Science
Matematika Sebagai Bahasa Universal
August 21, 2012
Berpikir merupakan suatu proses
yang terjadidi jarangan syaraf pada otak kita. Berpikir merupakan
perubahan dalam agregatdari representasi diri. Berpikir merupakan ciri
utama manusia yangmembedakannya dengan makhluk lain. Dengan dasar
berpikir manusia mengembangkanberbagai cara untuk dapat mengubah keadaan
alam guna kepentingan hidupnya.
Berpikir dapat berragam orientasinya,
namun secara garis besar dapat dibedakanmenjadi berpikir alamiah dan
berpikir ilmiah.
Berpikir alamiah adalah polapenalaran yang berdasarkan
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alamsekelilingnya, misalnya
penalaran tentang panasnya api, dinginnya es dansebagainya.
Sedangkan
berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan poladan sarana
tertentu secara teratur. Yang terakhir ini penting kaitannya
dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Untuk dapat
melakukan kegiatan berpikir ilmiah yang baik perlu ditunjang dengan
sarana berpikir ilmiah berupa bahasa,matematika, dan statistika.
Bahasa merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses
berpikir ilmiah di mana bahasa merupakan alatberpikir dan alat
komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepadaorang lain.
Ditinjau dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan
antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah
menyandarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif.
Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. (wikipedia) |
Matematika mempunyai peran yang penting dalam berpikir deduktif ini,
sedangkan statistika berperan penting dalam pola berpikir induktif.
Proses pengujian dalam kegiatan ilmiahmengharuskan kita menguasai metode
penelitian ilmiah yang pada hakikatnyaadalah pengumpulan fakta untuk
mendukung hipotesis yang kita ajukan.
Kemampuan berpikir ilmiah yang baik
harus didukung oleh penguasaan sarana berpikir inidengan baik pula.
Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahuidengan benar
peran masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhanproses
berpikir ilmiah tersebut.
Dalam tulisan ini secara khusus
dibahas mengenai matematika sebagai bahasa universal dan dalam konteksnya
sebagai sarana berpikir ilmiah.
Pengertian matematika
sangat sulit didefinsikan secara akurat.
Pada umumnya orang awam hanya
akrab dengan satucabang matematika elementer yang disebut aritmatika
atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu
tentang berbagai bilangan yangbisa langsung diperoleh dari
bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst. Melalui beberapa
operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.
Kata “matematika”
berasal dari kata mathemádalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai
“sains, ilmu pengetahuan, atau belajar” juga mathematikós yang diartikan
sebagai “suka belajar”.
Disiplin utama dalam matematika
didasarkan pada kebutuhan perhitungan dalam perdagangan, pengukuran
tanah dan memprediksiperistiwa dalam astronomi.
Ketiga kebutuhan ini
secara umum berkaitan dengan ketiga pembagian umum bidang matematika:
studi tentang struktur, ruang dan perubahan.
Ada
pendapat terkenal yang memandang matematika sebagai pelayan dan sekaligus
raja dari ilmu-ilmu lain.
Sebagai pelayan, matematika adalah ilmu dasar
yang mendasari dan melayaniberbagai ilmu pengetahuan lain.
Sejak masa
sebelum masehi, misalnya jaman Mesirkuno, cabang tertua dan termudah
dari matematika (aritmatika) sudah digunakan untuk membuat piramida,
digunakan untuk menentukan waktu turun hujan, dsb.
Sebagai seni, dalam matematika terlihat adanya keteraturan, keterurutan
dan konsisten, sehinga matematika indah dipandang dan diresapi seperti hasil
seni.
Sebagai raja,
perkembangan matematika tak tergantung pada ilmu-ilmu lain.
Banyak cabang
matematika yang dulu biasa disebut matematika murni, dikembangkanoleh
beberapa matematikawan yang mencintai dan belajar matematika hanya
sebagai hobi tanpa memperdulikan fungsi dan manfaatnya untuk ilmu-ilmu
lain.
Dengan perkembangan teknologi, banyak cabang-cabang matematika
murni yang ternyata kemudian hari bisa diterapkan dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan teknologi mutakhir.
Sebagai bahasa,
matematika melambangkanserangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita
sampaikan.
Matematika
merupakan bahasa simbol yang berlaku secara universal (internasional) dan
sangat padat makna dan pengertian.
Di manakah letak semua konsep-konsep matematika, misalnya
letak bilangan 1? Banyak para pakar matematika, misalnya para pakar Teori
Model yang juga mendalami filosofi dibalik konsep-konsep matematika
bersepakat bahwa semua konsep-konsep matematika secara universal terdapat
di dalam pikiran setiap manusia.
Jadi yang dipelajari dalam
matematika adalah berbagai simbol dan ekspresi untuk
mengkomunikasikannya. Misalnya orang Jawa secara lisan memberi simbol
bilangan 3 dengan mengatakan “Telu”, sedangkan dalam bahasa Indonesia,
bilangan tersebut disimbolkan melalui ucapan “Tiga”.
Inilah sebabnya,
banyak pakar mengkelompokkan matematika dalam kelompok bahasa, atau lebih
umum lagi dalam kelompok (alat) komunikasi, bukan sains.
Karena sifat-sifatnya itu dapat dikatakan bahwa matematika merupakan
bahasa yanguniversal.
Dalam pandangan formalis,
matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara
aksioma denganmenggunakan logika simbolik dan notasi matematika; ada
pula pandangan lain,misalnya yang dibahas dalam filosofi matematika.
Struktur
spesifik yang diselidiki oleh matematikawan sering kali berasal dari
ilmu pengetahuan alam, dan sangat umumdi fisika, tetapi matematikawan
juga mendefinisikan dan menyelidiki strukturinternal dalam matematika
itu sendiri, misalnya, untuk menggeneralisasikanteori bagi beberapa
sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa.
Akhirnya, banyak
matematikawan belajar bidang yang dilakukan mereka untuk sebabestetis
saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni daripada sebagai
ilmupraktis atau terapan.
Matematika tingkat lanjut
digunakan sebagai alat untuk mempelajari berbagai fenomena fisik yg
kompleks, khususnya berbagai fenomena alam yang teramati, agar pola
struktur, perubahan, ruang dansifat-sifat fenomena bisa didekati atau
dinyatakan dalam sebuah bentuk perumusan yg sistematis dan penuh dengan
berbagai konvensi, simbol dan notasi.
Hasil perumusan yang menggambarkan
prilaku atau proses fenomena fisik tersebut biasa disebut model
matematika dari fenomena.
Kembali ke uraian sebelumnya
bahwa matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang menggunakan pola
penalaran deduktif.
Sarana berpikir ilmiah ini dalam proses pendidikan
kita, merupakanbidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari sarana
berpikir ilmiah ini seperti mempelajari berbagai cabang ilmu.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal :
Pertama, sarana ilmiah bukan
merupakan ilmu dalam pengertian bahwasarana ilmiah itu merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkanmetode ilmiah.
Seperti
diketahui bahwa salah satu karakterisitk dari ilmu umpamanya adalah
penggunaan berpikir deduktif dan induktif dalam mendapatkanpengetahuan.
Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalammendapatkan
pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa saranaberpikir
ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang
berbeda dengan metode ilmiah.
Kedua, tujuan
mempelajari sarana ilmiahadalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik,sedangkan tujuan mepelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita
untuk bisa memecahkan masalah sehari-hari.
Dalam hal ini sarana berpikir
ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan dalam mengembangkan
materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah. Atau sederhananya,
sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan
fungsinya secara baik.
Jelaslah mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai
metode yang tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah
dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab fungsi sarana ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah, dan bukan merupakan ilmu itu tersendiri.
Referensi
Anonim, Matematika (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika)
Sruiasumantri, Jujun S. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Pustaka SinarHarapan. Jakarta:2001.
Turchin, Valentin F,. The Phenomenon of Science a Cybernetic Approach to HumanEvolution. Columbia University Press. USA: 1997.
Modul 2 PMM
0 Comments