Book Review
Book Review : Petualangan Alice: Alice di Negeri Ajaib & Alice Menembus Cermin by Lewis Carroll
October 30, 2015
Kisah klasik petualangan Alice di Negeri Ajaib dan dilanjutkan dengan buku kedua, Alice Menembus Cermin.
Kisah ini termasuk kisah fantasi klasik yang begitu terkenal ke seluruh dunia. Alice di Negeri Ajaib bercerita tentang anak perempuan yang tersesat di dunia ajaib yang dipenuhi banyak mahluk aneh melalui sebuah lubang kelinci.
Charles Lutwidge Dodgson atau lebih dikenal dengan nama samarannya: Lewis Carroll, selain sebagai penulis sebenarnya dikenal juga pada zamannya sebagai dosen matematika di Universitas Oxford. Karya monumentalnya sebagai pengarang adalah kisah klasik anak-anak Alice’s Adventures in Wonderland, Through the Looking Glass, serta puisi Hunting of the Shark and Jabberwocky.
Cerita Petualangan Alice di Negeri Ajaib dibuat spontan olehnya ketika menemani anak-anak keluarga Henry Liddell, Dekan Gereja Kristus Oxford, berperahu ria di sungai Thames dalam perjalanan piknik menuju Godstow. Atas permintaan Alice Liddell, Lewis Carroll menuliskan dongengnya tentang Alice dalam sebuah buku yang pada awalnya berjudul Alice’s Adventures Under Ground. Judul ini kemudian berubah lagi menjadi Alice Among the Fairies, lalu Alice’s Golden Hour, dan terakhir Alice’s Adventures in Wonderland yang kita kenal hingga kini
Identitas Buku
Judul :
Petualangan Alice: Alice di Negeri Ajaib & Alice Menembus Cermin
Judul Asli :
Alice's Adventures: Alice in the Wonderland & Throughthe Looking Glass
Penulis : Lewis Carroll
Penerjemah : Agustina Reni Eta Sitepoe
Ukuran Buku : 288 Halaman/13,5 x 20 cm
Kategori : Klasik, Fiksi, Fantasi
Penerbit : Elex Media Komputindo (Soft cover, 21 April 2010)
ISBN : 978-979-27-7323-1
Rate : 5/5 Bintang
Review
Sesuai dengan judulnya, buku Petualangan Alice terbitan dari PT Elex Media Komputindo ini memuat dua cerita sekaligus, yakni Alice di Negeri Ajaib dan Alice Menembus Cermin.
Alice di Negeri Ajaib
Petualangan Alice di negeri ajaib ini dimulai ketika seekor kelinci putih yang berjas panjang dengan mata merah muda berlari di dekatnya ketika ia sedang duduk di tepi sungai bersama kakak perempuannya. Karena rasa penasaran, Alice pun mengejar kelinci itu hingga ia turut masuk ke dalam sebuah lubang besar.
Setelah terjatuh jauh turun ke bawah, ia menyadari bahwa kini ia tengah berada dibawah lubang besar tadi, kini tepatnya ia berada disebuah ruangan dengan banyak pintu yang terkunci. Di dalam ruangan itu, di atas meja, ia melihat sebuah kunci untuk pintu yang sangat kecil dan sebuah botol minuman berlabel “Minum Aku”. Alice meminumnya dan tubuhnya mengecil seketika, sementara kunci untuk pintu kecil itu masih berada dia atas meja yang tinggi. Tak lama, ia menemukan kue dengan label “Makan Aku”, Alice memakannya dan tubuhnya pun membesar hingga melebihi ukuran normal tubuhnya sebelumnya dan membentur langit-langit ruangan. Segera setelahnya ia mengambil kunci dan menuju pintu, namun karena ukuran tubuhnya, ia hanya bisa berbaring miring sambil terus menangis hingga air matanya membentuk kolam air mata.
Kemudian, Alice bertemu dengan sekelompok hewan yang bermusyawarah mengadakan sayembara untuk mengeringkan tubuh mereka setelah terjatuh di kolam air mata Alice. Ia juga bertemu seekor ulat bulu yang duduk di atas jamur sambil menghisap hookah. Ulat bulu itu menanyakan jati diri Alice dan memberikan beberapa petuah padanya.
Alice melanjutkan perjalanannya dan masuk ke dalam sebuah rumah. Di rumah itu, ia bertemu pelayan berkepala ikan, sang putri dengan bayi berbentuk bintang laut, juga kucing Chessire yang selalu menyeringai. Alice juga menghadiri upacara minum teh yang aneh dengan Pembuat Topi, Terwelu Maret, serta Tikus Muscardinus. Walau meja perjamuan sangat luas, namun ketiga peserta jamuan berdesak-desakan di satu sudut meja. Usai upacara minum teh tersebut, Alice masuk ke dalam pintu yang membawanya menuju lapangan kriket. Disana ia mendapati para tukang kebun berbentuk persegi dan pipih (lonjong) dengan tangan dan kaki di kedua sudutnya sedang mengecat mawar putih menjadi merah. Karena menentang perintah Ratu, ia mendapat tantangan untuk bertanding kriket, bolanya adalah para landak, pemukulnya adalah burung flamingo, dan para prajurit harus melengkungkan diri masing-masing dan berdiri di atas kaki dan tangan mereka sehingga membentuk busur. Sepanjang permainan, Ratu selalu berkata “Penggal kepalanya!”, sehingga Alice merasa tidak nyaman. Setelah beradu pendapat, Ratu pun menghentikan permainan dan menyuruh seekor Gryphon membawa Alice bertemu kura-kura tiruan.
Di akhir kisah, Alice dituduh mencuri kue tarcis Sang Ratu. Lalu, bagaimanakah kisah Alice selanjutnya selama berada di negeri ajaib tersebut?
Alice Menembus Cermin
Kali ini Alice berpetualang di Negeri Cermin. Negeri yang aneh dan membingungkan. Di Negeri Cermin, Alice bertemu dengan Raja dan Ratu Merah, juga Raja dan Ratu Putih. Alice membaca buku catatan sang Raja Putih dan menemukan sebuah puisi yang sulit dimengerti, dimana kata-kata itu terbalik, maksudnya, kata-kata tersebut bisa dibaca jika diarahkan ke sebuah cermin. Namun,setelah bisa membacanyapun, Alice tidak dapat memahami semua kata-kata asing yang tertulis di buku tersebut.
Kemudian, Alice berkeliling dan melihat-lihat di dunia barunya itu. Di taman, Alice bertemu dengan bunga-bunga yang bisa bicara. Bahkan mereka menganggap Alice adalah sejenis bunga. Bunga yang aneh tentunya. Ketika melihat Ratu Merah, dia bergegas untuk menemuinya. Karena sedang berada di Negeri Cermin, yang dilakukan Alice bukanlah berlari mendekati Ratu Merah, melainkan berlari menjauhinya. Itulah cara untuk sampai di tempat Ratu Merah. Kemudian, Ratu merah menunjukkan jalan untuk kembali ke istana. Alice harus melalui delapan petak sebelum sampai ke istana. Dalam perjalanannya inilah dia mengalami kebingungan demi kebingungan. Untuk menaiki kereta menuju petak keempat, Alice diminta menyerahkan tiket yang tidak dimilikinya. Di petak keempat dia bertemu Tweedledee dan Tweedledum. Sebelumnya dia berbincang dengan seekor serangga yang besar dan melihat serangga-serangga aneh lainnya di hutan, seperti Kuda goyang terbang yang makanannya adalah getah pohon dan serbuk kayu, Capung Merenyah yang makanannya Bubur Bulgur (sejenis makanan Inggris kuno) dan pai daging cincang, serta Kupu-kupu Roti yang makanannya teh encer dengan campuran krim di dalamnya. Dipetak selanjutnya, Alice bertemu dengan Humpty Dumpty, lalu ksatria yang selalu jatuh dari kudanya, dan akhirnya tibalah ia di istana.
Sesampainya di istana, masih banyak lagi percakapan membingungkan antara Alice dan penduduk Negeri Cermin. Penasaran lagi dengan kisah Alice selanjutnya selama di negeri cermin ini? Silahkan baca bukunya ya...
*****************
Demikianlah sekilas cerita Petualangan Alice, yang ditulis oleh Lewis Caroll pada tahun 1865, edisi terjemahan bahasa Indonesia terbitan dari PT Elex Media Komputindo, yang dibagi menjadi 2 bagian dan 24 bab utama, dimana tiap bab-nya berkaitan satu sama lain, tetapi dengan tema-tema utama pada masing-masing babnya. Dimana setiap halamannya akan membawa pembaca menemukan dunia lain yang mungkin merupakan khayalan saat kecil atau hanya sebagai bacaan di waktu senggang untuk menghilangkan kepenatan.
Dan ini adalah untuk kedua kalinya saya membaca buku ini, dan tetap ajaa,di beberapa bagian bikin dahi berkerut, karena adanya kata-kata yang (mungkin hanya ada dalam edisi terjemahan, tidak dalam bahasa aslinya) sulit untuk dipahami. Namun demikian, dari sosok Alice, selain menghibur dan membangkitkan imajinasi anak-anak yang tak terbatas, sosok Alice yang jujur, polos, dan berani patut menjadi teladan bagi anak-anak seumurannya. Alice juga tak pernah menunjukkan sikap jijik pada setiap karakter aneh yang ditemuinya. Secara implisit, Lewis mengajak para pembacanya untuk tidak menilai seseorang dari tampilan luar semata, bersikap terbuka terhadap perbedaan, serta menjunjung tinggi sopan santun.
Secara keseluruhan kisah Alice yang menawan ini sangat layak dibaca oleh semua kalangan. Meskipun pada cerita ini ada bagian-bagian yang, memang absurd dan sulit untuk dipahami, bahkan mungkin hanya dapat dipahami oleh orang dewasa. Terlebih, faktanya melalui kisah Petualangan Alice ini, dari informasi yang saya baca, Lewis Carrol banyak mengangkat isu-isu politik pada masa itu yang kemudian ia tuliskan dalam bentuk komedi satir. Dimana bagi yang tidak paham kondisi politik masa itu hanya akan menganggapnya sebagai komedi biasa saja.
0 Comments