Kontroversi tentang Makhluk Luar Angkasa.
May 15, 2012
Berbicara
mengenai kehidupan diluar bumi, kita akan menyinggung mengenai
eksistensi makhluk luar angkasa yang akan membawa kita pada kontroversi
berkepanjangan yang sampai hari ditulisnya catatan ini pun perdebatan
dikalangan ilmuwan dan juga agamawan terus berlanjut.
Tidak ada kata
sepakat mengenainya.
Ada yang
mengkaitkan mereka dengan makhluk jenis Jin, ada juga yang berpendapat
bahwa mereka benar-benar ada dan berupa makhluk tersendiri terpisah dari
jenis manusia dan jin, ada juga yang mengingkari keberadaannya dan
menganggapnya sekedar berita bohong, isapan jempol dan imajinasi belaka.
Padahal
seperti yang telah diungkapkan oleh Syaikh Muhammad al-Ghazali dalam
bukunya (Syaikh Muhammad al-Ghazali, Studi Kritis Atas Hadis Nabi Saw,
antara pemahaman tekstual dan kontekstual, dengan pengantar Dr. M.
Quraish Shihab, terj. Muhammad al-Baqir, Penerbit Mizan, Bandung, 1993,
hal. 126) , bahwa bumi yang kita diami ini tidaklah lebih dari sebutir
debu dialam semesta yang amat besar dan megah dan penuh dengan kehidupan
dan makhluk hidup.
Kita akan menjadi orang dungu apabila mengira hanya
kita sajalah makhluk hidup dalam wujud semesta yang maha luas ini.
Allah
telah menciptakan begitu banyak galaksi, mungkinkah hanya satu planet
saja yang berisi kehidupan ?
Alam ini
bagi al-Ghazali sudah penuh sesak dengan makhluk hidup yang diciptakan
oleh Allah yang merujuk pada wujud-Nya dan bersaksi tentang
kebesaran-Nya.
Senada dengan pernyataan ini, penulis Indonesia
kontroversial ditahun 80-an asal Sumatera Barat bernama Nazwar Syamsu
berpendapat bahwa banyaknya laporan masyarakat bumi terhadap penampakan
UFO atau piring terbang harus menjadi alasan positip yang mengkuatkan
adanya kehidupan manusia bermasyarakat diplanet lain seperti halnya yang
ada diplanet kita ini (Nazwar Syamsu, Tauhid & Logika, al-Qur’an
tentang al-Insan, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 73).
Namun
berbeda dengan keduanya, Muhammad Isa Dawud (Muhammad Isa Dawud, Dajjal
akan muncul dari segitiga Bermuda, terj. Drs. Tarmana Ahmad Qosim,
Pustaka Hidayah, Bandung, 1996) dengan semua uraiannya yang panjang
lebar didalam bukunya menyatakan bahwa semua misteri seputar keberadaan
piring terbang ataupun makhluk luar angkasa tidak lain hanyalah
perbuatan dan tipu daya Iblis bersama Dajjal yang memiliki markas besar
disegitiga Bermuda .
Terlepas
dari perbedaan pendapat yang ada diatas tadi, maka bagaimanapun logika
mereka tidak ada yang menyimpang dari apa yang disampaikan oleh Allah
dan Rasul-Nya didalam kitab suci al-Qur’an maupun al-Hadis.
Mereka ini
pada hakekatnya berbeda dalam cara penafsiran ayat dan hadis sesuai
dengan cara maupun sudut pandang masing-masing. Tetapi satu hal yang
pasti bahwa semua dalil yang mereka pergunakan sangat patut untuk
dijadikan perhatian bagi kita semua, terutama untuk yang tertarik dalam
kajian ini.
Cerita
mengenai keberadaan dari piring terbang dan manusia-manusia dari luar
angkasa sendiri sebenarnya sudah dikenal jauh sebelum teknologi modern
manusia dicapai, misalnya dongeng-dongeng mengenai kerajaan Atlantis
atau juga kisah mengenai kepahlawanan Hercules yang akhirnya kembali
kelangit bersama ayahnya Zeus setelah menyelesaikan tugas dibumi tidak
bisa dianggap hanya sekedar cerita pengantar tidur bangsa Yunani kuno
bahkan cerita keperkasaan Gatot Kaca dalam wayang purwa yang memiliki
baju terbang bernama “Kotang Antakusuma” dan helm “Basunanda” lengkap
dengan sepatu pelindung “pada kacarma” juga menjadi suatu teori
tersendiri oleh sejumlah peneliti masalah piring terbang.
Lalu bagaimana sebenarnya pendapat al-Qur’an sendiri mengenai hal-hal yang masih merupakan misteri besar ini ?
Kitab suci
al-Qur’an memang tidak bercerita secara jelas (didalam ayat-ayat
Muhkamatnya) kepada kita mengenai keberadaan makhluk hidup diluar
manusia berikut planet dimana mereka tinggal. Tetapi hal ini tidak
berarti bahwa secara simbolik (melalui ayat-ayat Mutasyabihatnya)
al-Qur’an juga menolak keabsahan teori-teori tersebut, sebab sebaliknya
justru al-Qur’an menggambarkan kekuasaan Tuhan disemua alam semesta yang
melingkupi seluruh makhluk hidup yang ada dan tersebar disemua penjuru
galaksi.
Dan diantara ayat-ayat-Nya adalah menciptakan langit dan bumi ; dan Dabbah yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. (Qs. 42 Asy-Syura :29)
Dan Allah telah menciptakan Dabbah dari almaa’; diantara mereka ada yang berjalan diatas perutnya dan ada juga yang berjalan dengan dua kaki dan sebagiannya lagi berjalan atas empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, karena sesungguhnya Allah berkuasa atas tiap-tiap sesuatu. (Qs. 24 An-Nur :45)
Melalui
surah asy-syura ayat 29 diatas kita memperoleh gambaran dari al-Qur’an
bahwa Allah telah menyebarkan dabbah ( دَابَّةٍ ) disemua langit dan
bumi yang telah diciptakan-Nya.
Pengertian dari istilah Dabbah dengan
kata-kata sama (دَابَّةٍ) ini bisa kita lihat pada surah an-Nur ayat 45,
yaitu makhluk hidup yang memiliki cara berjalan berbeda-beda, ada yang
merayap seperti hewan melata ada yang berjalan dengan dua kaki
sebagaimana halnya dengan manusia dan ada pula yang berjalan dengan
empat kaki seperti kuda, anjing, kucing dan seterusnya sehingga merujuk
istilah Dabbah yang ada dilangit dengan makhluk berjenis Jin atau
Malaikat saja dan mengabaikan kemungkinan adanya makhluk jenis lain
berarti bertentangan dengan maksud kitab suci sendiri.
Dan hanya kepada Allah saja bersujud semua yang ada dilangit dan dibumi, mulai dari Dabbah hingga para malaikat; sementara para malaikat itu tidak pernah berbuat angkuh. Qs. 16 an-Nahl : 49
Sementara
itu Allah menyatakan mengenai aneka ragam jenis dan sifat Dabbah itu,
sebagaimana pada surah 8:22 bahwa Dabbah yang jahat ialah orang-orang
yang tidak memikirkan hidupnya, dan pada surah 8:55 dinyatakan pula
sebagai Dabbah yang kafir menurut hukum Islam.
Istilah
دَابَّةٍ pada surah 42 ayat 29 yang berpadanan dengan surah 24 ayat 45
jelas tidak merujuk pada malaikat, sebab malaikat tidak berjalan dengan
dua kaki tetapi terbang dengan sayapnya seperti disitir dalam surah
Fathir ayat 1.
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌSegala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam surah
65/12 istilah Samawaat bisa kita terjemahkan pula sebagai planet-planet
yang bersamaan wujud dan rupanya dengan bumi kita ini. Dalam
ayat-ayatnya yang lain secara tersirat, Al-Qur’an juga mempertegas
dengan mengatakan bahwa dibumi-bumi lainnya itu ada tumbuhan, bebatuan
dan lain sebagainya.
Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasannya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. 65:12)
“Hai anakku, sekiranya ada seberat biji sawi yang berada dalam batu karang yang besar atau di planet ataupun didalam bumi ini, Allah akan menunjukkannya. Sungguh, Allah itu Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (QS. 31:16)
Tidakkah kamu perhatikan bahwa Allah telah mengedarkan untukmu apa yang diplanet dan apa yang di bumi serta menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin ? Dan di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (QS. 31:20)
Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap selain Allah ! Tidaklah mereka memiliki seberat zarrahpun diplanet dan tidak pula di bumi ini, karena mereka tidak bersekutu pada keduanya dan tiada mereka sebagai pembantu bagiNya”. (QS. 34:22)
Adanya
kehidupan dipermukaan planet-planet pada bahagian langit yang lainnya
sebagaimana maksud ayat-ayat suci yang telah kita kutipkan diatas,
dapatlah dijadikan anak kunci bagi membuka lembaran baru tentang
Astronomi yang dalam teori sarjana-sarjana barat selama ini terkandung
keraguan dan kontradiksi yang tidak terpecahkan.
Adanya UFO
/Unidentifiet Flying Objects yang pesawatnya berbentuk piring terbang,
ribuan kali telah terlihat nyata diangkasa bumi, begitupun
pendapat-pendapat yang sering kita dengar bahwa pesawat itu dikendalikan
dan diawaki oleh manusia cerdas dari planet lain /ETI = Extra
Terrestrial Intelligence Being/ menjadi alasan positif yang menguatkan
pendapat adanya kehidupan manusia dan juga makhluk-makhluk hidup lainnya
yang bermasyarakat sebagaimana yang berlaku dibumi.
Ilustrasi UFO/Piring Terbang |
Karena itu
tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada mereka yang menolak keberadaan
makhluk hidup diluar jenis manusia dan jin sekaligus menyatakan bahwa
hanya diplanet bumi ini sajalah makhluk hidup ciptaan Allah, menurut
pendapat penulis pribadi, maka dijaman yang serba modern dan canggih ini
apalagi didukung oleh ayat-ayat al-Qur’an sendiri tidaklah bisa
dibenarkan. Adalah mustahil kebohongan dilakukan oleh hampir separuh
penghuni bumi ini dalam waktu yang berbeda dan bahkan dipisahkan oleh
kurun masa berabad-abad dari sekarang.
Su’ud
Muliadi ( Su’ud Muliadi, Sm Hk, Mahluk Angkasa Luar dan al-Qur’an,
Penerbit PT. Garoeda Boeana Indah, Pasuruan, 1993, hal. 17. ) misalnya
menyatakan dalam bukunya itu bahwa laporan paling tua mengenai pesawat
dari luar angkasa yang mendarat dibumi ini berasal dari abad ke-15
sebelum Masehi, yaitu pada sebuah tulisan Mesir kuno (papirus) yang
merupakan bagian dari buku harian Raja Thutmosis III (1504-1450 SM) yang
merupakan raja Mesir terbesar dimasa lalu dengan daerah kekuasaannya
sampai kesungai Euphrat dan Sudan.
Laporan itu
terjadi pada salah satu ekspedisi penaklukkan yang dipimpinnya langsung,
dimana dalam perjalanannya Thutmosis III melihat adanya sebuah
lingkaran api muncul diangkasa dengan panjang sekitar 1 rod atau ± 5
meter tanpa mengeluarkan suara dan perlahan bertambah tinggi naik
keangkasa menuju keselatan dan menghilang dikegelapan malam.
Seterusnya
beberapa penemuan Arkeologi kerajaan Romawi kuno juga menunjukkan bahwa
penampakan dari piring terbang juga pernah terjadi dimasa lalu.
Salah
satu penemuan itu berupa mata uang logam Romawi kuno yang berukiran
gambar bintang dan sebuah bola dengan antena mirip satelit yang ada
dijaman kita modern ini. Pendapat awal yang memperkirakan bahwa bola
berantena ini merupakan ukiran matahari akhirnya kandas setelah
penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan adanya kenyataan empat sinar
cahaya dari bola itu dipancarkan dengan cara yang berlainan terhadap
cahaya dari matahari.
Apalagi pada mata uang logam tersebut terdapat
kata-kata Providentia Deorum yang memuliakan para dewa dan terdapat
seorang wanita dalam wujud Providentia muncul dari cahaya yang bersinar
tersebut .
Selanjutnya
berturut-turut Yves Naud dalam bukunya berjudul Peninggalan Masa Lampau
yang misterius dan UFO, dan Erich Von Daniken dengan bukunya Adakah
makhluk lain dari angkasa luar (Kedua buku ini bisa didownload langsung
melalui Internet dari website Beta-UFO dengan alamat
http://www.betaufo.com/ dalam format file PDF) memberikan kehadapan
kita banyak sekali data-data yang memastikan mengenai apa yang telah
disampaikan oleh ayat-ayat al-Qur’an tadi.
Bahkan menurut Yves Naud
berdasarkan penelitiannya yang panjang, teknologi yang pernah dicapai
oleh nenek moyang manusia jaman dahulu kala jauh melebihi apa yang sudah
dicapai oleh manusia modern sekarang ini.
Hal ini dibuktikannya dengan keberadaan Peta Piri Reis
yang merupakan suatu peta dengan rancangan ilmu geografis sangat akurat
Konon pada awal abad ke delapan belas, di istana Topkapi Turki,
ditemukan peta-peta kuno. Peta itu adalah milik seorang perwira tinggi
Angkatan Laut Turki Laksamana Piri Reis.
Dua buah atlas yang disimpan di
perpustakaan negara di Berlin yang memuat gambar yang tepat dari laut
Tengah dan daerah sekitar laut Mati, juga berasal dari Laksamana Piri
Reis ini. Semua peta ini telah diserahkan kepada Arlington H. Mallerey
seorang Kartograf Amerika untuk diteliti.
Peta Piri Reis |
Mallerey
memperkuat fakta yang luar biasa bahwa semua data geografi terdapat pada
peta-peta itu, tetapi tidak digambar pada tempat yang semestinya.
Ia
minta bantuan dari Walters seorang kartograf dari Biro Hidrografi
Angkatan Laut Amerika Serikat. Mallerey dan Walters bersama-sama
menyusun suatu skala dan mentransformasikan peta itu menjadi bola dunia.
Mereka membuat penemuan yang menggemparkan.
Petanya
memang cermat, bukan hanya mengenai Laut Tengah dan Laut Mati saja
melainkan pantai-pantai Amerika Utara dan Selatan bahkan garis-garis
tinggi Permukaan Samudra Antartika pun dilukiskan dengan persis sekali
pada peta Piri Reis itu.
Peta itu bukan hanya memproduksikan garis
besarnya benua-benua melainkan juga topografi dari daerah-daerah
pedalaman. Pegunungan, puncak gunung, pulau, sungai dan dataran tinggi;
semuanya digambarkan de ngan ketepatan yang luar biasa.
Dalam tahun
1957, peta-peta itu diserahkan kepada Jesnit Lineham, yang menjabat
direktur dari Weston Observatory merangkap juru potret pada Angkatan
Laut Amerika Serikat. Setelah memeriksanya dengan cermat, Lineham pun
hanya dapat memperkuat ketepatannya yang fantastis itu bahkan sampai
mengenai daerah daerah yang di masa sekarang jarang sekali dipelajari.
Yang paling menonjol ialah bahwa pegunungan di Antartika yang baru
ditemukan pada tahun 1952, dalam peta Reis telah terdapat.
Pegunungan
itu telah tertutup oleh es beratus-ratus tahun lamanya. Peta kita
sekarang dibuat berdasarkan hasil pemetaan dengan menggunakan alat-alat
gema suara.
Penyelidikan
terakhir yang dilakukan oleh Profesor Charles. H. Hapgood dan ahli
matematika Richard W. Strachan telah memberikan informasi yang lebih
mengherankan lagi.
Setelah diadakan perbandingan dengan hasil pemotretan
bulatan dunia kita yang di lakukan secara modern dari satelit,
perbandingan itu menunjukkan bahwa peta aslinya dari Piri Reis itu pasti
telah dibuat berdasarkan hasil pemotretan dari udara dengan ketinggian
yang jauh sekali.
Sebuah kapal
ruang angkasa terbang diam di atas Kairo dan membidikkan kameranya
lurus ke bawah, setelah filmnya dicuci maka akan terdapat gambaran ini;
segala sesuatu yang ada dalam radius kira-kira 5.000 mil dari Kairo akan
direproduksikan secara tepat, karena semuanya ada di bawah lensa.
Tetapi negara-negara dan benua-benua di luar radius itu akan berubah
reproduksinya dari keadaan sebenarnya.
Semakin jauh pandangan kita dari
titik pusat gambar, semakin banyak penyimpangan atau perubahan
gambarnya.
Mengapa?
Karena bumi ini berbentuk bulatan,
benua-benua yang jauh dari titik pusat seolah tenggelam ke bawah.
Negara
Amerika Selatan misalnya, tampaknya berubah dengan janggal sekali pada
ukuran memanjangnya, persis seperti perubahan pada peta Piri Reis ! Dan
juga persis seperti hasil-hasil pemotretan yang dilakukan satelit buatan
dari Amerika.
Bagaimana
kita bisa menjelaskan hal demikian itu, bagaimana mungkin nenek moyang
kita mampu membuat peta seakurat ini dengan pengetahuan mereka yang
konon menurut buku-buku sejarah masih dalam taraf hidup didalam gua dan
mengembara (nomaden)?
Tidakkah teori yang menyatakan bahwa nenek moyang
manusia sebenarnya pernah mencapai kemajuan dibidang ilmu dan teknologi
canggih sebelum akhirnya melalui sebuah banjir besar telah melemparkan
manusia kembali kejaman batu, bisa diterima?
Bisakah ajaran Islam yang
diklaim sebagai ajaran Tuhan semesta alam menjawab semuanya ?
Dan orang-orang yang hidup sebelum mereka sekarang ini telah pernah mendustakan Kami, padahal mereka yang ada sekarang ini belum sampai pada sepersepuluh yang pernah Kami berikan kepada mereka dahulu kala. Qs. 34 Saba’ : 45
Beberapa
penafsir kitab suci ada yang merujuk maksud dari orang-orang yang hidup
sebelumnya pada ayat tersebut sebagai orang-orang kafir Mekkah yang
sudah meninggal sebelum kenabian Muhammad, akan tetapi adalah sah-sah
saja bila kita menafsirkannya dengan makna yang lebih luas dari itu dan
menghubungkan ayat ini dengan teori yang sudah kita bahas sebelumnya.
Apalagi dalam catatan kakinya yang menjelaskan ayat ini, Departemen
Agama Republik Indonesia menulis maksud dari sepersepuluh yang kami
berikan kepada orang-orang sebelumnya itu adalah pemberian Allah seputar
kepandaian ilmu pengetahuan, umur panjang, kekuatan jasmani, kekayaan
harta benda dan sebagainya (al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama
Republik Indonesia, Jakarta, Penerbit Gema Risalah Press Bandung, Edisi
refisi tahun 1989, Catatan Kaki no 1244, hal. 691).
Al-Qur’an harus dipahami secara universal
dan aktual, sehingga kemonotonan penafsiran yang ada pada tafsir Qur’an
tradisional tidak membuat kitab suci ini sebagai sesuatu yang hanya
menjadi pajangan dimasjid ataupun bacaan saat menjelang sholat Jum’at.
Kita harus melanjutkan misi aktualisasi kitab suci yang sudah dirintis
oleh Syaikh Muhammad Abduh dan muridnya Rasyid Ridha diawal abad 20.
Bangsa
Indonesia sendiri memiliki banyak cendikiawan muslim modern yang telah
mencoba memberikan tafsiran baru ayat-ayat al-Qur’an.
Sebut saja
misalnya nama-nama seperti
Dr. Ir. Hidajat Nataatmadja melalui bukunya
versi baru Ihya Ulumiddin (Dr. Ir. Hidajat Nataatmadja, Karsa Menegakkan
jiwa agama dalam dunia ilmiah, versi baru Ihya Ulumiddin, Penerbit
Iqra, Bandung, 1982) atau
Nurcholish Madjid dalam Khazanah Intelektual
Islam (Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam, Penerbit Bulan
Bintang, Jakarta, 1984) serta
Nazwar Syamsu yang terkenal dengan
bukunya Tauhid dan Logika (Nazwar Syamsu, Tauhid dan Logika, al-Qur’an
dasar tanya jawab Ilmiah, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1980).
Dengan
begitu, maka kita bisa mendapatkan kitab suci al-Qur’an benar-benar
sebagai kitab petunjuk yang bermanfaat bagi manusia didalam mempelajari
ilmu dunia maupun ilmu akhirat.
Keberadaan
planet-planet yang berfungsi sebagai tempat hidup dan berkehidupan
makhluk berjiwa seperti bumi misalnya secara eksplisit bisa juga kita
peroleh didalam ayat al-Qur’an :
Allah menciptakan tujuh langit dan seperti itu juga bumi; berlaku hukum-hukum Allah didalamnya, agar kamu ketahui bahwa Allah sangat berkuasa terhadap segala sesuatu; dan Allah sungguh meliputi segalanya dengan pengetahuan-Nya. Qs. 65 ath-Thalaq : 12
Jika kata
langit dan bumi disebut dengan bilangan tujuh yang berarti banyak (lebih
dari satu), maka tentu yang dimaksud dalam ayat ini adalah kemajemukan
gugusan galaksi yang terdiri dari jutaan bintang dan planet-planet yang
ada sebagaimana yang kita ketahui dari ilmu astronomi modern. Oleh
karenanya secara tidak langsung al-Qur’an menyatakan kepada kita bahwa
Bumi yang kita diami ini bukanlah satu-satunya bumi yang ada dijagad
raya.
Makhluk-makhluk yang ada dilangit dan dibumi memerlukan Dia, setiap waktu Dia dalam kesibukan. Qs. 55 Ar-Rahman :29
Setelah
berkali-kali mengadakan pengamatan secara teliti menggunakan
teleskop-teleskop Observatorium W.M. Keck Hawaii, Observatorium Lick di
California dan Observatorium McDonald di Texas sejak bulan Juli 2003
yang lalu, maka hari selasa tanggal 31 Agustus 2004 sejumlah astronom
mengumumkan penemuan jenis planet baru yang memiliki lebih banyak
kesamaan dengan Bumi dibanding dengan planet-planet gas raksasa yang
pernah ditemukan sebelumnya (Kompas Cyber Media,
http://www.kompas.com/teknologi/news/0409/01/173543.htm, rubrik Sains
& Teknologi)
Planet-planet
mirip bumi tersebut yang pertama berada di gugusan Leo memiliki massa
21 kali ukuran bumi dan waktu rotasi 2,64 hari dengan perkiraan jarak
lebih kurang 33 tahun cahaya dari Bumi kita sedangkan planet berikutnya
berada digugusan Cancer memiliki massa 18 kali dari bumi dan waktu orbit
2,81 hari dengan jarak dari bumi ini sekitar 41 tahun cahaya.
Atas
penemuan kedua planet ini baik Barbara McArthur, peneliti dari
Universitas Texas di Austin maupun Anne Kinney, direktur Direktorat Misi
Ilmiah Divisi Jagad Raya NASA sama-sama mengungkapkan rasa optimisnya
bahwa teka-teki keberadaan makhluk hidup lain diluar bumi akan segera
terjawab.
Planet
lainnya yang baru ditemukan dan diduga memiliki juga persamaan dengan
bumi adalah planet yang mengorbit bintang Gliese 876 berjarak sekitar 15
tahun cahaya dari bumi pada arah rasi bintang Aquarius dengan massa
sebesar 5,9 hingga 7,5 kali massa bumi (Harian umum Berita Pagi,
Planet
Baru itu, Kecil dan Berbatu, No. 37 Tahun 1, Rabu, 15 Juni 2005 hal 1).
Sementara
misi antariksa tanpa awak Voyager 1 yang diluncurkan atas kerjasama NASA
dan Caltech pada tanggal 5 September 1977 sudah berada diluar tata
surya kita dengan jarak 14 milyar kilometer dari planet bumi dan tengah
menyelidiki heliopause dan medium antar bintang, ini adalah satu-satunya
benda buatan manusia modern yang berada jauh diruang angkasa sehingga
untuk dapat menangkap sinyalnya dipusat kontrol Jet Propulsion
Laboratory di dekat Pasadena, California dibutuhkan waktu lebih dari 13
jam. (Wikipedia Indonesia, ensiklopedi bebas berbahasa Indonesia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Voyager_1)
Akhirnya,
bersikap terlalu skeptis terhadap sejumlah kalangan yang menyibukkan
dirinya untuk melakukan eksplorasi angkasa raya guna menemukan peradaban
lain maupun mentertawakan sejumlah penelitian terhadap ilmu pengetahuan
yang pernah dicapai oleh nenek moyang manusia dimasa lalu sungguh bukan
perbuatan yang bijaksana dan bertentangan dengan kitab suci.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memperolok-olok suatu kaum yang lain, karena boleh jadi mereka itu lebih baik dari mereka yang mengoloknya; dan jangan juga para wanita saling memperolok sesamanya sebab boleh jadi wanita yang diperolokkan itu lebih baik dari wanita yang memperoloknya ; dan jangan kamu mencela dirimu sendiri serta jangan kamu saling memanggil dengan gelar yang jahat. Sejahat-jahat panggilan adalah yang jahat setelah ia beriman dan siapa saja yang tidak bertobat, maka mereka adalah orang yang zhalim. Qs. 49 al-Hujuraat : 11
Kita selaku
manusia modern ini harus segera berhenti meneruskan perilaku pongah yang
disertai stagnasi pendapatnya yang usang, keberadaan para aliens alias
makhluk berjiwa diplanet bumi yang lain nun jauh dikedalaman langit
jangan sampai menimbulkan kekhawatiran berlebihan bahwa pendapat manusia
sebagai makhluk termulia akan dilecehkan atau menjadi rusak.
Pada
hakekatnya manusia ini cuma sekedar makhluk yang hina (al-Qur’an surah
32 as-Sajdah ayat 8) dengan kediaman berada dipinggiran galaksi tak
lebih dari setitik debu berjarak ± 300 juta miliar km dari pusat
Bimasakti.
Mari kita berhenti berpikir egois dan merasa sebagai makhluk
yang paling diperhatikan Tuhan, padahal nyaris setiap hari kita
melupakan Tuhan dan bergulat dengan dosa, zinah, korupsi, dusta dan
seribu satu macam kufur nikmat lainnya, manusia terlampau membumi
sehingga tidak kuasa melepas ke-’akuannya’.
0 Comments