Must Read
Patung Buddha yang Dimiliki Nazi Berasal Dari Luar Angkasa
October 01, 2012
Mungkin kisah ini terdengar seperti plot dalam salah satu film Indiana
Jones, namun peneliti Jerman mengatakan bahwa patung Buddha yang dibawa
dari Eropa oleh Nazi berasal dari batu meteor yang jatuh ke Bumi 10 ribu
tahun lalu di perbatasan Siberia-Mongolia.
Buddha dari luar
angkasa ini, atau para peneliti menyebutnya "Iron Man", tak diketahui
usianya. Perkiraan terbaik menghitung kemungkinan asal patung ini dari
abad 8-10. Pahatan patung ini menggambarkan seorang pria, kemungkinan
dewa Buddha, duduk dengan kaki dilipat masuk dan memegang sesuatu di
tangan kirinya. Di dadanya ada swastika Buddha, simbol keberuntungan
yang kemudian "diambil alih" oleh partai Nazi di Jerman.
Credit : Elmar Buchner |
"Orang
bisa berspekulasi bahwa simbol swastika di patung itu adalah penyebab
artefak 'Iron Man' meteor ini dibawa ke Jerman," kata peneliti pada 14
September lalu di jurnal Meteoritics & Planetary Science.
Petualangan manusia besi
Manusia
besi ini pertama datang ke Jerman setelah ekspedisi Tibet pada
1938-1939 oleh ahli zoologi dan etnologi Ernst Schäfer. Ia dikirim ke
daerah tersebut oleh Nazi untuk mencari akar ras Arya. Patung itu
kemudian berpindah-pindah pemilik.
Peneliti Universitas Stuttgart
Elmar Bucher dan koleganya pertama menganalisis patung tersebut pada
2007, saat pemiliknya saat itu mengizinkan mereka mengambil lima sampel
kecil. Pada 2009, tim ini kemudian mendapat kesempatan untuk mengambil
sampel lebih banyak lagi dari bagian dalam patung, karena lebih sedikit
terkontaminasi cuaca atau sentuhan tangan manusia daripada bagian luar.
Mereka
menemukan bahwa patung tersebut dipahat dari batu luar angkasa yang
sangat jarang dan dikenal dengan meteorit ataksit. Meteor besi ini
memiliki kadar nikel tinggi. Meteor terbesar yang pernah diketahui,
meteor Hoba dari Namibia, adalah jenis meteor ataksit yang beratnya bisa
lebih dari 60 ton.
Dari luar angkasa
Analisis
kimiawi dari sampel patung manusia besi ini menunjukkan kecocokan
dengan sebaran dari serpihan batu luar angkasa dari perbatasan Siberia
dan Mongolia. Meteorit China memiliki 250 fragmen meteorit, kebanyakan
relatif kecil, meski ada dua potongan yang beratnya melebihi 10 kg. Para
ilmuwan memperkirakan bahwa meteorit Chinga jatuh antara 10 ribu-20
ribu tahun lalu. Penemuan pertama meteor tersebut tercatat pada 1913,
namun keberadaan patung tersebut menunjukkan bahwa orang-orang menambang
kawasan tersebut untuk materi artistik lama sebelum itu, menurut
Buchner.
Identitas pria dalam patung tersebut tak jelas, namun
para peneliti memperkirakan ia mungkin adalah dewa Buddha Vaisravana,
atau dikenal juga dengan Jambhala. Vaisravana adalah dewa kekayaan atau
peperangan, dan ia sering digambarkan memegang lemon (simbol kekayaan)
atau kantung uang di tangannya. Manusia besi ini memegang objek yang tak
jelas di tangannya. Patung ini tingginya 24 cm dan beratnya 10,6 kg.
Banyak
budaya di dunia yang menggunakan besi meteor untuk membuat belati dan
bahkan perhiasan, menurut Buchner dan para koleganya, dan pemujaan
meteor pun cukup sering terjadi pada budaya kuno. Namun pahatan Buddha
pada meteor tergolong unik.
"Patung manusia besi ini adalah
satu-satunya ilustrasi bentuk manusia yang diketahui dipahat pada
meteorit, artinya kita tidak punya perbandingan untuk menentukan
nilainya," kata Buchner dalam pernyataan. "Dari usianya saja, kita bisa
memperkirakan nilainya mencapai $20 ribu (Rp 191,2 juta). Namun, jika
perkiraan kami tentang usianya benar dan hampir seribu tahun usianya,
maka patung ini bisa tak ternilai."
Diterjemahkan dari :
0 Comments