Book Review
TBU2015 Season 2
Book Review : The Kolor of my Life by Netty Virgiantini
August 22, 2015
Kolor /ko.lor/ n : celana kain bertali, yang biasa dipadukan dengan kaus oblong, dan dipakai saat santai sehari-hari di rumah!
"Jadikanlah kolor sebagai bagian gaya hidup kita. Dijamin praktis dan isis!"
Sumpah demi kolor molor!
Neyra benar-benar nggak terima kolor batik keberuntungannya jatuh ke tangan Damar, cowok bertampang jadul bin cupu dan culun yang tinggal di rumah Simbah, tetangganya yang eksentrik.
Segala jurus sudah Neyra kerahkan demi mendapatkan kembali kolor spesial itu. Termasuk mengerahkan Jurus Macan Betina, yang membuatnya berubah menjadi cewek supergalak—siap mencakar dan menerkam Damar.
Alih-alih berhasil, kesialan demi kesialan terus merundung Neyra. Dan kesialan terbesar adalah: Neyra mulai berdebar-debar nggak keruan dan salah tingkah bila berada di dekat Damar.
Gimana dong? Apa ini yang namanya cinta dari mata turun ke kolor?
Identitas Buku
Judul : The Kolor of my Life
Penulis : Netty Virgiantini
Kategori : Fiksi, Komedi, Remaja
Dimensi Buku : 192 halaman, 13.5 x 20 cm, 250 gram
ISBN : 978-602-03-1513-3
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Penghargaan : Juara Pertama dalam Ajang Lomba Cerita Konyol Remaja (2008)
Softcover, Cetakan Pertama, 9 Juli 2015
Review
Siang itu, saat Neyra sedang dengan lahapnya menyantap makan siang tiba-tiba terdengar teriakan ibunya yang menyuruhnya untuk segera mengangkat jemuran. Karena langit yang sudah sedari tadi gelap mulai menurunkan rintik-rintik hujan. Dengan gesit, Neyra segera berlari menuju lantai dua rumahnya dimana tempat jemuran berada. Sambil mengap-mengap setelah menaiki dua-dua anak tangga sekaligus, sesampainya ditempat jemuran, dengan panik mata Neyra menjelajahi deretan baju di tali jemuran. Ya, karena dari sekian banyak jemurannya, menurutnya hanya satu yang patut segera diselamatkan dari serangan hujan siang itu yaitu celana kolor batik kesayangannya.
Sayangnya, ketika celana kolor bermotif batik kawung itu berhasil ia raih dari tali jemuran, tiba-tiba terlepas dari tangannya. Dan saat Neyra nyaris menyentuh untuk mengambilnya, angin yang tiba-tiba bertiup kencang turut meniup kolor Neyra yang mulai basah karena air hujan itu hingga melayang dan akhirnya mendarat diatas genteng rumah tetangganya, Simbah.
Neyra yang tidak bisa menerima kenyataan tersebut berteriak histeris hingga akhirnya terkulai duduk lemas. Dengan tergopoh-gopoh menaiki tangga dan panik setelah mendengar teriakan Neyra, ibunya semakin panic ketika melihat anak gadisnya dengan raut muka mengkhawatirkan dan tatapan kosong tengah duduk lemas di bawah hujan.
Kepanikan ibunya semakin memuncak karena ia mengira Neyra telah kesambar petir. Ia pun berteriak meminta pertolongan. Para tetangga yang mendengar teriakan membahana dari Ibunya Neyra, segera mendatangi rumah Neyra bahkan sebagian dari mereka langsung masuk dan menuju lantai dua tempat jemuran yang juga tempat dimana Ibu dan Neyra berada saat itu. Sebagian dari para tetangga yang ada disitu berpendapat bahwa Neyra tidak terkena sengatan petir karena tidak luka ada gosong di tubuh Neyra. Mereka justru mengira kalau Neyra terkena serangan makhluk gaib. Terlebih ketika dengan tatapan kosong Neyra terus menunjuk-nunjuk kearah genteng rumah Simbah.
Simbah yang juga menyandang predikat sebagai ketua RT di kompleks perumahan Sejuk Damai, tempat tinggal Neyra, sekaligus dianggap sebagai seseorang yang memiliki daya linuwih, segera memberi pertolongan kepada Neyra. Melalui segelas air yang telah ia komat-kamiti terlebih dahulu, Simbah lalu menyembur wajah Neyra. Neyra pun pingsan. Namun justru, orang-orang yang melihat kejadian itu bersyukur, karena menurut kepercayaan, jika seseorang terkena gangguan makhluk halus, sebelum ia sadar, ia akan pingsan terlebih dahulu setelah dijampi-jampi.
Tapi sebenarnya, bukan hal itu yang membuat Neyra pingsan. Ia pingsan karena tidak kuat dengan bau pete dari semburan air dari mulut Simbah.
Keesokan harinya, selain nafsu makan yang tidak berubah sedikitpun, Neyra sama sekali tidak bisa berkonsentrasi di sekolah. Tidak sedikitpun pelajaran yang bisa ia serap hari itu, karena yang ada dipikirannya hanyalah kolor batik kawungnya, yang kini masih berada diatas genteng rumah Simbah. Usai sekolah, sesampainya dirumah Neyra langsung mempraktekan misi yang telah ia rencanakan sejak ia masih di kelas tadi, bahkan dari sejak tadi malam. Dengan menggunakan tongkat pramuka miliknya, Neyra berusaha mengambil kolornya dari atas genteng rumah Simbah.
Namun sayang, misinya tidak semulus yang ia rencanakan. Ada banyak gangguan dan hambatan yang menganggu Neyra saat melaksanakan misinya tersebut. Mulai dari di teriaki Simbah karena Neyra dikira mau ngintip Simbah mandi, disuruh ibunya membeli benang jahit, disuruh Mbah Putri, istrinya Simbah, membeli sabun mandi, harus nunggu lama karena mbak Indah, sang mpunya warung harus mencari-cari dahulu uang kembalian untuk Neyra. Tidak hanya itu, setelah memberikan sabun pesanan ke Mbah Putri, Mbah Putri menyuruhnya kembali ke warung karena warna sabun yang Neyra beli bukan warna paporit Simbah. Usai memberikan sabun dengan merk dan warna favorit Simbah ke Mbah Putri, Mbah Putri maaasih jugaaa menyuruh Neyra kembali ke warung karena persediaan shampoo-nya juga habis >_<
Selesai melaksanakan tugas dari ibunya dan Mbah Putri, Neyra segera naik kembali ke lantai dua untuk melanjutkan misinya. Dan kali ini, misinya nyaris saja berhasil, jika saja Simbah tidak meneriakinya lagi. Bahkan kali ini, tidak hanya meneriakinya saja, ditengah sedang berkonsentrasi mengambil kolor dengan menggunakan tongkat pramuka itu, Simbah menyiram kakinya dari bawah dengan segayung air. Neyra yang kaget, sontak melepaskan tongkat yang dipegangnya daaan.... sang kolorpun jatuh melayang ke tiang jemuran Mbah Putri dibawah.
Setelah berganti pakaian, Neyra pergi ke rumah Simbah dan Mbah Putri untuk mengambil kolornya dari tali jemuran Mbah Putri. Sesampainya dirumah Simbah dan Mbah Putri, suasana ruang makan yang harum dengan bau sayur sop kesukaannya menggoda Neyra. Ia terhenti dan membuka tudung saji. Ternyata, hari itu Mbah Putri tidak hanya memasak sayur sop tapi juga perkedel yang terlihat sangat lezat. Neyra pun tergoda untuk mencomot satu perkedel ketika tiba-tiba saja seseorang dengan suara yang asing baginya berteriak maling tepat dibelakang Neyra.
Neyra yang sangat kaget dengan teriakan itu, tidak sadar malah memasukan tangannya kedalam kuah sayur sop yang masih sangat panas itu. Saat Neyra berbalik, ia melihat sesosok lelaki seusianya namun menurut Neyra, lelaki itu hidup di abad yang salah karena penampilan jadulnya. Sejak kecil bahkan sejak Neyra lahir telah dianggap sebagai cucu sekaligus anak oleh Simbah dan Mbah Putri. Selama ini Neyra sudah terbiasa keluar, masuk dan bermain di rumah Simbah dan Mbah Putri. Selama ini pula, Neyra tidak pernah melihat dan bertemu dengan orang lain penghuni rumah itu selain Simbah dan Mbah Putri. Lalu, siapakah lelaki dengan rambut klimisnya itu?
Mbah Putri yang sedari tadi diluar, juga kaget dengan keributan didalam rumahnya. Ia justru tertawa-tawa ketika sambil cemberut, Neyra menjelaskan bahwa ia telah dituduh sebagai pencuri. Lalu Mbah Putri pun mengenalkan keduanya. Lelaki itu ternyata bernama Damar, ia saudara Simbah dari Sragen yang baru datang tadi siang. Betapa kaget dan semakin marahnya Neyra kepada Dama, ketika Neyra melihat kolor batik bermotif kawung kesayangannya itu dipakai oleh Damar.
Semakin hari, kekesalan Neyra terhadap Damar bukannya semakin berkurang, melainkan terus bertambah, karena menurutnya Damar itu menyebalkan dan kurang ajar telah merebut kolornya. Sementara ia tidak tahu bagaimana cara mengambil kembali kolornya. Ia juga sangat tidak menyukai penampilan jadulnya Damar yang menurut Neyra, hal itu sangat memalukan. Namun, sepertinya Neyra justru tidak bisa menghindar dari Damar, terlebih saat Simbah mendaftarkan Damar di sekolah yang sama dengan Neyra. Tidak hanya satu sekolah, bahkan keduanya satu kelas dan mendapat satu bangku.
Bagi Neyra, kolor bermotif batik kawung dengan warna yang sudah lusuh karena sudah terlalu sering cuci pakai itu, bukan hanya sebagai kolor batik kesayangan saja. Meskipun didapat dari sebuah peristiwa yang tidak mengenakan, menurutnya, celana kolornya itu memiliki petuah. Seingatnya, dari sejak pertama kali ia memakai kolor tersebut ia selalu terhindar dari nasib buruk. Oleh karena itulah, dari banyak celana kolor dengan beragam jenis kain, warna dan motif yang ia miliki, kolor batiknya yang satu ini sangat berarti karena selalu membawa keberuntungan bagi dirinya.
Bagaimanakah akhirnya sikap Neyra terhadap Damar yang baik, lugu dan santun itu? Akankah membaik? Berhasilkah Neyra mengambil kembali celana kolornya itu dari Damar? Tapi, apakah benar kalau celana kolor yang dipakai oleh Damar itu adalah celana kolor milik Neyra?
Kelebihan dan Kekurangan
Dari segi penampilan fisiknya, baik itu desain cover, kualitas kertas, maupun spasi, jenis dan ukuran hurufnya, menurut saya semuanya oke. Eh saya juga suka lho dengan motif batik seperti yang terlihat pada cover depan buku ini, tapi baru tahu sekarang dari buku ini, kalau nama motif tersebut adalah batik kawung. Sedangkan dari segi cerita, Gusti nu agung.... hampir disetiap halamannya buku ini sukses membuat saya tertawa, ahahaa.... Gak heran kalau buku ini mendapat juara 1 dalam Lomba Cerita Konyol tahun 2008 lalu. Sukses terus, mbak Netty.
Karakter pada setiap tokohnya pun, menurut saya sudah terbentuk dengan kuat. Alur cerita yang cepat dan segar dengan banyolan-banyolan antar tokoh yang sangat menghibur membuat buku ini sangat asyik dibaca. Tidak hanya itu, penulis juga menuliskan adegan dan menjelaskan suasana tempat dalam buku ini terasa cukup detail, sehingga saya merasa tidak sedang membaca buku tapi sedang menonton film. Contohnya saat Neyra menendang sesuatu dijalan saat pulang sekolah, sepatunya terlempar keatas sebuah mobil boks, mobil boksnya maju. Selanjutnya Neyra dan Damar mengejar mobil boks tersebut yang kemudian dikejar Simbah, Simbah dikejar tukang siomay, karena saat sebelum Simbah mengejar Damar dan Neyra, Simbah sedang membeli siomay didepan rumahnya. Sementara itu, si tukang siomay dikejar ibu-ibu kompleks yang semakin jauh berlari jumlah ibu-ibu itu semakin banyak. Yaps, ibu-ibu itu mengira bahwa telah ada maling kabur yang perlu dikejar dan dihajar. Hahaha.... seru, keren.
Setelah selesai membaca hingga halaman terakhirnya, selain sangat terhibur, saya juga mendapat tiga point penting yang bisa dipetik dari cerita di buku ini :
1. Ketika dua orang memutuskan untuk menikah, sudah selayak dan sepatasnya keduanya untuk saling menerima semua kekurangan dan kelebihan masing-masing tanpa pamrih.
2. Kita tidak bisa menilai seseorang dengan hanya melihat penampilan luarnya saja dari seseorang tersebut.
3. Tidaklah baik menganggap sesuatu memiliki petuah dan peran dalam menentukan nasib baik atau buruk diri kita. Karena sesungguhnya, Allah SWT lah yang menentukan nasib kita, Allah akan mengubah nasib ketika kita berusaha dan berdoa secara maksimal untuk mewujudkan keinginan kita.
Sayang, adanya beberapa typo menjadi kekurangan buku ini.
Kutipan-Kutipan Favorit
1. Kadang-kadang kitamemang ndak bisa membedakan orang yang bener-bener sedang kena musibah dan membutuhkan pertolongan, atau orang-yang sengaja memanfaatkan rasa simpati kita untuk berbuat. (halaman 29)
2. Tidak ada tempat untuk orang yang tidak menghargai waktu. (halaman 90)
3. Sekarang sudah bukan zamannya lagi perempuan cuma ngikut apa kata laki-laki. (halaman 94)
4. Biasanya kalau cewek galak samacowok tanpa alasan yang jelas, itu karena dua hal. Lagi jatuh cinta atau patah hati ditolak cintanya. (halaman 127)
5. Jatuh cinta itu nggak dilarang, asal kamu tetap bisa bagi waktu dan nggak lupa belajar. (halaman 132)
Rating Time!
Gimana gak saya kasih 5 dari 5 bintang untuk buku ini. Pertama saya mendapatkannya gratis, hihihi... dasar ya pecinta gratisan >_<, sebagai hadiah langsung dari penulisnya, mbak Netty Virgiantini di The Kolor of my Life - Giveaway!!!, plus tanda tangannya juga dan saat membacanya saya sangat terhibur.
Sekali lagi sukses terus ya, mbak Netty... Terima kasih untuk bukunya. Saya suka sekali moto hidupmu lho, Mbak ; "Ada gak ada, yang penting kita tertawa. Ada gak ada, yang penting kita gembira!!!". Terima kasih juga mbak Rizky Mirgawaty untuk giveawaynya :)
Review ini diikutsertakan dalam Tantangan Baca Ulas 2015 Season 2
0 Comments