Book Review
Book Review : Bridget Si Ratu Sekolah by Paige Harbison
May 03, 2016
Bridget adalah gadis yang cantik dan populer di sekolahnya. Sayangnya ia sangat sombong, egois dan bersikap seenaknya sendiri. Suatu hari, gadis bernama Anna Judge pindah ke sekolahnya. Ia langsung disukai semua orang karena sifatnya yangbaik. Sejak itu Bridget merasa dunianya jungkir balik karena semua yang dimilikinya direbut oleh Anna, termasuk sahabatnya.
Satu demi satu peristiwa menjengkelkan terjadi pada Bridhet. Semakin ia berusaha merebut kembali apa yang menurutnya miliknya, semakin menjauh hal-hal itu darinya. Bridget pun tak tahan lagi. Ia melakukan sesuatu yang eksttrem tanpa memikirkan risiko terburuknya: mencelakai diri sendiri demi mendapatkan perhatian.
Siapa sangka, Bridget malah terdampar di alam antara hidup dan mati. Ia tak mampu berbuat apa-apa selain menunggu keputusan apakah ia akan hidup atau mati. Ia hanya diberi sedikiti waktu untuk menyadari semua kesalahannya dan memintamaaf pada orang-orang yang disakitinya.
Tapi apakah itu cukup? Apakah ia pantas diberi kesempatan kedua? Inikah akhir hidup Bridget?
Identitas Buku
Judul : Bridget Si Ratu Sekolah
Judul Asli : Here Lies Bridget
Penulis : Paige Harbison
Genre : YA, Fantasi, Chick Lit
Bahasa : Indonesia
Penerjemah : Inosensus Rotorua
Dimensi Buku : 20,5x13,5 cm/238 halaman/500 gr
Penerbit : Esensi (Erlangga Group)
ISBN : 978-602-6847-01-0
Pertama kali terbit di Indonesia, 2016
Review
Oke, buku ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis remaja, bernama sesuai dengan judul bukunya, Bridget. Nama lengkapnya, Bridget Duke. Ia seorang siswi di sebuah sekolah (SMA) swasta, Winchester Prepatory, sebuah sekolah yang menurut Bridget sendiri : kolot dan membosankan.
Ia seorang anak tunggal. Ayahnya berprofesi sebagai presenter olahraga terkenal, yang jarang sekali berada dirumah, sedangkan ibunya, telah meninggal saat ia duduk dibangku taman kanak-kanak. Begitulah yang ia ketahui dari ayahnya dan tidak banyak hal yang ia ingat dan ketahui tentang ibu kandungnya tersebut. Saat Bridget beranjak remaja, hadirlah Meredith sebagai ibu tiri untuknya. Seorang perempuan yang, di mata Bridget sama sekali tidak ada baik-baiknya. Ia pernah sangat kecewa dengan ibu tirinya itu, dan kekecewaan itu terus membekas di hatinya.
Selain sebagai putri dari salah satu penyumbang dana terbesar di Winchester Preparatory School, Bridget juga cantik dan populer. Semua orang di Winchester Preparatory mencintainya. Paling tidak, demikian yang ia pikir. Ia juga percaya bahwa baik sahabat, teman bahkan gurunya merasa segan terhadapnya. Padahal, pada kenyataannya, dia adalah seorang pengganggu. Kebanyakan-teman-teman sekolahnya hanya bersikap baik saat berada di hadapannya. Mereka tidak benar-benar menyukai Bridget karena kebiasaannya yang sering bersikap dan mengeluarkan kata-kata menyakitkan, bahkan tidak terkecuali kepada guru-gurunya, terutama seorang guru yang selama ini ia anggap sebagai guru paling membosankan.
Hingga suatu hari, semua hal terjadi diluar keinginannya. Padahal sebelumnya, dengan upaya kebohongan-kebohongan yang ia lontarkan dan tindakan-tindakan liciknya, ia selalu berhasil dari setiap permasalahan yang ia hadapi, bahkan serumit apapun masalahnya itu. Namun kali ini tidak, dengan semua hal yang terjadi diluar dugaannya, Bridget merasa sangat tertekan. Tidak hanya dari satu pihak melainkan dari berbagai pihak yang tak lain adalah orang-orang terdekatnya. Ia meninggalkan sekolah saat belum waktunya pulang. Sambil meluncur mengendarai mobilnya, ia merenungkan bagaimana keluarga, sahabat dan teman-temannya itu akan bereaksi seandainya ia meninggal dunia. Dengan konsentrasi mengemudi yang terbagi sambil merenung, dan kecepatan yang semakin tinggi, kecelakaanpun tak bisa dihindari lagi.
Inikah akhir hidup Bridget? Selemah itukah pribadi gadis remaja yang sedang mencari jati dirinya itu? Memutuskan untuk lari dari semua permasalahan, dan mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri?
Jawabanya adalah tidak. Atau ya... paling tidak, belum tentu. Bridget belum tentu akan meninggal karena kecelakaanya yang ia alami tersebut.
Karena pada sesaat setelah ia mengalami kecelakaan, ia benar-benar tidak bisa mengingat apa-apa lagi, hingga terbangun dan kemudian bertemu dengan orang-orang yang selama ini, ia sadari telah ia sakiti. Oke pada bagian ini, selintas mungkin akan terkesan gak logis dan realistis, karena saat ini, Bridget terjebak di suatu tempat antara hidup dan mati.
Dengan tuntunan dari seseorang, yang sebelumnya ia anggap sebagai seseorang yang mengancam kepopulerannya di sekolah, melalui beberapa pasang sepatu milik dari orang-orang yang pernah ia sakiti, Bridget dikirim ke masa-masa kebersamaan dirinya dengan orang-orang tersebut dengan situasi bahwa Bridget-lah yang ada pada diri orang-orang itu, sehingga dengan jelas ia bisa melihat, merasakan dan menyadari bagaimana menyakitkannya kata-kata dan perilakunya selama ini.
Di tempat antara hidup dan mati itu pula, Bridget kemudian mengetahui bahwa orang-orang yang pernah ia sakiti itulah yang kemudian akan memutuskan apakah kemudian ia bisa hidup kembali ataukah memang inilah akhir dari hidupnya.
--------------------------------------------------
Kelebihan dan Kekurangan
Ide ceritanya menarik, enak dibaca (terima kasih saya ucapkan kepada penerjemah dari Penerbit Esensi), dan tidak membosankan ditambah dengan ada bagian-bagian dimana cerita itu disampaikan melalui perspektif orang-orang yang paling terpengaruh oleh tokoh utama, Bridget. Secara fisik, saya juga suka dengan tampilan buku ini. Sayangnya, menurut saya pemilihan judul edisi terjemahan yang dipilih oleh Penerbit Esensi ini kurang tepat. Kalaupun memilih untuk tidak menggunakan judul aslinya, memilih judul : "Bridget, Undisputed Queen". Ratu yang tak diinginkan...? Lhaa, kok jadi aneh ya, atau gimana ya, harusnya? hehehe..., Atau mungkin, judul "Bridget" aja udah cukup dan akan terasa lebih tepat dengan jalan ceritanya.
Meskipun ada banyak cerita lainnya dengan ide cerita yang serupa yang juga pernah saya baca sebelumnya, dimana kehidupan seorang tokoh yang terjebak di suatu tempat antara hidup dan mati, lalu karena suatu alasan, ia berkesempatan untuk tetap hidup dan memperbaiki segalanya. Bagi saya, ini seolah menyadarkan kita, saya khhususnya, yang masih dianugerahi kehidupan untuk selalu berpikir tentang konsekuensi yang akan kita dapatkan dari sebuah tindakan, terutama tindakan tidak baik yang kita lakukan.
Masih berhubungan dengan ide cerita, ada beberapa hal yang menurut saya tidak masuk akal jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, yaitu tentang karakter si tokoh utama, Bridget. Kenapa? Ada apa?. Jadi, begini... curcol dikit gak apa-apa yah, hehehe... Masih ingat banget, sejak duduk di bangku SD, SMP dan SMA, hampir disetiap tingkatan saya memiliki teman, yang watak dan karakternya itu mirip si tokoh utama, tapi ya gak seliar si Bridget ini. Palingan kalau dia bengal dirumah, dia seorang pendiam disekolah. Kalau dia trouble maker di sekolah, biasanya hanyalah seorang anak penurut dirumahnya. Intinya, penyajian karakter tokoh Bridget ini menurut saya terlalu berlebihan. Tapi ya, Oke... gak dppiungkiri sih, di luar sana... didunia nyata ini, memang ada seseorang dengan karakter yang demikian.
Hal lainnya yang tersaji di buku ini, yang menurut saya juga gak realistis adalah, duh... ini agak-agak menyerempet ke arah spoiler, hihi... yaitu pada saat momen ia mengalami perkembangan karakter menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya, dan semua itu terjadi, bisa dibilang hanya dengan sekejap mata. Ini memang baik, seolah mengajarkan para pembacanya bahwa : "Hey, jika kamu ingin melakukan sesuatu yang baik, what are you waiting for? Do it, right now!". Kayak begitulah kira-kira, hehehe... Tapi, jika boleh saya kasih kritik, harusnya ada bagian pada saat Bridget mengalami transformasi karakter, gak berubah secara instan begitu. Jadinya, saat membacanya serasa ada bagian yang miss. Tapi, walaupun demikian, secara keseluruhan, sekali lagi, ide cerita pada buku keren. Suka.
Kutipan Terfavorit
"... semua orang memang harus berubah, walaupun waktunya berbeda-beda. Dan, jika kau mau berubah, lakukan saja. jangan menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan apakah seluruh dunia akan memaafkanmu. Meskipun tak ada orang yang kau kenal mau memaafkanmu, jangan khawatir. Kau akan bertemu orang-orang baru. Kau akan memperlakukan orang-prang baru itu dengan lebih baik"
(halaman 219)
RATE : 4/5 Stars
Dengan banyak pesan moral yang saya dapatkan dari buku ini, jreng... jreng... jreng....
I’d give this book four out of five stars and will certainly be looking forward to Paige Harbison’s next novel.
Recommended for you, ALL ages :)
Terutama kalian, teman-teman remaja yang sedang mengalami transisi dari masa remaja menuju masa dewasa, yang ingin mendapatkan pesan-pesan moral tentang makna keluarga dan persahabatan
Terima kasih Penerbit Esensi, untuk kiriman bukunya.
Semoga sukses terus, supaya bisa lebih banyak lagi menerbitkan buku-buku berkualitas lainnya.
0 Comments