May 30, 2015
Book Review : The Da Vinci Code by Dan Brown
May 30, 2015Assalamualaikum... The Da Vinci Code adalah sebuah novel karangan seorang penulis Amerika bernama Dan Brown. Novel ini diterbitkan ...
Assalamualaikum...
Buku ini dibuka dengan pengakuan Dan Brown bahwa "Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat," walaupun klaim ini diperdebatkan oleh para sarjana akademisi dalam diskusi-diskusi buku.
Klaim alur cerita mengatakan bahwa Gereja Katolik telah terlibat dalam konspirasi untuk menutupi cerita Yesus yang sebenarnya. Ini menyiratkan bahwa Vatikan dengan sadar mengetahui sedang hidup dalam suatu kepalsuan, tetapi mengerjakan sesuatu demi menjaga kekuasaannya. Banyak dari yang telah membacanya mengakui bahwa buku ini adalah salah satu karya yang dilahirkan dengan sangat kreatif, walaupun kritikus juga menyerang dengan mengatakan ketidakakuratannya dan tulisan yang buruk, dan mengutuk pendirian yang kontroversial pada peran Gereja Kristen.
Identitas Buku
Identitas Buku
Judul : The Da Vinci Code
Penulis : Dan Brown
Kategori : Fiksi, Misteri, Petualangan, Thriller
Penerjemah : Isma B. Koesalamwardi
Jumlah Halaman : 631
Ukuran Buku : 23,5x15 cm
ISBN : 979-3335-80-7
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta
Soft Cover Cetakan Pertama, Juli 2004
Novel ini adalah buku kedua Dan Brown di mana Robert Langdon adalah karakter utamanya. Tidak hanya banjir pujian dan kritikan, novel ini disebut-sebut sebagai salah satu novel yang kontroversial. Benarkah demikian? Lalu, seberapa kontroversialkah novel ini?
Review
Lagi, novel karya Dan brown ini bercerita tentang petualangan Robert Langdon, sang Profesor ahli simbologi dari Universitas Harvard. Pada petualangannya kali ini terjadi di kota Paris, Prancis.
Diawali dengan peristiwa terbunuhnya seorang kurator (pengurus atau pengawas Museum) besar yang bernama Jacques Sauniere di kantornya, Museum Louvre. Mayat Saunière ditemukan telanjang di dalam Louvre dan posisi seperti gambar terkenal Leonardo da Vinci, Vitruvian Man, dengan suatu pesan acak (cryptic) yang tertulis di samping tubuhnya dan sebuah Pentagram tergambar di perutnya dengan darahnya sendiri.
Mengapa Langdon terkait dalam kasus ini? Karena beberapa jam sebelum pembunuhan, Langdon yang saat itu usai mengisi ceramah di The American University Of Paris dijadwalkan bertemu dengan kurator tersebut. Terlebih, sebelum tewas, Sauniere meninggalkan pesan-pesan rahasia yang mengherankan ditemukan di dekat tubuhnya yang salah satunya kemudian diartikan sebagai sebuah kalimat yang berbunyi : Cari Robert Langdon.
Pihak kepolisian yang menangani kasus pembunuhan tersebut, yang saat itu dipimpin oleh Kapten Fache, tanpa pikir panjang langsung membuat kesimpulan bahwa Langdon lah pelaku pembunuhan tersebut. Untuk semakin meyakinkan kesimpulan yang telah dibuat, Fache tidak mau langsung menangkap Langdon. Ia sengaja menjebak Langdon, dengan cara mengundangnya sebagai saksi, sekaligus memanfaatkan keahlian yang dimiliki Langdon untuk membantu timnya memecahkan sisa petunjuk yang berupa simbol-simbol yang belum dipahami maknanya oleh mereka.
Awalnya, Langdon sama sekali tidak menduga bahwa ia tengah dicurigai. Kemudian muncullah Sophie Neveu, seorang agen dari Departemen Kriptologi (sebuah departemen yang bertugas memecahkan sandi-sandi) ke tempat terjadinya pembunuhan sang Kurator. Sophie yang juga merupakan cucu dari Sauniere tidak sependapat dengan Fache. Bahkan Sopihie berbaik hati memberitahukan pada Langdon bahwa ia sedang dicurigai. Mengapa Sophie melakukan itu? Karena, menurutnya pesan yang oleh pihak kepolisian diartikan sebagai "Cari Robert Langdon" yang ditulis oleh Sauniere artinya bukanlah : "Langdon pembunuh Sauniere", melainkan : "Langdon lah yang dipercaya Sauniere untuk memecahkan sekaligus mengamankan sebuah rahasia besar yang sedang diincar oleh sang pembunuh".
Sejauh ini, motif pembunuhan Sauniere memang diduga bahwa pembunuhnya mengincar sebuah rahasia besar yang dijaga oleh sang kurator. Rahasia besar itu terkait dengan keberadaan Misteri Cawan Suci (Holy Grail). Dan hal inilah yang kemudian membuat novel The Da Vinci Code sebagai salah satu novel kontroversial.
Bahkan, di cover depan versi bahasa Indonesia terbitan Serambi ditulis sebuah tagline :
Memukau Nalar
Mengguncang Iman!
Mengguncang Iman!
Dan Brown dianggap terlalu berani mengklaim bahwa makna Holy Grail sesungguhnya bukanlah sebuah cawan dalam arti harfiah, melainkan perlambang untuk menggambarkan istri Yesus. Lalu benarkah klaim Dan Brown ini? Benarkah Yesus, yang dalam pemahaman Umat Islam adalah Nabi Isa A.S mempunyai istri dan anak?
Menurut saya, rasanya saya tidak perlu membahas detail benar atau tidaknya hal tersebut, mengingat buku ini hanyalah sebuah novel. Sekali lagi, hanya sebuah novel. Dimana kata "Novel" memiliki pengertian sebagai sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam bentuk cerita. Kata "Fiksi" pada kalimat tadi sengaja saya tebalkan, dan pengertian dari kata "Fiksi" itu sendiri adalah sebuah Prosa naratif yang bersifat imajiner, artinya hanya terdapat dalam angan-angan (bukan yang sebenarnya) alias hanya khayalan belaka. Meskipun memang benar, bahwa pada sebuah novel pastilah mengandung kebenaran atau fakta-fakta yang akan mendukung keutuhan cerita. Termasuk novel The Da Vinci Code ini, sebagai pembaca (yang cerdas) pastilah kita (harus) tahu dan mampu memilih mana yang murni fiksi mana yang memang mengandung kebenaran.
Konflik utama pada novel ini seputar pemecahan dua misteri:
1. Rahasia apa yang dilindungi Saunière sehingga mendorong pembunuhannya?
2. Siapakah dalang di belakang pembunuhannya?
Kusutnya misteri membutuhkan solusi bagi rangkaian problem yang sangat sulit, mencakup anagram (permainan huruf-kata) dan teka-teki angka.
Solusinya sendiri menemukan hubungan erat dengan kemungkinan lokasi Holy Grail dan suatu perkumpulan misterius yang disebut Priory of Sion, juga Knights Templar. Organisasi Katolik Opus Dei juga digambarkan secara menyolok dalam alur cerita.
Novel ini mempunyai beberapa alur cerita yang berdampingan yang menyertakan tokoh-tokoh berbeda. Kemudian semua alur cerita berjalan bersama-sama dan terpecahkan pada akhir buku.
Akhir buku? Ya, benar. Bagaimanakah akhir ceritanya?
Sanggupkah Langdon dan Neveu mengungkap kasus pembunuhan terhadap sang kurator?
Lagi, Dan Brown sukses membuat saya jatuh cinta pada gaya berceritanya. Brown juga sekaligus membuat saya semakin jatuh cinta pada Langdon, pada kecerdasannya dalam memecahkan pesan-pesan berupa simbol-simbol rahasia.
Dengan menggabungkan gaya detektif, thriller dan teori konspirasi, serta kemampuan Brown dalam mengemas tema yang "berat" menjadi sebuah cerita petualangan yang cerdas, menegangkan namun tetap mudah untuk diikuti, saya sangat menyukai buku ini. Tidak hanya itu, Brown juga sangat piawai dalam mendeskripsikan suasana, setting tempat dan beberapa karya seni seperti lukisan Monalisa dan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Yang pada sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang dua lukisan tersebut.
Bagian lain yang saya sukai dari cerita ini adalah ketika Langdon menjelaskan kepada para mahasiswanya tentang angka tercantik di dunia, yang disebut juga sebagai Proporsi Agung yang tidak lain dan tidak bukan adalah 1, 618 alias bilangan Phi.
Jadi??
Jadi, secara keseluruhan saya sangat, sangat, sangat menyukai karya Dan Brown ini, 5/5 bintang!!!
Oh iya, pada November 2004, Random House menerbitkan "Edisi Spesial Ilustrasi", dengan 160 gambar yang menjadi pusat cerita novel ini terhampar dengan menawan di sela-sela teks. Begitupun di Indonesia, penerbit Serambi Ilmu Semesta menerbitkan The Da vinci Code Edisi Khusus Bergambar, sehingga memberikan kepuasan membaca yang lengkap dan mengasyikkan.
Baca juga Book Review : Malaikat dan Iblis by Dan Brown
Terima kasih,
Wassalamualaikum... Wr. Wb.
Novel ini mempunyai beberapa alur cerita yang berdampingan yang menyertakan tokoh-tokoh berbeda. Kemudian semua alur cerita berjalan bersama-sama dan terpecahkan pada akhir buku.
Akhir buku? Ya, benar. Bagaimanakah akhir ceritanya?
Sanggupkah Langdon dan Neveu mengungkap kasus pembunuhan terhadap sang kurator?
* * * * * * * * * *
Lagi, Dan Brown sukses membuat saya jatuh cinta pada gaya berceritanya. Brown juga sekaligus membuat saya semakin jatuh cinta pada Langdon, pada kecerdasannya dalam memecahkan pesan-pesan berupa simbol-simbol rahasia.
Dengan menggabungkan gaya detektif, thriller dan teori konspirasi, serta kemampuan Brown dalam mengemas tema yang "berat" menjadi sebuah cerita petualangan yang cerdas, menegangkan namun tetap mudah untuk diikuti, saya sangat menyukai buku ini. Tidak hanya itu, Brown juga sangat piawai dalam mendeskripsikan suasana, setting tempat dan beberapa karya seni seperti lukisan Monalisa dan The Last Supper karya Leonardo Da Vinci. Yang pada sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang dua lukisan tersebut.
Bagian lain yang saya sukai dari cerita ini adalah ketika Langdon menjelaskan kepada para mahasiswanya tentang angka tercantik di dunia, yang disebut juga sebagai Proporsi Agung yang tidak lain dan tidak bukan adalah 1, 618 alias bilangan Phi.
Jadi??
Jadi, secara keseluruhan saya sangat, sangat, sangat menyukai karya Dan Brown ini, 5/5 bintang!!!
Oh iya, pada November 2004, Random House menerbitkan "Edisi Spesial Ilustrasi", dengan 160 gambar yang menjadi pusat cerita novel ini terhampar dengan menawan di sela-sela teks. Begitupun di Indonesia, penerbit Serambi Ilmu Semesta menerbitkan The Da vinci Code Edisi Khusus Bergambar, sehingga memberikan kepuasan membaca yang lengkap dan mengasyikkan.
Baca juga Book Review : Malaikat dan Iblis by Dan Brown
Terima kasih,
Wassalamualaikum... Wr. Wb.