Book Review : Ways to Live Forever by Sally Nicholls

Sam menyukai fakta-fakta. Dia penasaran tentang hantu dan UFO, film horor dan ilmuwan, balon Zeppelin dan kematian. Sam mengidap leukemia....

Sam menyukai fakta-fakta. Dia penasaran tentang hantu dan UFO, film horor dan ilmuwan, balon Zeppelin dan kematian. Sam mengidap leukemia. Karena itu, dia ingin tahu fakta-fakta tentang kematian. Sam membutuhkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang enggan dijawab orang-orang.

Ways To Live Forever adalah buku harian Sam yang berisi daftar-daftar, cerita-cerita, foto-foto, berbagai pertanyaan dan fakta yang dikumpulkannya selama minggu-minggu terakhir kehidupannya. Pandangannya yang jernih tentang kehidupan dan kematian membuat buku ini menjadi salah satu buku yang paling membangkitkan semangat dalam menghadapi salah satu fakta kehidupan yang tak terelakan.


Identitas Buku
Judul : Ways to Live Forever
Judul Terjemahan : Setelah Aku Pergi
Penulis : Sally Nicholls
Penerjemah : Tanti Lesmana
Tebal : 216 Halaman
Kategori : Fiksi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-3653-8
Soft cover, Cetakan Pertama 1 Maret 2008
Rate : 5/5 Bintang

Review
Sam Oliver McQueen, adalah seorang anak lelaki berusia 11 tahun. Pada saat ia berusia 6 tahun, dokter memvonis Sam mengidap penyakit Leukimia lymphoblastic akut. Karena penyakitnya itu, menyebabkan pula ukuran tubuhnya menjadi tidak normal jika dibandingkan dengan anak lain yang seusianya.

Penyakit temuan John Hughes Bennett pada tahun 1845 ini merupakan penyakit dimana sistem tubuh pengidapnya terlalu banyak produksi lymphoblast, sel-sel darah putih kecil.

Selama ini, Sam telah mengalami kemoterapi sebanyak 2 kali. Setelah terakhir kambuh pada usia 10 tahun, dua setengah bulan kemudian, penyakit Sam kambuh lagi. Maka, Sam mengalami berbagai hal seperti kerontokan rambut akibat kemoterapi, sering mimisan, hidup berkawan dengan Hickman Line, dan membutuhkan serum-serum kuning dan kenyal untuk pembekuan darah.

Sakitnya Sam membawa imbas pada kehidupan dalam rumahnya. Rachel, ibu Sam, memutuskan untuk berhenti bekerja dan merawat Sam. Keseharian Rachel penuh dengan usahanya untuk menepis kesedihan yang ia rasakan karena kondisi Sam. Namun, ia selalu berusaha untuk tampil tegar, ia tidak ingin menunjukkan kesedihannya terutama di depan Sam maupun teman, sahabat dan keluarga besarnya. Rachel punya keyakinan suatu hari Sam akan sembuh total dan semua kembali normal. Ia yakin, Sam akan tumbuh dewasa dan sukses meraih cita-citanya. Meskipun ia tahu,  cita-cita Sam untuk menjadi ilmuwan penyelidik hal-hal seperti UFO dan hantu tidak akan terwujud. Dengan pengobatan, Sam diprediksikan akan hidup setahun lagi. Dengan kondisi Sam yang demikian, ayahnya, Daniel, kadang ia nampak tidak bisa menerima keadaan, sehingga kadang ia membuat keadaan seolah semua baik-baik saja. Ia nampak menganggap bahwa Sam, putra yang amat dia sayangi itu seolah sehat dan baik-baik saja. Meskipun ia juga tahu persis, bagaimana keadaan Sam. Ia sangat sedih. Diam-diam, Ella, adik Sam yang berusia 8 tahun juga merasakan kesedihan dalam keluarganya. Meskipun ia kadang sering rewel dan menunjukkan rasa iri karena menurutnya, kadang perhatian ibunya hanya tertuju pada Sam.

Ketika menginap di rumah sakit selama 6 minggu saat penyakitnya kambuh pertama kali, Sam bertemu dan kemudian bersahabat dengan penderita kanker lain bernama Felix Stranger, 13 tahun. Karena penyakitnya, Felix yang berkepala gundul hidup dengan keraguan akan kebaikan Tuhan.

Setelah liburan Natal, pada tangga 7 Januari, hari pertama Sam dan Felix mulai belajar dengan di rumah dengan seorang pengajar bernama Mrs. Willis. Di hari pertama itu, Mr. Willis, memberikan Sam dan Felix tugas untuk menulis sebuah karangan. Sam merasa senang dengan tugas tersebut, dan kemudian ia memutuskan untuk  menulis sebuah buku dalam bentuk buku harian.

Sebelum mendapat tugas menulis tersebut, Sam suka mengumpulkan cerita dan fakta-fakta yang fantastis, juga daftar pertanyaan tak terjawab, tiga diantaranya adalah :
1. Bagaimana kita tahu kita sudah mati? (halaman 22)
2. Kenapa Tuhan membuat anak-anak jatuh sakit? (halaman 38)
3. Bagaimana kalau sebenarnya ada orang yang belum mati, tapi dikira sudah mati oleh orang-orang lain? Apakah dia akan dikubur hidup-hidup? (halaman 70)

Di tengah-tengah kegiatan yang ia lakukan sehari-hari yakni belajar dengan Mr. Willis, pengobatan, menghabiskan waktu dengan Felix, Sam menulis bukunya. Di dalam bukunya itu, Sam menghimpun 11 daftar berisi hal-hal tentang dirinya, apa yang ingin ia lakukan, hal-hal yang menjadi favoritnya, kiat-kiat hidup abadi, ritual kematian berbagai bangsa, siapa ayahnya, balon Zeppelin, pertanyaan tentang orang mati, dan apa yang ia inginkan setelah meninggal); 8 Pertanyaan Tak Terjawab yang bertalian dengan kematian; pengalaman-pengalaman; informasi yang berhubungan dengan kematian seperti teori 21 gram dari Duncan MacDougall (1907), juga gambar-gambar yang ia kumpulkan maupun ia gambar sendiri, yang semuanya itu kemudian ia buat dengan niat untuk mengisi waktu menghadapi kematiannya. 

Ada percakapan yang menyentuh, yaitu pembahasan dari Sam dan Felix ketika mereka membahas tentang Tuhan dan penyakit pada halaman 50 sampai dengan halaman 52 yang kemudian membawa mereka pada sebuah kesimpulan bahwa : "...justru sakit itu merupakan hadiah, seperti mendapatkan Karcis-Gratis-Masuk-Surga" atau "Tuhan sangat menyayanginya, sehingga ingin membawanya ke surga". 

Hari itu adalah jadwal belajar dengan Mr. Willis dirumah Sam. Mereka sering bergantian tempat belajar, kadang di rumah Felix kadang di rumah Sam seperti pada hari itu. Namun, Felix tidak muncul pada jadwal belajar bahkan hingga jam pelajaran hampir usai. Ternyata, hari itu Felix masuk rumah sakit, ia terkena infeksi, kemudian penyakitnya kambuh dan akhirnya meninggal dunia.

Kepergian Felix membuatnya sangat sedih dan terpukul, kemudian ia mulai bertanya-tanya dan berdebat dengan dirinya sendiri tentang sebuah keadilan.


Dan ketika semua obat yang diberikan pihak rumah sakit sepertinya tidak banyak bermanfaat lagi, Sam memutuskan mempercepat waktu kematiannya.

Mum mengangguk. "Dua bulan," katanya, dan air matanya tumpah. "Demi Tuhan!. "Waktu itu katanya kami punya waktu setahun."

"Aku akan bilang pada-Nya waktunya tidak cukup panjang,"

"Nanti, kalau aku bertemu dengan Dia." 

Setelah sekian banyak uang yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan Sam, sungguh getir ketika Rachel tertawa kecil lalu menanggapi perkataan Sam dengan suara gemetar :

"Ya, bilang pada-Nya. Bilang pada-Nya kita ingin uang kita dikembalikan."

Bagi Sam, kematian adalah tahap selanjutnya dalam kehidupan. Ia percaya jika kematian hanyalah perjalanan kembali ke tempat semula manusia berada sebelum dilahirkan, sesuatu yang tidak menjadi masalah bagi Tuhan, karena kematian seseorang berarti kembali ke surga, tempat Tuhan tinggal. Oleh sebab itu, Sam menginginkan upacara pemakaman yang asyik, begitu katanya. Ia ingin para pelayatnya nanti tidak memakai pakaian hitam, harus ada cerita-cerita lucu tentang dirinya. Para pelayatnya boleh sedih, tapi tidak boleh terlalu sedih, karena ia sendiri juga tahu bahwa tidak mungkin tidak akan ada kesedihan ketika seseorang yang disayangi meninggalkan kita. Menurutnya, kesedihan hanya akan menghalangi ingatan kita kepada orang yang kita sayangi. 

Nah, apakah kemudian Sam dapat melakukan semua hal yang ingin ia lakukan seperti yang ia catat dalam Daftar No. 3?


Atau mungkinkah Sam juga bisa mewujudkan salah satu cara hidup selamanya seperti yang ia catat dalam Daftar No. 5?


Sebuah angket Rencana Kematian paling ilmiah dalam sejarah versi Felix yang telah disusun Sam kemudian akan memastikan nasib Sam. Penasaran dengan akhir kisah Sam pada buku ini? Silahkan baca bukunya yaa...

******************

Dari segi bahasa, sekalipun ini adalah edisi terjemahan, tetapi tidak terdapat bahasa atau kata-kata yang sulit dipahami. Dan dengan teknik penulisan yang tidak biasa, yang pada beberapa tempat bergaya scrapbook dan pemilihan model penulisan yang disesuaikan dengan usia Sam McQueen (pada bagian catatan pribadi Sam), plot dan narasi yang jelas menjadikan buku ini sebagai sebuah bacaan yang mudah diikuti dan enak untuk dibaca. Tidak hanya itu, melalui kepolosan tokoh Sam dan juga Felix, Sally merangkai kalimat-kalimat yang pada beberapa bagian terkesan dewasa, cerdas dan menyentuh yang terkadang terasa begitu mengiris hati lalu pada beberapa bagian terselip juga nuansa humor yang kemudian menjadikan buku ini juga sebagai sebuah bacaan yang kuat dan hidup.

Dari segi tampilan, menurut saya, desain jilid novel ini sederhana namun memiliki daya tarik yang begitu kuat, hehe...

Dari segi isi, novel ini benar-benar sangat menarik. Novel ini mengajarkan ketabahan dan memberikan motivasi untuk semua orang yang masih hidup, agar terus berusaha untuk menjadi seorang pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Jangan sampai Sam yang mengidap penyakit tak terobati saja bisa menjalani hidupnya dengan tabah dan tetap ceria, sedangkan kita yang masih sehat selalu mengeluh tentang tak adilnya hidup. Dan ternyata, di tangan Sally, menjemput kematian, dari perspektif anak-anak, bisa berbeda dan mungkin lebih mudah diterima.

Awalnya, dengan label sebagai novel yang ditujukan untuk orang dewasa, menurut saya rasanya kurang cocok. Dimana novel ini bercerita tentang Sam (11 tahun), mengidap penyakit leukemia dan mencoba untuk menjalani kehidupan normal seperti anak-anak sehat lainnya. Tidak terdapat tindakan kekerasan ataupun kata-kata tak pantas dan hal-hal yang dapat menyebabkan sebuah novel dikatakan novel dewasa. Novel ini lebih cocok berlabelkan untuk semua umur. Namun kemudian, setelah membacanya hingga selesai, saya menemukan beberapa bagian, dimana Sam dengan pemikiran-pemikiran langka yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak pada umumnya, terlihat bisa memandang kehidupan dengan cara yang lebih dewasa dibanding anak-anak seusianya. Selebihnya, saya tidak menemukan kekurangan lainnya dari novel ini.

Terakhir, melalui sebuah pemaknaan kehidupan lewat kematian dari sudut pandang sang tokoh utama, (Sam, 11 tahun) yang luar biasa tanpa pernah berniat memvonis apa yang ia alami sebagai kesalahan Tuhan, saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca oleh siapapun yang ingin mendapatkan insipirasi dan mendalami makna dari kesempatan hidup yang sebenarnya.

"Percuma punya macam-macam keinginan kalau kau tidak tidak mencoba mewujudkannya. Setidaknya yang gampang-gampang saja."
(Ways to Live Forever - Sally Nicholls, halaman 67)

You Might Also Like

0 Comments