Book Review
BOOK REVIEW : THE LIFE AND ADVENTURES OF ROBINSON CRUSOE BY DANIEL DEFOE
July 12, 2024"Fear of danger is ten thousand times more terrifying than danger itself"
Book Details
Judul: The Life and Adventures of Robinson Crusoe
Penulis: Daniel Defoe
Bahasa: Inggris
Jenis cover: Softcover
Jumlah halaman: 424
Ukuran buku: (18x11x3)cm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-062-106-7
Cetakan kedua, Juni 2023
Pesan buku ini disini:
Review
Robinson Crusoe. Bernama asli Robinson Kreutznaer. Pada awal kisah, diceritakan Crusoe adalah seorang pemuda berusia 18 tahun, berasal dari kota York, Inggris. Ia memiliki keinginan yang begitu besar untuk melihat dunia luar. Dilahirkan dari keluarga terpandang dan cukup mapan, Crusoe mendapatkan bekal pendidikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak-anak lain di lingkungan tempat tinggalnya saat itu. Ayahnya menginginkan Crusoe masuk sekolah hukum. Namun, Crusoe sendiri hanya tertarik untuk menjadi seorang pelaut. Keinginan yang begitu ditentang oleh kedua orang tuanya.
Melihat Crusoe bersikeras mengikuti kemauannya sendiri, sang ayah mengatakan ia hanya akan selalu mendoakan Crusoe, tapi ia tidak bertanggung jawab jika terjadi hal-hal buruk pada anak bungsunya itu. Ia juga mengingatkan jika Crusoe tidak menuruti nasehatnya, Tuhan pun tidak akan memberkatinya.
Ditengah keinginannya untuk menjadi pelaut, seorang teman menawarinya untuk ikut berlayar ke London. Dengan semangat dan tanpa berpikir panjang, Crusoe menerima tawaran tersebut. Ia pun meninggalkan orang tuanya yang tidak rela akan keberangkatannya. Pada bagian ini saya kesal banget sama Crusoe. Padahal ia sudah dilarang pergi oleh orang tuanya yang sangat menyayanginya. Orang tuanya, yang dengan banyak cara telah menasehati dan memberitahu Crusoe tentang bahaya berlayar dan kekahawatiran mereka jika ia tetap pergi. Orang tuanya, yang dengan tidak mudah telah merawat, mendidik, memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikannya selama ini. Orang tuanya, yang menyimpan harapan besar kepada Crusoe sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga itu. Tapi, ia tetap saja keras kepala dengan keinginannya sendiri. Sikap keras kepala dan ketidakpedulian Crusoe terhadap orang tua dan saudara-saudara kandungnya ini menjadi bagian yang tidak saya sukai dari buku ini.
***
Pertama kali berlayar, Crusoe menjumpai badai mengerikan. Ditengah badai ia berucap, jika ia selamat ia akan kembali ke York dan tidak akan berlayar lagi. Tapi, seiring berjalannya waktu dengan berulang kali selamat dari maut dan berkali-kali pula mengucapkan sumpah untuk mengakhiri petualangannya, hatinya tetap mencintai laut. Ia merasa berat untuk melepaskan kesenangannya dalam berlayar dan berpetualang.
Sepanjang petualangannya ia sempat menjadi tawanan bajak laut, dijadikan budak dan terlibat dalam perdagangan manusia. Hingga suatu hari, untuk kesekian kalinya, kapal yang ia tumpangi diterjang badai ganas yang kali ini mengakibatkan kapalnya terdampar di sebuah pulau kosong yang terpencil. Selain dirinya, tidak ada awak kapal yang selamat. Sebagian dari mereka meninggal di kapal karena hentakan yang dahsyat dan sebagiannya lagi mungkin terpental ke lautan dan meninggal tenggelam.
Saat Crusoe terdampar sendirian di pulau terpencil itu, pikirannya berjejolak. Ia marah kepada Tuhan.
"... why Providence should thus completely ruin His creatures, and render them so absolutely miserable; without help, abandoned, so entirely depressed, that it could hardly be rational to be thankful for such a life." (Halaman 89)
"... mengapa Tuhan mau menghancurkan ciptaannya dan membuatnya menderita. Tanpa bantuan, terabaikan, sepenuhnya tertekan, membuatku sulit berpikir secara rasional untuk berterima kasih karena kehidupan yang masih kumiliki"
***
Kisah bergulir tentang bagaimana Crusoe bertahan hidup dengan sedikit makanan, pakaian, dan perlengkapan yang bisa ia ambil dari kapal. Selanjutnya, dipaksa oleh keadaan karena semakin menipisnya persediaan makanan, ia mencoba untuk bertani, berburu dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada disekelilingnya.
Selama ia hidup sendirian di "The Island of Despair" ("Pulau Keputusasaan")—begitu Crusoe menamai pulau terpencil itu— terutama saat ia mengalami sakit dan tidak ada yang membantunya. Disaat-saat itu, ia kerap menyadari akan kebenaran dari setiap pesan, nasehat dan larangan dari kedua orang tuanya. Yang sebelumnya selalu ia anggap sepele, tak ingin ia dengar dan seringnya tak ia patuhi. Melalui banyak renungan dan penyesalan, ia juga "menemukan" kembali Tuhan-nya. Ia sadar Tuhan tidak pernah meninggalkannya, meskipun ia kerap mengabaikan-Nya.
Tahun-tahun terlewati. Dari pulau yang berbeda, datanglah sekelompok orang yang mengaku sedang melarikan diri dari bangsa kanibal yang selama ini telah menawan mereka. Melihat kemampuan Crusoe bertahan hidup sendirian di pulau itu dengan persediaan makanan yang cukup, ladang yang subur dan tempat berlindung yang aman, orang-orang liar itu menganggap Crusoe bukan orang sembarangan. Begitu pula Crusoe, saat mereka datang tanpa huru-hara, dengan yakin dan berani ia sepakat untuk membantu mereka terlepas dari orang-orang kanibal yang masih mengejar mereka. Bagian mengenai kanibalisme ini membuat saya terganggu dan hampir menyerah untuk menyelesaikan buku ini.
...
The Life and Adventures of Robinson Crusoe. Sampai 50-an halaman pertamanya, menurut saya buku ini cukup membosankan. Tapi, seiring bertambahnya halaman yang dibaca, ternyata saya jadi menyukai perkembangan karakter Crusoe. Ia memiliki semangat yang kuat untuk bisa mencapai keinginan yang sebelumnya sangat tidak mungkin untuk bisa ia capai. Ia hampir selalu memiliki pemikiran-pemikiran positif ditengah keadaannya yang sulit dan tidak adanya harapan untuk terbebas dari kesulitan itu. Seperti pada bab ke-4, dengan cerdas Crusoe "menetralkan" kesulitannya menjadi dua pemikiran, yakni pemikiran jahat (negatif) dan pemikiran baik (positif). Dimana pemikiran-pemikiran jahatnya ia bantah sendiri dengan pemikiran-pemikiran baiknya.
"... there was scarce any condition in the world so miserable but there was something negative or something positive to be thankful for in it ..." (Halaman 95)
"... sekalipun kehidupan di dunia ini begitu mengerikan, selalu ada sesuatu yang negatif maupun positif yang bisa disyukuri"
Pada bagian itu, Crusoe mengingatkan pembaca, saya khususnya, tentang cara bersyukur yang sederhana yaitu dengan berpikir positif. Yang seringnya, terutama dalam keadaan sulit, berpikir positif adalah hal yang sulit untuk dilakukan.
Setelah puluhan tahun, selain kedatangan orang-orang yang diburu oleh bangsa kanibal, "The Island of Despair" juga kedatangan para pemberontak. Mereka merebut kapal yang telah dibuat oleh Crusoe dan para pendatang untuk berlayar ke luar pulau. Hal yang paling mereka sesalkan adalah mereka telah memasukan sebagian besar persediaan makanan dan peralatan untuk kebutuhan berlayar ke dalam kapal sebelum para pemberontak itu datang.
Mampukah Crusoe dan orang-orangnya merebut kembali kapal mereka?
...
Menggunakan sudut pandang orang pertama dan garis waktu yang dicatat oleh Crusoe, membaca buku ini saya merasa benar-benar sedang membaca sebuah catatan pribadi perjalanan Crusoe di 3 abad yang lalu, yang khusus ia tuliskan untuk kita baca pada masa sekarang ini. Hal ini yang kemudian membuat saya betah membaca buku ini, selain perkembangan karakter Crusoe yang memang menarik untuk diikuti.
Dengan setting waktu tahun 1600an dan pertama kali diterbitkan pada 25 April 1719, uniknya, kisah petualangan Crusoe ini sarat akan pesan-pesan moral yang masih relevan pada saat ini. Dan tentu saja, kesan klasik pada buku ini terasa cukup kental pada beberapa bagiannya. Meskipun demikian, karena keseluruhan ceritanya dipaparkan dalam bentuk narasi yang sederhana dan garis waktu yang runut menjadikan buku ini enak dibaca. Tidak heran jika kisah petualangan Crusoe ini tidak lekang oleh waktu. Bahkan disebut sebagai salah satu kisah petualangan terbaik sepanjang masa.
Recommended bagi kalian yang menyukai cerita bergenre petualangan. Tapi, saya tidak merekomendasikan buku ini untuk dibaca anak-anak tanpa pengawasan dan penjelasan dari orang dewasa.
...
0 Comments