Book Review
Review Buku - The Fault in Our Star by John Green
November 23, 2014
Assalamualaikum...
Novel ini berjudul The Fault in Our Star. Dan sebenarnya, saya udah baca novel ini sekitaran tahun 2013 yang lalu. Baca ebooknya, tapi gak sampai selesai. Kenapa? Karena menurut aku, ahh... ceritanya pasaran. Biasa banget. Tentang seorang remaja perempuan, penyakitan a.k.a cerita yang menjual kesedihan dan kalau gitu, biasanya yaaa..... berujung dengan kesedihan, uraian air mata, perpisahan dan kematian. Saya gak suka aja cerita-cerita yang berkisah seperti itu. Hehe... Jadinya skip aja deh, masih banyak juga buku lainnya yang sepertinya bakalan lebih asyik buat dibaca.
Sampai akhirnya, bulan Agustus kemarin... kok inget banget ya? Iya dong, soalnya kalau beli buku, di bukunya itu aku biasanya tuliskan juga tanggal pembeliannya, hihihi... Nah waktu itu aku gak sengaja dapat novel The Fault in Our Star ini dari sebuah toko buku online. Iya gak sengaja, karena buku ini menjadi bonus buat saya dari toko buku tersebut. Tanpa saya tahu buku bonusnya itu buku apa. Kiriman buku pun sampai, dan akhirnya aku tahu, oh buku bonusnya, The Fault in Our Star. Oh novel ini udah ada terjemahan bahasa Indonesianya... oh udah dibikin film juga...
Meskipun saya gak suka dengan tema ceritanya, tapi sayang aja kalau harus membiarkan sebuah buku begitu saja tanpa dibaca. Tidak seperti ketika membaca ebooknya, saat itu saya baca novel The Fault in Our Star ini sampai selesai...
Buat yang belum membaca novel ini, mau tahu ceritanya seperti apa? Baca tulisan ini sampai selesai yaaa, aku kasih bocoran dikit ^_^
Judul : The Fault in Our Stars
Penulis : John Green
Penerjemah : Ingrid Dwijani Nimpoeno
Penerbit : Qanita
Terbit : April 2014 (Edisi cover Film, Cetakan ke-2)
Tebal Buku : 424 hlm.
ISBN : 978-6021-6373-95
Jenis Cover : Soft Cover
Ukuran Buku : 135x200 mm
Berat Buku : 300 gram
Harga : Rp. 49.000,-
Meski keajaiban medis mampu mengecilkan tumornya dan membuat Hazel bertahan hidup beberapa tahun lagi, Hazel Grace tetap putus asa. Hazel merasa tak ada gunanya lagi hidup di dunia. Namun, ketika nasib mempertemukannya dengan Augustus Waters di Grup Pendukung Anak-Anak Penderita Kanker, hidup Hazel berubah 180 derajat.
Hazel Grace, yang bernama lengkap Hazel Grace Lancaster, berusia 16 tahun. Dia didiagnosis mengidap penyakit kanker tiroid Stadium IV ketika berusia tiga belas tahun. Sedangkan Augustus Waters, usianya tujuh belas tahun. Ia mengidap osteosarkoma satu setengah tahun yang lalu.
Ketika Hazel didiagnosa menderita kanker, dia merasa sangat sedih, terpuruk, putus asa, tidak bersemangat, merasa sia-sia dan juga merasa bahwa hanya dirinya lah yang bernasib paling sial di dunia ini, ditambah ketika orangtuanya mulai memaksa dirinya untuk ikut bergabung dalam Grup Pendukung Anak-Anak Penderita Kanker. Hazel sudah membayangkan, tidak akan ada yang menyenangkan bergabung dengan kelompok tersebut, dia hanya akan merasa jenuh dengan segala cerita sedih dan keluh kesah para penderita kanker lainnya.
Dan setelah bergabung dengan Grup Pendukung Anak-Anak Penderita Kanker tersebut, apa yang Hazel lihat dan rasakan, ternyata sama sekali tidak seperti yang Hazel bayangkan sebelumnya. Singkat cerita, di kelompok itu dia bertemu dengan Augustus Waters yang juga tengah mengisi sisa-sisa hidupnya, sebagaimana Hazel. Pada diri Gus, begitu panggilan Augustus Waters, Hazel melihat ada sesuatu yang berbeda, meskipun dia tahu persis bahwa dia dan Gus sama-sama sakit. Selalu bersemangat dan tidak menyerah kepada penyakitnya, Itulah Gus.
Perjuangan Gus dan Hazel, yang sama-sama tidak sempurna karena penyakit yang mereka idap, namun kisah keduanya tidak hanya berkeluh kesah tentang rasa sakit yang mereka alami. Diceritakan juga tentang keinginan Hazel yang mempunyai keinginan bertemu dengan penulis buku kesukaanya, yaitu buku yang berjudul Kemalangan Luar Biasa yang saking sukanya, Hazel telah membacanya hingga berulang kali. Dan Gus, berusaha mewujudkan keinginan Hazel tersebut. Berhasil? Berhasil... Akhirnya Hazel bisa bertemu dengan Peter Van Houten, penulis favoritnya. Namun sesuatu terjadi hingga akhirnya Hazel merasa sangat kecewa dengan pertemuan itu.
Dan meski hanya sesaat saja, kisah cinta Gus dan Hazel sangat manis dan menyentuh. Keduanya saling melengkapi. Mengapa, mengapa, dan mengapa...??? itu yang terlintas dalam pikiran saya, karena saya yakin, di luar cerita fiksi seperti ini, pada kehidupan nyata... ada banyak juga pasangan yang saling mencintai dengan tulus tapi pada akhirnya harus berpisah karena "sesuatu" hal. Sungguh tidak adil, bukan... tapi inilah hidup :)
Meskipun buku ini bercerita tentang kesedihan dan penderitaan orang-orang yang menderita kanker tapi, buku ini juga menyajikan humor-humor cerdas didalamnya. Penasaran...? silahkan baca bukunya atau tonton filmnya yaa, dan endingnya, silahkan temukan sendiri.
Ada banyak kalimat yang kemudian menjadi kalimat favorit saya dari buku ini, diantaranya :
- Kau bukan anak kecil lagi. kau perlu berteman, keluar rumah, dan bersenang-senang. (halaman 14)
- Aku takut dilupakan untuk selamanya. (halaman 21)
- Akan tiba saatnya. Ketika kita semua mati. Kita semua. Akan tiba saatnya ketika tidak ada lagi umat manusia yang tersisa untuk mengingat bahwa manusia pernah ada atau spesies kita pernah melakukan sesuatu. (halaman 22)
- Keistimewaan Kanker adalah hal-hal kecil yang didapat oleh anak-anak penderita kanker dan tidak didapat oleh anak-anak biasa (halaman 36)
- Terkadang orang tidak memahami janji yang mereka ucapkan ketika mereka sedang menggucapkannya (halaman 86)
- Aku granat. Aku hanya ingin menghindari orang, membaca buku, berpikir, dan berada bersama kalian, karena tidak ada yang bisa kulakukan untuk melukai kalian; kalian sudah terlalu kebal, jadi biarkan saja aku melakukan semua itu, oke? Aku tidak depresi. Aku tidak perlu lebih sering pergi ke luar. Dan, aku tidak bisa menjadi remaja biasa karena aku granat (halaman 136)
- Orang-orang bicara mengenai keberanian pasien kanker, dan aku tidak mengingkari keberanian itu. (halaman 144)
- Sadarlah bahwa berupaya menjaga jarak dariku tidak akan mengurangi kasih sayangku terhadapmu (halaman 167)
- Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tidak mau mengingkari diriku sendiri dari kenikmatan sederhana berkata jujur. Aku jatuh cinta kepadamu, dan aku tahu bahwa cinta hanyalah teriakan ke dalam kekosongan, dan pelupaan abadi tak terhindarkan, dan kita semua sudah ditakdirkan, dan akan ada hari ketika semua upaya kita kembali menjadi debu, dan aku tahu matahari akan menelan satu-satunya bumi yang kita miliki, dan aku jatuh cinta kepadamu. (halaman 207 - 208)
- Sebagian besar hidupku telah kuhabiskan dengan berupaya tidak menangis di hadapan orang yang mencintaiku. (halaman 286)
- Kankerku adalah aku. Tumor-tumor itu adalah bagian dari diriku. Mereka adalah bagian dai diriku, sama seperti otak dan jantungku adalah bagian dari diriku. (halaman 291)
- Kau memilikiku, keluargamu dan dunia ini (halaman 323)
- Bahkan kanker pun sesungguhnya bukan orang jahat. Kanker hanya ingin hidup. (halaman 330)
- Setiap hari aku bersyukur kepada Tuhan atas kehadiranmu, Nak. (halaman 338)
- Tanpa penderitaan, kita tidak bisa mengenal kebahagiaan. (halaman 365)
- Dibandingkan dengan semua orang lainnya, kaulah yang paling tahu bahwa hidup dengan rasa sakit bukannya mustahil (halaman 402)
Seperti yang saya tulis diawal-awal tulisan ini, awalnya saya tidak begitu suka buku ini. Tapi akhirnya... Ya, saya menyukai buku ini. Terakhir, point penting yang bisa dipetik dari kisah Hazel dan Gus ini adalah tentang pentingnya mensyukuri setiap nikmat dari Allah SWT, terutama nikmat sehat.... tapi ingat, jangan pernah coba-coba merendahkan dan menganggap remeh mereka, orang-orang yang ber"label" sakit :)
Berapa bintang yaa, buat buku ini.... 4 dari 5 bintang deh and Recommended!!!
Wassalamualaikum... Wr. Wb.
6 Comments