Astronomy
Meteorit Mengubah Atmosfer Bumi, Mars, dan Venus
October 01, 2012
Hantaman sejumlah meteor melalui atmosfer planet-planet seperti Bumi,
Mars, dan Venus dapat mengubah kondisi udara planet-planet tersebut,
dalam cara yang baru saja dimengerti oleh para peneliti.
Atmosfer
planet-planet kebanyakan tersusun dari elemen sederhana, bermassa
rendah dan terdiri atas karbon dioksida, oksigen dan nitrogen. Namun
ketika sebuah serpihan partikel atau meteor melewatinya, atmosfer
tersebut dapat menjadi lebih berat, dengan membakar elemen-elemen
seperti magnesium, silikon dan besi.
Menurut para ilmuwan
elemen-elemen tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap
sirkulasi dan perubahan angin di atmosfer. Paul Withers dari Universitas
Boston mengatakan, “Itu akan membuka sebuah hubungan baru dengan
berbagai senyawa kimia yang umumnya tidak ada di atmosfer.”
Mencemari lapisan terluar atmosfer
Bagian
terluar dari atmosfer planet-planet, ionosfer, mengandung berbagai
plasma, yang merupakan campuran atom-atom atau molekul positif dan
elektron yang bermuatan negatif. Ketika elemen-elemen sederhana seperti
oksigen bergerak ke bagian luar itu, mereka akan terpisah dengan mudah,
hilang dalam beberapa menit.
Namun meteor yang langsung
menghantam permukaan planet membawa logam berat yang dapat dihilangkan
melalui beberapa cara. Contohnya, seperti butiran debu, dapat terbakar
dengan cepat, melepaskan magnesium yang sudah terionisasi saat jatuh.
Atau, magnesium netral akan hancur menjadi bebatuan kecil, kemudian
mendapat sinar matahari atau melepas elektronnya menjadi partikel
lainnya. Elemen baru tersebut dapat hancur dalam satu hari penuh.
Meteor yang yang menghantam atmosfer disebut meteor atau bintang jatuh. Sedangkan yang jatuh sampai ke bumi di sebut meteorit.
“Saat
kami menambahkan ion logam ke ionosfer sebagai hasil dari masuknya
meteorit, kami berhasil menciptakan plasma di wilayah yang sebelumnya
tidak menghasilkan plasma,” kata Paul kepada SPACE.com.
Dalam
sebuah artikel terbaru untuk Eos, harian milik Persatuan Geofisikal
Amerika yang membahas mengenai bumi dan ilmu luar angkasa, Paul
mendiskusikan pertanyaan penting yang diajukan oleh sejumlah ilmuwan
mengenai bagian terluar dari atmosfer Mars dan Venus.
Persamaan yang mengejutkan, perbedaan yang aneh
Selama
dasawarsa terakhir, para ilmuwan telah mengumpulkan informasi yang
lebih banyak mengenai ionosfer dari Mars dan Venus. Meskipun orang
mungkin membayangkan tentang komposisi dan lokasi dari kedua planet
tersebut akan menciptakan interaksi ionosfer yang berbeda, sebenarnya
keduanya benar-benar sama, kata para ilmuwan.
“Jika Anda berdiri
di atas permukaan kedua planet itu, maka Anda akan merasakan perbedaan,”
kata Paul. “Namun di atas ketinggian 100 km, kondisinya benar-benar
sama.”
Tekanan, suhu, dan kandungan kimia pada ketinggian di
kedua planet itu sama. Demikian juga dengan banyaknya lapisan yang
mengandung partikel-partikel dari meteor.
“Kepadatan plasma pada ketiga planet rata-rata sama, hal yang mungkin tidak Anda bayangkan untuk pertama kalinya,” kata Paul.
Karena
matahari adalah pendorong utama untuk proses ionisasi, bisa diasumsikan
Venus memiliki lebih banyak partikel di suatu area tertentu
dibandingkan Mars, karena planet itu mengorbit dengan jarak dua kali
lebih dekat ke bintang kita. Namun, kedua planet itu memiliki kepadatan
yang sama, yang hanya berbeda 1/10 dengan bumi.
Di saat yang
sama, lapisan yang dipengaruhi oleh meteor di Bumi sangat kecil, mungkin
hanya selebar 2,6 km atau 3,2 km, sementara di Venus dan Mars bisa
mencapai 9,6 km sampai 12,9 km.
Menurut Paul, perbedaan tersebut
bisa terjadi akibat adanya medan magnet Bumi yang kuat, tidak seperti
pada kedua planet lainnya. Namun para ilmuwan masih belum yakin sejauh
mana peranan medan magnet tersebut.
Menemukan sumbernya
Untuk
mempelajari ionosfer, para ilmuwan dapat meluncurkan roket guna
melakukan pengukuran di area tersebut. Namun prosesnya bisa lebih rumit
untuk planet-planet lainnya.
Saat pesawat luar angkasa melakukan
perjalanan melalui sistem tata surya, sinyal radio yang dikirim kembali
ke bumi dapat ditujukan melalui ionosfer dari planet terdekat. Plasma
pada ionosfer dapat menyebabkan perubahan kecil pada sinyal radio namun
dapat terdeteksi, hal tersebut dapat membantu para ilmuwan untuk
mempelajari bagian teratas dari atmosfer.
Proses itu dikenal
sebagai proses penginderaan radio, yang tidak membutuhkan peralatan
tertentu, hanya peralatan radio yang telah digunakan untuk berkomunikasi
dengan para ilmuwan di bumi.
“Itu merupakan salah satu peralatan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan planet-planet,” kata Paul.
Karena itu sangat sederhana, prosesnya telah diterapkan pada setiap planet yang pernah dikunjungi oleh pesawat luar angkasa.
Baru
pada beberapa tahun terakhir ini, data mengenai Venus dan Mars telah
cukup untuk melakukan penelitian secara cermat pada bagian teratas dari
atmosfernya. Saat ini, belum ada simulasi angka yang dibuat untuk
menjelaskan beberapa perbedaan, namun Paul berharap hal itu akan berubah
dalam waktu dekat.
Simulasi-simulasi itu dapat membantu
menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari sejumlah pengamatan. Paul
juga berharap dalam waktu dekat, pemahaman mendalam mengenai ionosfer
akan dapat membantu para ilmuwan menentukan jenis “arkeologi atmosfer”
untuk Venus dan Mars.
Suatu hari, para ilmuwan akan dapat melacak
sejarah dari komet-komet di sistem tata surya dengan mengukur bagaimana
atmosfer planet-planet dipengaruhi oleh debu dan gas dari benda
tersebut. Namun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tersebut
mungkin dapat menjadi jalan pembuka, kata Paul.
Sumber :
Diterjemahkan dari :
0 Comments