Astronomy
Badai Meteor Camelopardalis Tidak Bisa Diamati di Indonesia
May 23, 2014
Assalamualaikum...
Seperti yang telah diinformasikan pada post sebelumnya, bahwa pada tanggal 24 Mei 2014 akan terjadi Badai Meteor Camelopardalis.
Badai Meteor Camelopardalis
Badai meteor Camelopardalis merupakan hujan meteor yang tergolong sebagai hujan meteor langka dan tidak biasa. Akan mencapai puncaknya pada hari Sabtu, 24 Mei 2014. Dengan jumlah rata-rata meteornya bisa mencapai 400 meteor/jam, bahkan ada potensi bisa lebih besar dan diprediksikan akan mencapai hingga ribuan meteor/jam, oleh karena itulah hujan meteor ini disebut sebagai badai meteor.
Observasi disarankan pada saat menjelang matahari terbenam hingga fajar. Pada saat puncaknya itu, Bulan sudah jauh melewati fase purnamanya dan kini sedang menyandang status Bulan tua menuju ke konjungsi Bulan-Matahari yang baru berikutnya. Sehingga gangguan akibat cahaya Bulan di sekitar fase purnamanya dapat ditepis. Namun bila faktor fajar/senja kelautan dan ketinggian radian yang besar diperhitungkan, maka sejatinya hanya kawasan Amerika bagian utara saja yang berpotensi besar menyaksikan hujan meteor ini. Sementara bagian dunia lainnya tidak seberuntung itu.
Adapun sumber meteor-meteor pada badai Meteor Camelopardalis seakan-akan berasal atau terletak dalam rasi (konstelasi bintang) Camelopardalis (Jerapah)
Rasi Camelopardalis di arah langit sebelah utara Screenshot Sterllarium, dengan pengaturan : 24 Mei 2014, jam 13:00 WIB |
Meteor-meteor pada badai meteor Camelopardalis berasal dari remah-remah komet redup yaitu komet 209 P/LINEAR. Komet 209 P/LINEAR baru ditemukan umat manusia dalam kurun satu dasawarsa terakhir, pertama kali terlihat pada 3 Februari 2004 silam oleh sistem LINEAR (Lincoln Near-Earth Asteroid Research). Namun diduga telah melanglang buana dalam lingkungan tata surya di antara orbit Bumi hingga Jupiter sepanjang ratusan hingga ribuan tahun terakhir.
Badai Meteor Camelopardalis Tidak Bisa Diamati di Indonesia
Seperti yang tertulis diatas, badai meteor ini muncul di titik radian (titik di mana seolah meteor muncul di langit) rasi bintang Camelopardalis. Dimana rasi bintang tersebut jika dilihat dari Indonesia berada di cakrawala Utara, sehingga sulit diamati di Indonesia.
Selain itu puncak badai meteor (ketika remah-remah komet 209 P/LINEAR memasuki atmosfer Bumi) terjadi saat seluruh wilayah Indonesia masih siang hari yakni pukul 13:00 WIB s/d 15:00 WIB.
Dengan demikian Badai Meteor Camelopardalis Tidak Bisa Diamati di Indonesia karena terjadi saat kawasan Indonesia masih siang hari sehingga cahaya meteor kalah oleh cahaya Matahari yang sangat terang.
Berikut peta pengamatan badai meteor Camelopardalis, dimana kawasan Indonesia masuk ke dalam wilayah yang tidak bisa mengamati badai meteor.
Memang cukup mengecewakan, apa lagi badai meteor ini tidak akan terjadi lagi tahun depan, dengan kata lain hanya sekali seumur hidup.
Namun, meskipun kecil masih ada secuil harapan kemungkinan untuk mengamati hujan meteor Camelopardalids dari Indonesia. Salah satunya dengan mengandalkan adanya kemungkinan meteor-terang (fireball) dalam hujan meteor ini. Karena menurut beberapa laporan hingga 2 minggu menjelang puncak hujan meteor Camelopardalis, telah terdeteksi sejumlah meteor-terang yang berasal dari radian ini dan dipastikan merupakan bagian dari hujan meteor Camelopardalids. Beberapa meteor-terangnya bahkan cukup terang, melebihi benderangnya Venus, sehingga berkemungkinan terlihat di siang hari. Inilah salah satu kesempatan untuk menyaksikan hujan meteor yang tak biasa tersebut.
Wishing you clear Sky.!!!
Wassalamualaikum... Wr.Wb
Referensi :
Ekliptika, Forum Astronom Amatir Indonesia
6 Comments