa lalu mereka berdua. Seolah memahami apa yang Zoe pikirkan, Zoe meminta izin untuk beristirahat karena besok pagi ia harus syuting dengan keadaan segar. Setelah mengantar Luke ke kamar tamu, Zoe masuk kekamarnya dan tidur. Saat pagi, betapa terkejutnya Zoe, ketika melihat banyaknya paparazi di halaman rumahnya dan memaksa mewawancarai dirinya dan bertanya tentang hubunganya dengan bintang Hollywood, Luke Scottman yang tadi pagi tertangkap kamera keluar dari rumahnya.
Berita gosip di majalah dan surat kabar pun segera beredar luas dengan headline dugaan perselingkuhan istri seorang sutradara ternama dengan bintang film Hollywood.
Disaat Zoe sangat gugup ketika berusaha untuk menjelaskan semua kepada suaminya, Steve menanggapinya dengan senyum dan kecupan hangat. Ia berkata Zoe tidak perlu memikirkan hal itu lagi, ia akan lebih percaya kepada istrinya dibandingkan berita-berita gosip diluaran sana. Ia juga berkata ia tahu bagaimana persahabatan antara istrinya, Fern dan juga Luke. Mendapat tanggapan bijak dan dewasa dari suaminya Zoe sangat lega dan merasa sangat beruntung memiliki suami yang sangat baik seperti Steve. Namun masih ada satu hal yang mengganjal di hatinya, yang betapa ingin segera ia ceritakan kepada suaminya itu tapi ia tidak tahu harus memulainya dari mana. Ia tidak ingin mengecewakan Steve.
Ditengah kegelisahan Zoe, dan setelah meredanya gosip hubungan gelapnya dengan Luke, Luke justru semakin gencar mendekati Zoe dan berusaha untuk selalu mengungkit hubungan mereka di masa lalu. Dan pada saat itu pula, kembali beredar berita heboh dan kali ini tentang putusnya hubungan pasangan bintang Hollywood, Trinity Duval dengan seorang penyanyi Bobby Robert. Betapa kagetnya Zoe, saat mengetahui bahwa putusnya hubungan mereka karena sebelumnya beredar gosip perselingkuhan Trinity dengan seorang pria misterius, yang Zoe kenali betul bahwa si pria misterius yang memakai topi baseball itu adalah Steve!. Disaat-saat itu pula, Rufus, sang produser dalam tim produksi film mereka yang juga sahabat Steve, mengungkap beberapa fakta masa lalu Steve kepada Zoe. Satu dari fakta-fakta itu, Zoe mengaku sudah mengetahuinya langsung dari Steve bahkan sebelum mereka menikah.
Berkat kepercayaan yang mereka pupuk satu sama lain, setelah Steve menjelaskan bahwa hubungannya dengan Trinity hanya sebatas pekerjaan, begitu juga saat malam ia tertangkap kamera paparazi ketika keluar dari hotel yang ditinggali Trinity, ada urusan yang memang harus mereka selesaikan. Tanpa bertanya lebih jauh urusan apa, Zoe mempercayai apa yang dikatakan Steve. Begitu juga hubungan Trinity dengan Bobby Robert, hubungan mereka membaik, bahkan mereka akan segera melaksanakan pernikahan. Ketika hari pernikahan itu tiba, Zoe dan Steve yang juga hadir disana kaget dengan datangnya seseorang yang memberitahukan bahwa pernikahan Trinity dengan Bobby tidak bisa dilaksanakan. Dan pembatalan pernikahan tersebut penyebabnya berkaitan erat dengan, lagi-lagi... Steve!.
Dan sejak saat itu, hubungan Steve dan Zoe, merenggang.
Mengapa Steve menjadi penyebab batalnya pernikahan Trinity dengan Bobby Robert?
Sebagai sepasang suami istri, mampukah Zoe memperbaiki hubungannya dengan Steve?
Namun jika hubungan mereka terus merenggang dan akhirnya mereka berpisah, akankah Zoe menerima cinta Luke yang selama ini terus mendekati dan secara terus terang mengungkapkan perasaannya?
Lalu sebenarnya hubungan seperti apa yang terjadi antara Luke dan Zoe di masa lalu, sehingga ketika mengingat hal tersebut, membuat Zoe merasa sangat bersalah?
Akankah ramalan dari cenayang di pesta lajangnya dulu benar-benar terbukti, bahwa ia akan menikah dua kali selama hidupnya?
Penasaran dengan jawaban dari pertanyan-pertanyaan diatas? So, what are you waiting for? Go get it. Now!!
Kelebihan dan Kekurangan
Ada lima pelajaran yang saya dapatkan setelah membaca buku ini :
1. Akad nikah bukanlah sekedar kata-kata formalitas yang terucap dari mulut laki-laki untuk mensahkan hubungan suami istri, melainkan adalah sebuah perjanjian suci yang ikatannya amat kokoh dan kuat, karena bukan hanya berjanji dihadapan penghulu, wali dan saksi saja, tetapi melibatkan perjanjian dihadapan Tuhan.
2. Sebagai seorang yang belum menikah, buku ini mengajarkan saya betapa pentingnya menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan saya kelak.
3. Pernikahan bukan sekedar menyatukan dua insan dalam sebuah pelaminan, karena pada dasarnya, pernikahan berarti menjalani hari-hari dalam kebersamaan, untuk saling melindungi, saling memberikan rasa aman, saling mempercayai, saling mencurahkan perasaan, saling menunaikan kewajiban, saling memaafkan kesalahan, bahkan untuk saling menutupi aib, tidak saling menyimpan dendam dan kemarahan, tidak mengungkit–ungkit kelemahan, kekurangan, dan kesalahan pasangannya.
4. Hidup ini kadang memang terasa berat untuk dijalani, tapi percayalah bahwa akan ada jalan keluar untuk setiap permasalahan dan kesulitan yang kita hadapi.
5. Kalau sudah jodoh gak akan kemana :)
6. Pahamilah, bersikap perfeksionis itu baik, tapi kadang apa yang menurut kita baik dan sempurna itu, belum tentu demikian bagi orang lain.
Berbicara buku ini secara fisik, buku yang berjudul asli Always the Bride (Hen Night Prophecies) ini, saya suka banget, dengan nuansa putih dan efek lukisan bunga mawar, desain gambar perempuan memakai gaun pengantinnya sangat pas sekali dengan isi dan jalan ceritanya. Sayang, seandainya ukuran font-nya satu tingkat lebih besar pasti akan lebih enak untuk dibaca. Satu lagi yang saya sayangkan, buku ini tidak dilengkapi dengan pembatas buku, yang akan sangat bermanfaat sekali bagi pembacanya.
Sedangkan dari segi cerita, ide ceritanya bisa dibilang tidak sederhana karena melibatkan lebih dari 4 tokoh, yang saling berkaitan satu sama lain. Tapi tidak terlalu rumit juga, masih asyik untuk diikuti. Agak lambat dan membosankan di bab-bab awal. Tapi semakin banyak halaman yang terlewati, saya menyukainya. Apalagi setelah mencapai pertengahan, ketika mulai banyak kejutan yang disajikan. Dan pada bagian akhirnya, saya suka! Malah yang awalnya mau men-cap buku ini sebagai bacaan yang membosankan, jadi ketagihan...ahh kok udahan aja sih ceritanya :(
Ada beberapa bagian yang rasanya (entah mungkin ini hanya menurut saya saja) kurang enak untuk di baca, seperti banyak penggunaan kata sial dan penerjemahan istilah-istilah, (salah satunya, "...mengerucutkan bibir seperti pantat burung...", eh burung atau bebek ya...hehe, aku juga lupa ini dihalaman berapa, gak sempat ditulis), disini aku tidak menyalahkan penerjemahnya, karena mungkin saja sudah ditentukan untuk menerjemahkan dengan tetap memberikan "cita rasa" aslinya, tapi mungkin sebenarnya bisa lebih disesuaikan dengan pembaca kita. Begitu juga untuk istilah atau kata-kata dalam bahasa Italia, kutipan-kutipan yang diambil dari buku/novel tertentu, nama-nama jenis makanan dan majalah lokal yang disebutkan diberi penjelasan dalam bentuk catatan kaki. Itu pasti akan sangat membantu pembaca untuk lebih memahami apa yang sedang dibaca dan juga akan menambah pengetahuan pembaca juga. Oke, mungkin di buku aslinya memang tidak ada catatan kakinya. Tapi mungkin perlu diingat, ketika ada pembaca yang wawasannya tidak terlalu luas, rasanya catatan kaki itu penting banget, hehe... :)
Sedangkan dari segi watak dan tokoh, cerita yang bersetting di London tahun 2009-2010 ini, saya tidak akan membahas semua tokohnya tapi hanya dua tokoh utamanya saja, Zoe Forster dan Steve Kent. Sama Zoe, saya ada suka sama tidak sukanya. Saya tidak suka dengan sifat masa mudanya yang labil, seolah tidak mampu menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Bisa dimaklumi sih sebetulnya, namanya juga masih muda. Tapi hal itu terbawa sampai ia dewasa bahkan saat ia berstatus sudah menikah. Ia masih mudah goyah ketika mendapat ajakan lelaki dari masa lalunya untuk bersama. Tapi saya suka sama sifatnya yang perfeksionis itu lho, hahaha... pada bagian ini saya serasa lagi baca tentang diri saya sendiri, yang selalu menginginkan segala sesuatunya tertata dengan baik, rapi, sempurna dan orang-orang disekeliling saya merasa bahagia. Sedangkan Steve, saya suka banget sama tokoh ini. Kejujuran, keterbukaan, kebaikan hatinya itu lho dan cara dia mencintai serta memperlakukan Zoe sebagai istrinya. Sangat patut dicontoh bagi para suami diseluruh dunia.
Ada beberapa kesalahan pengetikan yang saya temui pada buku ini :
- halaman 60 : sedernaha ---> seharusnya : sederhana
- halaman 235 : berjaan ---> seharusnya : berjalan
Kutipan-Kutipan Favorit
1. "Kepercayaan adalah sesuatu yang harus kau miliki dalam pernikahan,..." (halaman 107)
2. "Kesempurnaan bukanlah segalanya" (halaman 152)
3. "Orang membuat kesalahan karena itu adalah bagian alami dari seorang manusia. Semua orang berhak mendapat pengampunan" (halaman 171)
4. "Namun, apakah gairah cukup menjadi dasar sebuah pernikahan? Bagaimana dengan cinta?" (halaman 212)
5. "Terkadang jauh lebih mudah tidak mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Mungkin tidak menegangkan, tetapi jauh lebih mudah" (halaman 240)
Rate : 3/5
Recommended buat kamu yang sedang ingin membaca cerita dengan kejutan-kejutan yang tidak terduga sebelumnya :)
Buku ini saya dapatkan sebagai salah satu pemenang Free Gift for Blogger dari Penerbit Esensi. Terima kasih yaa... Terima kasih juga atas kepercayaan untuk mereview buku ini, dan semoga bisa bermanfaat.
0 Comments