Book Review
Book Review: Aku Bukan Dia by Arleen A
August 25, 2018
Terkadang cinta terlalu cepat pergi.
Tapi bukankah selalu ada kesempatan kedua untuk segalanya...
bahkan untuk cinta juga?
Andy
tahu bahwa tidak ada jalan hidup manusia yang sempurna, yang ada hanya satu guci abu yang tak juga dapat ditaburnya ke laut lepas.
Linda
tahu bahwa tidak ada jaminan atas kata selamanya, yang ada hanya janji serapuh tisu yang dengan mudah dapat dikoyak.
Berdua
tahu bahwa tidak ada hubungan yang sempurna, yang ada hanya sebuah pertemuan kebetulan.
Berdua
tahu bahwa tidak ada jalan yang bebas dari kerikil, yang ada justru dinding-dinding yang muncul entah dari mana.
Tapi jika cinta mengucap dan takdir berkata, apakah hati justru akan jadi penghalang?
Identitas Buku
Judul: Aku Bukan Dia
Penulis: Arleen A
Genre: Romance
Bahasa: Indonesia
Dimensi Buku: 20,5x14 cm/284 halaman/300 gr
Penerbit: Stiletto Book
ISBN: 978-602-6648-52-5
Cetakan pertama, Mei 2018
Review
Tiga tahun telah berlalu, namun Andy (30 tahun) masih begitu berduka atas kepergian Lina, istrinya. Selama kurun waktu itu, ingatan dan perasaan cintanya kepada Lina tidak pernah pudar sedikitpun. Bahkan ia masih menyimpan abu istrinya di dalam sebuah guci, ia merasa masih saja belum tega untuk menaburkannya di lautan. Ada dua hal yang menjadi penyemangat hidupnya, yakni pekerjaan dan Chloe, anak perempuan semata wayangnya yang masih berusia 3 tahun. Namun di sisi lain, justru kedua hal itu pula yang membuat luka hati Andy tidak pernah mengering, karena Chloe dan pekerjaannya selalu mengingatkan dirinya akan Lina. Bagaimana tidak, saat ia berhasil menerima gelar doktor dan diterima menjadi profesor penuh waktu di Santa Clara University, di saat itu pula, Lina tengah berjuang melahirkan putri kecil mereka, dan kemudian Lina meninggal dunia.
Statusnya sebagai profesor muda, duda dan berwajah tampan, Andy yang bernama lengkap Andy Charleston ini kerap menjadi pusat perhatian kaum perempuan. Baik itu teman-teman perempuannya yang masih single, maupun para mahasiswi di kampus tempat ia mengajar. Tidak sedikit dari mereka yang secara terang-terangan mengajaknya berkencan dan menyatakan ketertarikan mereka kepada Andy. Namun ia tidak pernah tertarik kepada mereka maupun perempuan-perempuan lain yang dijodohkan oleh ibunya, karena hati dan cintanya hanya untuk Lina, yang ia tahu persis bahwa Lina telah pergi dan tidak akan pernah kembali.
Sementara itu, Linda, begitu antusias dengan hari pertama kuliahnya. Ada alasan tertentu mengapa ia akhirnya memilih untuk kuliah di Santa Clara University, disana ia hanya ingin fokus pada kuliahnya dan berharap luka hatinya akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu.
Masih di hari pertama perkuliahan, Linda tidak bisa menemukan gedung kuliah yang harus ia masuki akibat ia tidak mengikuti acara pengenalan kampus sebelumnya. Beruntung, ia bertemu dengan seseorang yang membacakan peta lokasi kampus dan menunjukkan arah letak gedung yang sedang ia cari. Dan, seseorang itu tidak lain adalah Profesor Andy Charleston, yang begitu terkejut melihat sosok Linda, mahasiswi baru di kampusnya itu.
Masih di hari pertama perkuliahan, Linda tidak bisa menemukan gedung kuliah yang harus ia masuki akibat ia tidak mengikuti acara pengenalan kampus sebelumnya. Beruntung, ia bertemu dengan seseorang yang membacakan peta lokasi kampus dan menunjukkan arah letak gedung yang sedang ia cari. Dan, seseorang itu tidak lain adalah Profesor Andy Charleston, yang begitu terkejut melihat sosok Linda, mahasiswi baru di kampusnya itu.
Nah, sama-sama bersetting tempat di Santa Clara University, kira-kira akan seperti apa ya, arah cerita dari kisah Andy dan Linda ini? Mengapa Andy begitu terkejut saat melihat sosok Linda? Sebelumnya, apa pula hal yang kemudian membuat Linda akhirnya memutuskan untuk berkuliah di Santa Clara University?
Mungkin ada yang bertanya-tanya seperti itu? Yang pasti, selain menyajikan kejutan yang mengejutkan pada bagian akhir ceritanya, cerita pada buku ini merupakan perpaduan dari sad dan sweet romance. Di satu sisi, cukup sukses membuat saya ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh tokoh utamanya. Sedangkan di satu sisi lainnya, dengan porsi yang pas, kisah yang disampaikan pada buku ini sangat manis dan menghangatkan hati. Saya tidak akan bercerita lebih banyak lagi tentang jalan ceritanya, kalian, terutama penggemar cerita romance, harus baca buku ini!
Kelebihan, Kekurangan dan Rate
Pada dasarnya, jalan cerita pada buku ini ringan dan mudah untuk diikuti. Namun ada yang istimewa, seperti pada bagian akhir cerita, ada sesuatu yang sangat mengejutkan. Meskipun, pada bagian-bagian awal, sebenarnya saya sudah menduga ke "arah" sana, tapi dengan halus, penulis seolah menggiring saya sebagai pembaca untuk membuat persepsi lain, bahwa dugaan saya sebelumnya itu kurang tepat, atau bahkan mungkin tidak tepat. Penulis sedikit sekali menyinggung kemungkinan jawaban dari dugaan yang saya buat. Tapi ternyata, jebret banget! Halaman epilog menjelaskan semuanya!
Ini adalah kali pertama saya membaca buku karya mbak Arleen, dan ternyata saya menyukainya. Saya suka dengan ide ceritanya yang mengangkat kisah cinta dengan perbedaan usia, perbedaan usia yang bisa dibilang masih wajar yaa, hehe.. karena pada kenyataannya cinta memang bisa menghampiri dan tumbuh pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Mungkin bisa dibilang kalau ini adalah ide atau tema cerita yang biasa, tapi dengan cara bercerita mbak Arleen yang mengalir ditambah dengan pemilihan diksi yang baik, pendeskripsikan para tokoh dan setting tempat, cara dia menyampaikan narasi hingga penggunaan kata-kata baku pada setiap dialog, menjadikan buku ini enak dibaca. Saya merasa, cara penulis dalam menyampaikan ceritanya ini terasa berkelas. Mungkin ini berlebihan? Tapi, seperti itulah yang saya rasakan saat membaca buku ini. Tidak heran kalau buku ini menjadi pemenang pertama lomba menulis novel Stiletto Book tahun 2016 lalu.
Dengan point of view orang ketiga, kedua tokoh utama diceritakan secara bergantian sehingga sebagai pembaca kita bisa lebih memahami perasaan dan ikut mendalami pikiran mereka. Selain alur cerita yang terasa lebih cepat, karakter dari kedua tokoh utama juga jadi terasa lebih hidup. Namun, mungkin bagi sebagian pembaca, cara bercerita seperti itu akan sedikit membosankan karena meskipun dari sudut pandang yang berbeda, beberapa kalimat pada bagian awal setiap sudut pandang para tokohnya akan terasa seperti diulang-ulang. Namun, selanjutnya tidak demikian, selalu ada point baru dari setiap sudut pandang para tokohnya itu.
Hal lain yang saya sukai dari buku ini, beberapa bagiannya mencoba mengingatkan pembacanya, saya khususnya bahwa:
1. Seperti sebuah kutipan: "Never ignore a person who loves, cares and misses you, because one day you might realize, you lost the moon while counting the stars".
2. Love at first sight, why not?.
3. Pentingnya menjaga komunikasi yang jujur dan terbuka dengan pasangan.
4. Ada alasan dan hikmah dibalik setiap kesulitan yang kita hadapi, termasuk patah hati. Percayalah, meskipun berat, perih dan sakit, patah hati bukan akhir dari segalanya.
5. Keluarga adalah tempatmu kembali, seberat apapun masalahmu.
6. Menikahi pasangan = menikahi seluruh keluarganya, maka sudah sewajarnya saat dua orang menikah, paling tidak mereka saling mengenal dan mengetahui silsilah keluarga besarnya.
7. Selalu ada penjelasan di balik setiap kebetulan, karena semua kejadian di dunia ini baik di langit maupun di bumi adalah skenario-Nya.
Ada beberapa kesalahan pengetikan dan penggunaan kata-kata yang menurut saya kurang tepat, yang saya temukan pada buku ini:
1. Halaman 17: Bosenan ---> Dengan hampir sepenuhnya menggunakan kata-kata baku pada dialognya, menurut saya pemilihan kata "Bosenan" ini agak kurang enak untuk dibaca, akan lebih tepat jika menggunakan frase: Mudah bosan.
2. Halaman 46: Lis ---> Saat Sharon menyapa Linda, seharusnya "Lin", bukan "Lis".
3. Halaman 84: Menangguk ---> Seharusnya: "Mengangguk", karena menurut KBBI "menangguk" memiliki arti menangkap ikan menggunakan alat bernama tangguk. Jika menggunakan kata "menangguk", jadi sangat tidak relevan dengan konteks kalimatnya.
4. Halaman 118: Chaleston ---> Seharusnya: Charleston.
5. Halaman 128: Penggunaan frase "Si gemuk dan si kurus", alangkah baiknya jika menggunakan frase: "perempuan bertubuh gemuk dan perempuan bertubuh kurus"
6. Halaman 131: Bekas istri ---> Alangkah baiknya jika menggunakan frase: mantan istri.
7. Halaman 166: .ok ---> Seharusnya: Dok.
8. Halaman 188: Bekas murid ---> Alangkah baiknya jika menggunakan frase: mantan murid
9. Halaman 205, 206: Gelepotan ---> Harusnya: gelepot atau berlepotan
10. Halaman 209: Tiga anak beruang ---> Harusnya: tiga ekor beruang. Karena dari bagian cerita sebelumnya, diceritakan bahwa tokoh Chloe senang dibacakan cerita berjudul "Tiga ekor beruang" (yang terdiri dari papa beruang, mama beruang, anak beruang) bukan "Tiga anak beruang".
11. Halaman 229: Milihat ---> harusnya: Melihat
Untuk tampilan secara fisik, buku ini terlihat cukup manis, hanya saja kalau menurut saya desain covernya kurang eye catchy gimana gitu, terutama untuk tata letak judul, tagline dan nama penulis. Sedangkan untuk bagian dalamnya, ukuran fontnya yang kecil membuat mata saya yang mulai mudah perih ini jadi cepat lelah. Eh atau untuk yang terakhir ini, masalah ada pada mata saya ya bukan pada bukunya?, hehe... Oke, deh.. secara keseluruhan saya menyukai buku ini.
Tidak menolak kalau suatu saat nanti bisa berkesempatan untuk membaca karya-karya lain dari penulis.
Kutipan Favorit
1. "Apakah sebuah hubungan itu sama seperti makanan yang punya expiration date?" (halaman 6)
2. "Angka adalah bahasa pemersatu. Baik di Amerika maupun di Afrika, 1+1 hasilnya selalu 2. Baik di Asia maupun di Australia, 2+2 hasilnya selalu 4. Angka bisa dipegang kepastiannya. Angka selalu setia (dan tidak meninggalkanmu secara tiba-tiba)". (halaman 27)
3. "Tapi hati manusia memang tidak pernah bisa diatur atau diperintah". (halaman 115)
4. "Belanja adalah terapi paling mujarab untuk penyakit patah hati". (halaman 243)
5. "Tidak penting apa yang terjadi pada awal hubunganitu, yang pentingadalah kedua belah pihak memang ingin melanjutkannya". (halaman 246)
6. "Bahwa kau menyayangiku, itu saja sudah cukup bagiku". (halaman 270)
7. "Ada begitu banyak kebetulan... Tapi bukankah memang tidak ada kebetulan di dalam hidup ini". (halaman 273)
6. "Bahwa kau menyayangiku, itu saja sudah cukup bagiku". (halaman 270)
7. "Ada begitu banyak kebetulan... Tapi bukankah memang tidak ada kebetulan di dalam hidup ini". (halaman 273)
Terakhir, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada penulis yang sudah mengirimkan buku ini kepada saya. Terima kasih banyak atas kesempatan dan kepercayaannya untuk mereview buku ini. Sukses untuk setiap karya-karyamu ya, mbak... Oh, iya, maaf atas drama DM yang kelelep itu, hehehe...
1 Comments