Widiani's Diary
Perkenalan Kita Bukanlah Suatu Kebetulan.
November 29, 2013
Kita.
Iya, kita... Aku dan Kamu sama-sama tahu bahwa Alam Semesta ini begiiiiiiiitu luas. Saking luasnya, jarak antar planet, antar bintang dan antar galaksi tidak dinyatakan dalam satuan kilometer tetapi menggunakan satuan tahun cahaya.
Ahhh... aku tahu, pasti saat ini kamu sedang berpikir, mengingat-ingat atau bahkan mungkin kamu sedang berniat membuka tab baru di browser kamu untuk Googling mencari tahu, satu tahun cahaya itu berapa kilometer. Nggak, nggak usah repot-repot, aku akan ngasih tahu kamu kok, satu tahun cahaya itu sama dengan 9.460.730.472.580,8 kilometer, atau sering dibulatkan menjadi 10.000.000.000.000 kilometer (sepuluh trilyun kilometer).
Selanjutnya, silahkan kamu bayangkan sendiri luas alam semesta ini. Oh ya, jarak benda yang satu dengan benda yang lainnya di luar angkasa sana ada yang mencapai puluhan tahun cahaya.
Aku juga tahu, aku dan kamu memiliki pandangan yang sama bahwa manusia bukanlah makhluk berinteligensia tinggi satu-satunya di alam semesta ini. Kita sama-sama percaya di suatu planet lain selain planet Bumi ini, ada kehidupan dan kebudayaan lain yang mirip atau bahkan mungkin lebih tinggi dari kebudayaan di planet Bumi yang kita diami ini.
Tentu saja... pandangan kita ini bukan tanpa alasan...
Dan di alam semesta yang luas ini, Allah SWT menempatkan aku dan kamu di planet yang sama, planet Bumi. Tentu ini bukan suatu kebetulan.
Planet Bumi Sumber/Credit : NASA/Reto Stöckli |
Aku yakin kamu sudah mendengar informasi ini, informasi tentang, bahwa planet Bumi hanyalah satu dari 50 miliar planet yang diperkirakan ada di galaksi Bima Sakti. Perkiraan jumlah ini didasarkan hasil sementara yang diperoleh teleskop pemburu planet, Kepler, milik Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA pada sekitaran awal tahun 2011 lalu. Dan galaksi Bima Sakti sesungguhnya hanya merupakan satu titik kecil di alam semesta, yang saat ini diperkirakan terdiri dari 170 miliar galaksi.
Aku... Aku... Aku... yakin dengan Allah menempatkan kita di planet yang sama dan kemudian Dia memberi kita kesempatan untuk saling mengenal seperti saat ini, ini bukanlah suatu kebetulan. Aku sangat bersyukur bisa mengenalmu. Aku harap kamu juga merasa bersyukur mengenalku.
Meskipun memang... secara teoritis, planet Bumi yang kita diami ini bisa saja tiba-tiba terbelah dua, meninggalkanku di belahan yang satu dan kau di belahan yang lain, terpisah secara tragis selamanya. Itu kalimat yang diucapkan Jace kepada Clary di buku keempat seri The Mortal Instruments, halaman 105.
Bisakah kamu membayangkan seandainya itu terjadi pada kita? Terpisah dengan cara seperti itu?
Aku tidak mampu membayangkan semua itu, aku tidak ingin memikirkan hal buruk seperti itu.
Yang aku inginkan, aku bisa mengenalmu lebih dekat, bisa selalu bersamamu, bisa berbagi rahasia denganmu, bisa selalu membuatmu merasa bahagia, bisa selalu ada disisimu untuk selalu menyemangati dan mendukungmu, bisa selalu ada disisimu untuk menghapus sedih, duka dan air matamu, bisa selalu mengucapkan "selamat tidur" kepadamu setiap malam, bisa selalu melihat wajahmu saat bangun tidur di pagi hari, bisa selalu menikmati hangatnya cahaya Matahari pagi dan cahaya Matahari sore bersamamu setiap hari dan kita bisa selalu saling menggenggam erat tangan kita satu sama lain hingga kita berusia senja nanti.
Aku tidak berbohong, aku sungguh bersyukur dan bahagia bisa mengenalmu.
Sumedang,
Jum'at, 29 November 2013. Menjelang Maghrib.
46 Comments