Satelit Kedua Indonesia Siap Diorbitkan
June 06, 2012
Diam-diam pemerintah Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (Lapan) sedang mempersiapkan pengorbitan satelit kedua yang
diberi nama Lapan-A2 atau Lapan-Orari.
Satelit ber-budget antara Rp 30
miliar sampai Rp 40 miliar itu siap diorbikan sekitar dua bulan lagi.
Perkembangan
proyek satelit ini dipaparkan oleh Deputi Bidang Teknologi Dirgantara
Lapan Soewarto Hardhienata di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) kemarin (4/6). Soewarto menuturkan, misi dari satelit
Lapan-A2 ini untuk meneruskan misi yang diemban oleh satelit
pendahulunya yaitu satelit Lapan-A1 atau Lapan-Tubsat.
Dengan beberapa kecanggihannya, Soewarto mengatakan jika misi satelit Lapan-A2 ini masih tetap sebagai satelit pengamatan (surveillance). Dengan kamera dimiliki, satelit ini mampu menyuguhkan foto daratan Indonesia sekelas foto warna resolusi tinggi 6 meter.
"Foto-foto ini khususnya untuk daerah-daerah bencana. Jadi satelit ini lebih berfungsi untuk mitigasi bencana," kata dia. Misi lain dari satelit yang akan diluncurkan di India ini adalah, memantau lalu lintas dan data-data penting kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia.
Data-data lalu lintas pelayaran ini diantaranya bisa dimanfaatkan sebagai misi pertahanan oleh TNI angkatan laut, Badan Koordinasi Kemanan Laut, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pihak-pihak lainnya.
Keunggulan lain dari satelit Lapan-A2 atau Lapan-Orari ini adalah, bisa menjadi penghubungung sektiar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Selama ini, radio amatir ini hanya memiliki jangkauan yang tidak luas.
Dengan beberapa kecanggihannya, Soewarto mengatakan jika misi satelit Lapan-A2 ini masih tetap sebagai satelit pengamatan (surveillance). Dengan kamera dimiliki, satelit ini mampu menyuguhkan foto daratan Indonesia sekelas foto warna resolusi tinggi 6 meter.
"Foto-foto ini khususnya untuk daerah-daerah bencana. Jadi satelit ini lebih berfungsi untuk mitigasi bencana," kata dia. Misi lain dari satelit yang akan diluncurkan di India ini adalah, memantau lalu lintas dan data-data penting kapal-kapal yang berlayar di perairan Indonesia.
Data-data lalu lintas pelayaran ini diantaranya bisa dimanfaatkan sebagai misi pertahanan oleh TNI angkatan laut, Badan Koordinasi Kemanan Laut, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pihak-pihak lainnya.
Keunggulan lain dari satelit Lapan-A2 atau Lapan-Orari ini adalah, bisa menjadi penghubungung sektiar 700 ribu pengguna radio amatir atau orari. Selama ini, radio amatir ini hanya memiliki jangkauan yang tidak luas.
Di saat proyek satelit Lapan-A2 hampir rampung, Lapan juga sedang mengerjakan proyek satelit Lapan-A3 atau Lapan-IPB. Satelit ini diperkirakan akan diorbitkan tahun depan.
Misi satelit Lapan-IPB ini didukung oleh satelit Lapan-B1 yang juga masih dalam masa pengerjaan. Selain menjalankan misi-misi yang diembang oleh satelit pendahulunya, satelit Lapan-IPB ini berguna untuk menjaga ketahanan pangan.
Satelit ini dirancang untuk bisa memprediksi musim produksi tanaman padi. Selain itu juga mampu mengamati pertumbuhan sawah, saluran irigasi, dan pertumbuhan lahan perkebunan. Tidak kalah penting lagi, satelit yang bekerjasama dengan IPB ini juga bisa mengamati peningkatan atau penurunan debit air di waduk-waduk seluruh Indonesia.
Soewarto mengatakan, perkembangan dunia persatelitan Indonesia cukup menggembirakan. Dia menuturkan, satelit Indonesia Lapan-A1 yang sudah mengorbit saat ini cukup sukses menjalankan misinya.
Satelit ini diantaranya berhasil merekam foto perkembangan kawah gunung Merapi, gunung Bromo, dan beberapa gunung lainnya. Selain itu, satelit ini juga pernah dimanfaatkan untuk memantau perkembangan proyek jembatan Suramadu dan pengerjaan tol Kanci-Pejagan.
PR Lapan selanjutnya adalah membuat roket peluncur satelit. Hingga saat ini, Indonesia masih belum memiliki roket peluncur satelit. Roket-roket yang ada masih sebatas roket untuk keperluan militer.
Soewarto mengatakan, ilmu tentang roket peluncur satelit cukup sulit dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. "Pembuatan roket peluncur satelit ini terdiri dari beberapa tingkatan. Kita masih di tingkat paling bawah," kata dia. Namun, dia tetap optimis Indonesia bisa menyamai India yang sudah lebih dulu memiliki roket peluncur satelit.
Sumber
0 Comments